KABARBURSA.COM - Sebuah emiten yang bergerak di sektor asuransi umum, yaitu PT Asuransi Digital Bersama Tbk dengan kode YOII, berencana melangsungkan penawaran umum perdana saham atau IPO.
Dalam rencana Initial Publik Offering (IPO) ini, YOII dengan melepas sebanyak-banyaknya 412.087.500 saham biasa atas nama. Jumlah ini setara dengan 12,03 persen dari total modal disetor dan ditempatkan setelah penawaran umum, dengan harga nominal Rp100 per saham.
Dalam prospektus yang dirilis pada Senin, 9 Desember 2024, YOII mengumumkan bahwa proses book building akan berlangsung mulai 10 Desember hingga 18 Desember 2024, dengan rentang harga Rp100 hingga Rp110 per lembar saham. Total dana yang berpotensi terkumpul dari IPO ini mencapai Rp45,32 miliar.
Dana hasil emisi saham ini akan dialokasikan untuk mendukung strategi pengembangan perusahaan. Sekitar 80 persen dari total dana akan digunakan untuk biaya pemasaran, termasuk distribusi produk dan peningkatan kesadaran merek (brand awareness).
Sisanya, akan dialokasikan untuk pengembangan teknologi, mencakup pusat data, hosting web, dan pengamanan sistem digital perusahaan. Adapun PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi dalam proses IPO ini.
Secara keuangan, PT Asuransi Digital Bersama mencatatkan kinerja yang membaik. Per Juni 2024, perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp15,92 miliar, berbalik dari kerugian Rp24,05 miliar yang dialami pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan perbaikan signifikan dalam operasional dan strategi perusahaan.
Namun, perjalanan menuju IPO ini tidak tanpa kendala. Sebelumnya, perusahaan sempat gagal mendapatkan pernyataan pra-efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Oktober 2024.
Situasi ini terjadi di tengah upaya OJK untuk memperketat pengawasan terhadap proses IPO, setelah adanya dugaan gratifikasi yang melibatkan pihak Bursa Efek Indonesia (BEI). Akibatnya, rencana due diligence dan paparan publik yang dijadwalkan pada 2 Oktober 2024 terpaksa dibatalkan.
Selain itu, perusahaan telah memesan ruang pertemuan untuk acara tersebut dan membayar iklan ringkasan prospektus di media cetak nasional harus menunda rencana mereka.
Dalam laman e-IPO pada 11 September 2024, status prospektus calon emiten ini tertulis “Postpone” atau ditunda tanpa penjelasan lebih lanjut. Meski demikian, dengan persetujuan pra-efektif yang telah diperoleh pada tahap ini, YOII kembali melangkah maju dengan optimisme untuk mencatatkan sahamnya di pasar modal.
Langkah ini mencerminkan ambisi perusahaan untuk memperkuat posisi sebagai pemain terkemuka di industri asuransi digital di Indonesia.
Sejauh ini. jumlah emiten asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah 15 perusahaan. Beberapa di antaranya mencakup PT Lippo General Insurance Tbk (LPGI), PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU).
Lalu, ada PT Bina Dana Arta Tbk (ABDA), dan PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk (MREI). Emiten-emiten ini terdiri dari perusahaan asuransi umum, jiwa, serta reasuransi, termasuk yang berbasis syariah seperti PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS)
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengonfirmasi ada dua emiten mercusuar atau light house yang masuk ke dalam pipeline initial public offering (IPO).
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, mengatakan hingga saat ini terdapat 26 emiten yang masuk dalam pipeline IPO. Dari jumlah itu, dia menyebut, ada sebanyak 13 perusahaan yang akan menggelar laporan keuangan tahun ini.
“Saat ini, kami masih menunggu prosesnya. Namun, jika dilihat, sampai saat ini perusahaan-perusahaan tersebut masih on track. Ya, tentu kami akan tunggu,” kata Nyoman kepada wartawan di Gedung BEI, Kamis, 5 Desember 2024.
Sementara itu, dua perusahaan yang berencana melakukan IPO berkategori light house, yaitu emiten yang berfokus pada sektor industri dan energi.
Sayangnya, Nyoman belum bisa berbicara terkait jadwal pencatatan saham kedua perusahaan di Bursa. Karena, untuk jadwal pencatatan diserahkan ke masing-masing perusahaan yang bersangkutan.
“Itu tergantung dari mereka (pencatatan saham). Tapi, yang saya sampaikan kepada teman-teman, dari 26 pipeline itu sebanyak 13 emiten di antaranya harusnya melaporkan keuangannya tahun ini,” ujar dia.
Seperti diketahui, hingga saat ini ada 40 perusahaan yang tercatat melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2024. Terbaru adalah PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (Perseroan) yang memiliki kode saham AADI. Perusahaan tersebut resmi melakukan IPO pada Kamis, 5 Desember 2024.
BEI sendiri menargetkan sebanyak 66 perusahaan melakukan Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2025, sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat pasar modal tanah air.
Pengamat pasar modal Wahyu Laksono, menyambut baik target BEI yang sangat optimistis untuk 2025. Menurut dia, angka target tersebut cukup realistis bahkan berpotensi lebih tinggi mengingat besar dan luasnya potensi pasar di Indonesia.
“Target 66 IPO pada 2025 ini sudah sangat realistis. Bahkan, bisa jadi masih kurang karena potensi untuk IPO di bursa Indonesia sangat besar. Apalagi jika melihat peluang yang ada di berbagai papan bursa,” ujar Wahyu kepada Kabarbursa.com, Rabu, 13 November 2024.
Wahyu menambahkan, penting bagi perusahaan untuk melakukan IPO karena hal ini tidak hanya bermanfaat bagi perusahaan itu sendiri, tetapi juga untuk Bursa Efek Indonesia dan masyarakat secara umum.
“Semakin banyak perusahaan yang go public, semakin bagus untuk bursa, karena membuka peluang lebih besar bagi investor dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pasar modal,” jelas Wahyu.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.