KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 7 poin atau naik 0,11 persen ke level 7,334 pada perdagangan Kamis, 5 Desember 2024.
Perusahan yang baru melakukan Initial Public Offering (IPO) PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (Perseroan) (AADI) langsung menduduki top gainer dengan performa 19,82 persen.
Sementara saham-saham lainnya yang menguat yaitu SONA (+19,75 persen), LABA (+12,71 persen), ISAP (+11,11 persen), dan PACK (+9,59 persen).
Sedangkan saham-saham yang mengalami koreksi paling dalam yakni KLIN (-9,74 persen), OLIV (-9, 09 persen), VINS (-8,93 persen), WIDI (-7,69 persen), dan MSIE (-7,14 persen).
Research Team, PT Reliance Sekuritas Tbk memproyeksikan IHSG akan bergerak bervariatif dengan kecenderungan menguat dengan support pada level 7,260 dan resistance pada level 7,405 didorong oleh penguatan pada indeks bursa regional dan mulai masuknya inflow asing.
"Secara teknikal, IHSG membentuk marubozu bullish diikuti indicator stochastic dan MACD yang bergerak di area golden cross. Jika IHSG berhasil breakout level MA200 maka mengkonfirmasi untuk terjadi reversal, " tulis Reliance dalam risetnya.
Wall Street Menguat Didukung Kinerja Sektor Teknologi
Sebelumnya diberitakan, Wall Street menunjukkan pergerakan beragam pada penutupan pasar Rabu, 4 Desember 2024 waktu setempat atau Kamis dinihari WIB, 5 Desember 2024.
Wall Street mencatat kenaikan signifikan, didukung oleh optimisme terhadap penurunan suku bunga domestik serta laporan keuangan kuartal ketiga yang kuat dari beberapa perusahaan teknologi besar. Saham perusahaan cloud enterprise Salesforce dan pembuat chip Marvell Technology mendorong kenaikan ini.
Di sisi lain, saham UnitedHealth naik tipis 0,6 persen, meskipun terdapat laporan mengejutkan tentang penembakan fatal CEO unit asuransi mereka, Brian Thompson, di New York.
Indeks utama AS, seperti S&P 500, Nasdaq Composite, dan Dow Jones Industrial Average, mencatat rekor tertinggi masing-masing dengan kenaikan 0,4 persen, 1 persen, dan 0,44 persen.
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS menurun setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell, mengindikasikan pendekatan yang lebih hati-hati terhadap pemangkasan suku bunga di masa depan. Menurut Powell, pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari perkiraan memberikan ruang bagi Fed untuk berhati-hati dalam mencari kebijakan suku bunga yang “netral”.
Gejolak Politik di Korea Selatan dan Prancis
Sementara itu, pasar Eropa stabil meski adanya gejolak politik di Korea Selatan dan Prancis. Krisis politik yang melanda Korea Selatan setelah Presiden Yoon Suk Yeol, sempat memberlakukan hukum darurat militer pada Selasa malam, 3 Desember 2024, sebelum mencabutnya beberapa jam kemudian.
Keputusan tersebut memicu seruan dari para anggota parlemen agar Yoon mengundurkan diri atau menghadapi pemakzulan.
Atas kejadian tersebut, pasar saham Korea Selatan merespons negatif, dengan indeks KOSPI turun 1,4 persen dan menjadikannya sebagai pasar saham dengan kinerja terburuk di Asia tahun ini.
Meskipun ada dugaan intervensi bank sentral yang berhasil menstabilkan nilai tukar won, mata uang ini tetap mendekati posisi terendah terhadap dolar AS dalam dua tahun terakhir.
Karenanya, Kementerian Keuangan Korea Selatan menyatakan kesiapannya untuk menyediakan likuiditas tanpa batas ke pasar. Sementara, regulator keuangan mengalokasikan dana stabilisasi pasar saham sebesar 10 triliun won (sekitar USD7,1 miliar).
Di Prancis, parlemen menjatuhkan mosi tidak percaya terhadap pemerintahan Perdana Menteri Michel Barnier. Ini adalah pemerintah pertama yang digulingkan melalui mosi tidak percaya dalam lebih dari 60 tahun.
Situasi ini memperburuk krisis politik di Prancis saat negara tersebut menghadapi defisit anggaran yang besar. Meski demikian, indeks saham Eropa mencatat kenaikan 0,4 persen, sementara euro diperdagangkan stabil di USD1,0518.
Drama Politik Korsel Merugikan Pasar Asia
Jika Bursa Eropa tengah mencetak rekor, tidak halnya dengan Bursa Asia. Pada penutupan perdagangan kemarin sore, Bursa Asia terguncang hebar akibat ketegangan politik yang terjadi di Korea Selatan.
Indeks Kospi misalnya, terperosok sebanyak 1,44 persen ke level 2.464. Begitu pula dengan indeks Kosdaq yang turun dalam sebesasr 1,98 persen ke level 677,15.
Apa yang terjadi di Korea Selatan memang membawa dampak yang luar biasa. Pemakzulan terhadap Presiden Yoon Suk Yeol oleh parlemen Korea Selatan, menjadi permulaan.
Pemakzulan inilah yang kemudian menyulut Yoon untuk menerapkan darurat militer, meski beberapa jam setelah itu statusnya dicabut. Namun, situasi kembali memanas saat sejumlah pejabat penting di kabinet Yoon mengundurkan diri.
Pengunduran diri dilakukan oleh kepala staf dan sekretaris senior, dan hal ini dikonfirmasi oleh kantor kepresidenan Korea Selatan. Inilah yang kemudian memicu kepanikan pasar dan membuat nilai tukar won terus tertekan.
Tertekannya Won disampaikan oleh Bank of Korea, yang kemudian mengambil langkah untuk meningkatkan likuiditas jangka pendek. Bank sentral juga bersiap mengambil langka stabilisasi di pasar valuta asing. Sebagai antisipasi, regulator keuangan Korsel menyiapkan dana stabilisasi pasar saham sebesar 10 triliun won (USD7,07 miliar), yang akan digunakan bila diperlukan.
Ketegangan yang terjadi di Korsel ini berimbas luas. Tidak hanya menyentuh pasar Korea Selatan, indeks Nikkei 255 pun ikut terguncang. Dilaporkan, bursa Jepang ini bahkan tidak bergerak sama sekali, stagnan di level 39.276,39. Pun dengan indeks Topix yang turun sebesar 0,47 persen ke level 2.740,6.
Di Tiongkok, indeks CSI 300 juga melemah, turun sebanyak 0,54 persen ke level 3.930,56. Hang Seng di Hong Kong mengikuti, turun tipis 0,1 persen ke level 19.730.
Bursa lainnya mengalami hal serupa. Indesk S&P/ASX 200 Australia turun 0,38 persen ke level 8.462,6. Ini adalah penurunan terendah setelah rilis data PDB kuartal ketiga diluncurkan.
Di Korea sendiri, ketegangan mempengaruhi ETFiShares MSCI South Korea (EWY) yang merupakan kumpulan saham-saham besar di sana. ETF ini turun 7 persen, terperosok ke level terendah dalam setahun sebelum akhirnya memangkas kerugiannya menjadi -1,6 persen para penutupan perdagangan kemarin sore waktu setempat.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.