Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

40 Perusahaan Catatkan Saham di BEI, Himpun Dana Rp10,19 Triliun

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 09 December 2024 | Penulis: Pramirvan Datu | Editor: Redaksi
40 Perusahaan Catatkan Saham di BEI, Himpun Dana Rp10,19 Triliun

KABARBURSA.COM - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan adanya 17 perusahaan besar yang tengah dalam antrean untuk melakukan penawaran umum perdana (IPO) di pasar saham Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki aset lebih dari Rp250 miliar.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menjelaskan bahwa secara keseluruhan terdapat 24 perusahaan yang tengah menunggu giliran untuk mencatatkan saham di BEI. Selain 17 perusahaan besar, terdapat enam perusahaan beraset menengah dengan nilai antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar, serta satu perusahaan beraset kecil dengan nilai di bawah Rp50 miliar. Seperti dalam pernyataannya di Jakarta, Senin 9 Desember 2024.

Dalam hal sektor, antrean IPO ini mencakup tujuh perusahaan dari sektor barang konsumen primer, tiga perusahaan dari sektor barang konsumen nonprimer, serta tiga perusahaan dari sektor energi. Selain itu, dua perusahaan masing-masing berasal dari sektor barang baku, keuangan, kesehatan, industri, dan properti, serta satu perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.

Hingga 6 Desember 2024, BEI telah mencatatkan 40 perusahaan yang berhasil melakukan IPO, dengan total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp10,19 triliun.

Memperkuat Pasar Modal

Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sebanyak 66 perusahaan melakukan Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2025, sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat pasar modal tanah air.

Hingga November 2024, sebanyak 39 perusahaan telah mencatatkan sahamnya di BEI, dengan tiga perusahaan baru yang melakukan IPO pada pekan ini, yaitu PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ), PT Newport Marine Services Tbk (BOAT), dan yang terbaru PT Adiwarna Anugerah Tbk (NAIK).

Pengamat pasar modal Wahyu Laksono, menyambut baik target BEI yang sangat optimistis untuk 2025. Menurut dia, angka target tersebut cukup realistis bahkan berpotensi lebih tinggi mengingat besar dan luasnya potensi pasar di Indonesia.

“Target 66 IPO pada 2025 ini sudah sangat realistis. Bahkan, bisa jadi masih kurang karena potensi untuk IPO di bursa Indonesia sangat besar. Apalagi jika melihat peluang yang ada di berbagai papan bursa,” ujar Wahyu dalam keterangan kepada Kabarbursa.com, Rabu, 13 November 2024.

Wahyu menambahkan, penting bagi perusahaan untuk melakukan IPO karena hal ini tidak hanya bermanfaat bagi perusahaan itu sendiri, tetapi juga untuk Bursa Efek Indonesia dan masyarakat secara umum.

“Semakin banyak perusahaan yang go public, semakin bagus untuk bursa, karena membuka peluang lebih besar bagi investor dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pasar modal,” jelas Wahyu.

Stabilitas Politik Diharapkan Dorong Lebih Banyak IPO

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman, setuju apabila stabilitas politik yang terjaga di Indonesia pasca pemilu mampu mendongkrak minat perusahaan untuk melantai di bursa saham pada tahun depan. Hal ini diharapkan membawa dampak positif bagi jumlah IPO yang tercatat di BEI.

Hal ini disampaikan Iman dalam konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BEI di Jakarta, 23 Oktober 2024.

BEI juga terus berupaya meningkatkan jumlah IPO melalui berbagai program kerja sama dengan pemerintah, di antaranya Program Create IPO yang digagas bersama Kementerian BUMN dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), serta program IPO untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui Kementerian Koperasi dan UKM.

Namun Iman menekankan, bahwa BEI sangat memperhatikan keberlanjutan perusahaan yang melakukan IPO. Menurutnya, hanya perusahaan yang memenuhi standar keberlanjutan yang dapat melantai di bursa. Hingga saat ini, sekitar 70 persen perusahaan yang mendaftar untuk IPO berhasil melewati seleksi yang ditetapkan oleh BEI, sementara 30 persen lainnya masih perlu melakukan perbaikan.

“Keberlanjutan perusahaan sangat penting bagi BEI. Kami berharap perusahaan-perusahaan yang belum memenuhi syarat bisa memperbaiki dokumen atau kondisi mereka, agar dapat melanjutkan proses IPO di masa depan,” kata Iman.

Iman juga melaporkan bahwa pencatatan efek pada BEI sepanjang 2024 telah mencapai 137 persen dari target yang ditetapkan.

Hingga saat ini, total pencatatan efek telah mencapai 467 efek, yang mencakup saham, obligasi, Exchange Traded Fund (ETF), Dana Investasi Real Estate (DIRE), Efek Beragun Aset (EBA), dan Waran Terstruktur. Untuk tahun 2025, BEI menargetkan pencatatan efek mencapai 407.

Investor Indonesia Terus Meningkat

Pada sektor investor, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan pertumbuhan signifikan pada jumlah investor yang terdaftar di pasar modal Indonesia. Hingga November 2024, total Single Investor Identification (SID) mencapai lebih dari 14 juta, dengan penambahan sekitar 2,21 juta SID baru.

Yang menarik, sekitar 55 persen dari investor baru tersebut adalah investor muda di bawah usia 30 tahun, menandakan semakin tingginya minat generasi muda untuk berinvestasi di pasar modal.

“Jumlah SID di pasar modal Indonesia terus tumbuh, yang mencerminkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap potensi pasar modal Indonesia,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan, Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi, dalam acara Capital Market Summit & Expo 2024 (CMSE 2024) di Jakarta pada Kamis, 7 November 2024.

Per 6 November 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan sebesar 1,53 persen dan telah mencapai level 7.383. Kapitalisasi pasar Indonesia juga mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, dengan total kapitalisasi pasar mencapai Rp12.356 triliun, mencerminkan optimisme investor domestik dan asing terhadap potensi ekonomi Indonesia.

“Peningkatan ini menggambarkan bahwa pasar modal Indonesia semakin menarik bagi investor, baik domestik maupun asing,” jelas Inarno Djajadi.

OJK terus berupaya menjaga stabilitas pasar modal dengan memperkuat kerja sama dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Selain itu, OJK juga menekankan pentingnya literasi dan inklusi keuangan untuk mendukung pertumbuhan pasar modal yang berkelanjutan.(*)