KABARBURSA.COM – PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) melaporkan penerimaan pinjaman dari Bank BNI (BBNI) sebesar USD90.500.000, Rabu, 4 Desember 2024.
Corporate Secretary & Legal GMFI Rian Fajar Isnaeni mengatakan, berdasarkan perjanjian kredit, perseroan telah menerima pinjaman dari kreditur dalam bentuk fasilitas kredit modal kerja 1 sebesar USD39.500.000, fasilitas kredit modal kerja 2 sebesar USD51.000.000 dengan total USD90.500.000.
“Perseroan telah tambahan palafond atas fasilitas kredit modal kerja dari kreditur menjadi sebesar USD144.385.833 atau setara dengan Rp2.241.351.000.000,” kata Rian dalam keterangannya, dikutip Kamis, 5 Desember 2024.
Rian menjelaskan, jumlah tersebut terdiri dari yang fasilitas kredit modal kerja co menurun 1 sebesar USD36.502.526 dan fasilitas kredit modal kerja co menurun 2 sebesar USD47.168.901 serta fasilitas kredit kredit modal kerja co menurun 3 sebesar USD60.687.406 yang berdasarkan Akta Addendum III Perjanjian Kredit No 26 tanggal 29 Desember 2023.
Disebutkan, transaksi tersebut mencapai 36,95 persen dari total aset perseroan dan merupakan transaksi material sebagaimana diatur dalam POJK 17/2020.
Transaksi ini juga tidak terdapat dampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau keberlangsungan usaha perseroan atas pelaksanaan transaksi tersebut.
Sementara untuk suku bunga minimalnya sebesar 3 persen per annum atau sesuai dengan suku bunga Himbara lainnya untuk masing-masing fasilitas dalam perjanjian kredit. Sementara untuk penjaminan fidusia atas aset tetap berupa perlengkapan dan peralatan bengkel, kantor dan komputer.
Sebelumnya, perusahaan yang bergerak di jasa perawatan, reparasi dan overhaul pesawat terbang, perdagangan besar alat transportasi udara ini perseroan berencana menerbitkan sebanyak 11.736.512.323 lembar saham Seri B, dengan nilai nominal sebesar Rp25 per lembar.
“GMFI menekankan bahwa rencana PMHMETD ini bertujuan untuk meningkatkan modal ditempatkan dan disetor,” ujar Budi dalam keterangannya beberapa waktu lalu.
Dengan perhitungan sederhana, total nilai dari rights issue yang direncanakan ini dapat dihitung dengan mengalikan jumlah saham yang akan diterbitkan dengan nilai nominalnya.
Dari hasil perhitungan tersebut, total nilai rights issue yang direncanakan GMFI mencapai sekitar Rp293,41 miliar. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat struktur modal perusahaan dan mendukung rencana ekspansi ke depannya.
Hal ini sejalan dengan ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 32/POJK.04/2015, yang mengatur tentang penambahan modal perusahaan terbuka.
“Kami percaya langkah ini akan memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan dan pengembangan perusahaan di masa depan,” tambah Budi.
Lebih lanjut, ia merinci, RUPSLB dijadwalkan akan digelar pada pada Rabu, 16 Oktober 2024, dari pukul 10.00 hingga 12.00 WIB. Rapat ini akan berlangsung secara luring di Ruang Auditorium Gedung Manajemen Garuda, yang berlokasi di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang dan daring melalui platform eASY.KSEI.
Sementara itu, agenda RUPSLB kali ini tidak hanya terbatas pada persetujuan PMHMETD. Rapat juga akan membahas perubahan pada Pasal 4 ayat (1), (2), dan (3) Anggaran Dasar Perseroan yang berkaitan dengan penerbitan saham baru. Hal ini menjadi penting mengingat strategi ekspansi GMFI yang berorientasi pada peningkatan modal dan daya saing di pasar yang semakin kompetitif.
Dengan perubahan ini, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk berencana untuk tidak hanya memperkuat posisi finansialnya, tetapi juga memperluas layanan dan inovasi dalam sektor perawatan dan pemeliharaan pesawat.
“Kami berharap dapat memberikan nilai lebih bagi pemegang saham kami dengan langkah-langkah yang kami ambil,” ungkap Dewan Komisaris, dalam sebuah pernyataan.
RUPSLB ini menjadi momen krusial bagi PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk dalam upayanya memperkuat struktur modal dan mengoptimalkan kinerja perusahaan. Dengan dukungan pemegang saham, langkah strategis ini diharapkan dapat mengantarkan GMFI menuju era pertumbuhan yang lebih baik.
Budi menutup pernyataannya dengan optimisme, “Kami mengundang semua pemegang saham untuk memberikan suara dan berpartisipasi dalam perjalanan kami. Bersama-sama, kita dapat mencapai visi yang lebih besar untuk GMFI.”
Mengutip dari Stockbit, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) terus menunjukkan pemulihan kinerja yang solid hingga kuartal III 2024. Laba bersih perusahaan mencatatkan angka Rp492 miliar berdasarkan laporan kinerja trailing twelve months (TTM) per 30 September 2024. Pencapaian ini melonjak dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp313 miliar.
Dari sisi pendapatan, GMFI menunjukkan peningkatan konsisten, mencerminkan pemulihan industri penerbangan yang mulai pulih sejak pandemi. Kinerja positif ini turut didukung oleh strategi efisiensi operasional dan diversifikasi jasa perawatan pesawat yang dijalankan perusahaan.
Secara tahunan, laba bersih GMFI juga menunjukkan tren yang lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Periode 2024 diproyeksikan mencatat laba bersih tahunan sebesar Rp311 miliar, jauh melampaui kinerja tahunan beberapa tahun terakhir. Sebagai perbandingan, pada 2022 GMFI hanya mampu mencatat laba bersih Rp56 miliar, sementara pada masa pandemi 2020 dan 2021, perusahaan mengalami kerugian masing-masing sebesar Rp4,571 triliun dan Rp1,819 triliun.
Kapitalisasi pasar GMFI saat ini tercatat sebesar Rp1,553 triliun, dengan enterprise value mencapai Rp2,396 triliun. Angka ini menunjukkan tingkat kepercayaan pasar yang mulai pulih terhadap prospek bisnis GMFI, terutama seiring dengan meningkatnya kebutuhan layanan maintenance, repair, and overhaul (MRO) baik dari maskapai domestik maupun regional.
Perusahaan saat ini memiliki jumlah saham beredar sebanyak 28,23 miliar lembar. Dengan valuasi saat ini, GMFI memiliki price to earnings (P/E) ratio berdasarkan TTM sebesar 8,25 kali, yang relatif kompetitif dibandingkan median IHSG di angka 7,14 kali. Tingkat harga terhadap nilai buku (price to book value) tercatat sebesar 0,34 kali, menunjukkan valuasi yang masih terdiskon dibandingkan aset yang dimiliki perusahaan.
Earnings yield perusahaan mencapai 12,12 persen, memberikan daya tarik tersendiri bagi investor yang mencari imbal hasil tinggi dari emiten sektor aviasi. (*)