KABARBURSA.COM - PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) diketahui sedang mengalami oversupply. Emiten yang lebih dikenal dengan nama Semen Indonesia Group (SIG), menghadapi tantangan besar di tengah kelebihan pasokan yang terus meningkat, sementara permintaan pasar terus mengalami penurunan.
Direktur Utama SIG Donny Arsal, mengungkapkan bahwa kapasitas produksi perusahaan untuk tahun ini telah mencapai 122 juta ton semen, namun permintaan hanya tercatat sekitar 65 juta ton, yang menyebabkan SIG terjebak dalam kondisi oversupply yang mencapai 100 persen.
Lebih lanjut, Donny menambahkan bahwa kondisi ini diperkirakan akan bertambah parah karena masih ada proyek pembangunan pabrik baru yang dapat semakin meningkatkan kapasitas produksi tanpa adanya keseimbangan dengan permintaan yang terbatas.
Menurut Donny, penurunan permintaan ini mulai terasa sejak pandemi Covid-19 merebak, yang berdampak pada banyak sektor, termasuk sektor konstruksi yang menjadi salah satu penggerak utama permintaan semen.
Di sisi lain, SIG juga mengidentifikasi segmen ritel sebagai penyumbang utama penurunan permintaan semen. Segmen ini, yang pada September 2024 menyumbang sekitar 70 persen dari total permintaan, mengalami penurunan sebesar 5 persen.
Penurunan permintaan di segmen ritel ini turut mempengaruhi harga semen, karena kompetisi di pasar semakin ketat dan harga jual cenderung turun, berimbas pada penurunan performa SIG baik dari segi volume penjualan maupun harga jual rata-rata (average selling price).
Hal ini mengarah pada turunnya laba SIG, yang tercatat anjlok hingga 44 persen pada kuartal III-2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Lebih jauh, Donny juga mengungkapkan bahwa kontribusi proyek pembangunan terhadap permintaan semen SIG hanya berkisar antara 20 persen hingga 30 persen. Meskipun proyek pembangunan masih berperan penting, penurunan partisipasi SIG dalam proyek-proyek besar turut mempengaruhi kinerja perusahaan.
Dalam menghadapi situasi ini, SIG harus beradaptasi dengan kondisi pasar yang semakin kompetitif dan berupaya untuk mempertahankan pangsa pasarnya, terutama di segmen ritel yang menunjukkan penurunan permintaan yang cukup signifikan.
Tantangan besar yang dihadapi oleh SIG menggambarkan ketidakseimbangan yang terjadi dalam industri semen Indonesia, di mana kapasitas produksi yang terus bertambah tidak sejalan dengan permintaan yang stagnan atau menurun.
SIG perlu merumuskan strategi yang tepat untuk mengatasi oversupply ini, seperti mengoptimalkan kapasitas produksi melalui ekspor atau memperkuat posisi di pasar domestik dengan inovasi produk dan efisiensi biaya.
Di tengah kondisi yang menantang ini, SIG harus dapat bertahan dan mencari peluang untuk memulihkan kinerjanya, baik dengan meraih pangsa pasar baru maupun meningkatkan partisipasi dalam proyek-proyek besar yang dapat mendorong permintaan semen di masa depan.
Tantangan lain yang tengah dihadapi SMGR adalah kehilangan banyak investor, terutama investor asing.
Pada perdagangan sesi terakhir Jumat, 30 November 2024, saham SMGR mengalami tekanan, melemah sebesar 3,05 persen atau turun 110 poin ke level Rp3.500. Saham dibuka di harga Rp3.630, sedikit lebih tinggi dibandingkan harga penutupan sebelumnya di Rp3.610. Namun optimisme pasar tidak bertahan lama.
Selama sesi perdagangan, SMGR sempat mencapai harga tertinggi di Rp3.640, namun tekanan jual yang signifikan mendorong saham turun ke level terendah hariannya di Rp3.490. Rata-rata harga transaksi berada di Rp3.531, yang menunjukkan adanya tekanan dari penjual sepanjang hari.
Volume transaksi mencatatkan sebanyak 74.000 lot dengan frekuensi transaksi mencapai 3.798 kali. Catatan tersebut menandakan adanya aktivitas jual-beli yang cukup aktif di pasar.
Namun, ternyata nilai transaksi asing menunjukkan dominasi penjualan dengan foreign sell mencapai Rp14,1 miliar. Kumpulan transaksi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan foreign buy sebesar Rp2,6 miliar. Artinya, aksi keluar dari investor asing yang lebih tinggi memberikan tekanan pada harga saham yang akhirnya melemah.
Total nilai transaksi hari ini tercatat sebesar Rp26,2 miliar, dengan mayoritas pelaku pasar memilih untuk melepas sahamnya di tengah sentimen negatif.
Posisi harga ARB (Auto Rejection Bawah) berada di Rp2.710, memberikan gambaran batas bawah pelemahan yang memungkinkan, sementara harga ARA (Auto Rejection Atas) di Rp4.510 menunjukkan ruang kenaikan yang jauh lebih tinggi.
Penurunan harga saham SMGR pada hari ini kemungkinan dipengaruhi oleh sentimen pasar yang cenderung berhati-hati terhadap sektor material dasar, terutama di tengah potensi perlambatan proyek infrastruktur atau fluktuasi harga bahan baku.
Aksi jual asing yang dominan juga mencerminkan kekhawatiran investor terhadap prospek jangka pendek emiten ini.
Dengan tekanan jual yang kuat dan dominasi aksi asing, pelaku pasar perlu mencermati perkembangan sentimen serta kinerja fundamental SMGR ke depan. Terutama, katalis positif seperti proyek strategis pemerintah atau penurunan biaya produksi dapat menjadi pendorong pemulihan harga saham di masa mendatang.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.