Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

INOV Rambah Industri Tekstil, Ada Peluang Cuan?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 04 December 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
INOV Rambah Industri Tekstil, Ada Peluang Cuan?

KABARBURSA.COM - PT Inocycle Technology Group Tbk (INOV) memperluas lini bisnis ke sektor industri tekstil, dengan memasuki sektor penjualan dan perakitan mesin, penjualan suku cadang, serta jasa servis.

Perluasan lini bisnis ini diharapkan dapat meningkatkan diversifikasi usaha perusahaan dan mengurangi ketergantungan pada bisnis inti di sektor tekstil woven dan non-woven.

Menurut Direktur INOV Victor Choi, keputusan ini didasarkan pada pengalaman panjang perusahaan di sektor daur ulang limbah PET dan potensi pasar yang besar. Industri daur ulang, khususnya untuk memproduksi recycled polyester staple fiber (re-PSF), terus berkembang, menciptakan permintaan yang signifikan terhadap mesin-mesin tekstil khusus yang mampu meningkatkan efisiensi produksi.

Dengan teknologi terkini, mesin ini memungkinkan pelaku industri menekan biaya operasional sambil memenuhi standar keberlanjutan.

Victor Choi mengungkapkan, bahwa penambahan kegiatan usaha ini membuka peluang besar bagi perusahaan yang dikenal sebagai pelopor dalam industri daur ulang limbah PET, untuk memenuhi permintaan pasar yang diproyeksikan mencapai USD 90 juta.

Langkah ini tidak hanya memperluas pangsa pasar perusahaan tetapi juga memberikan nilai tambah dan memperkuat keberlanjutan bisnisnya. Mayoritas pelanggan produk re-PSF INOV, yang digunakan dalam industri tekstil dan garmen, diproyeksikan akan terus bertumbuh seiring meningkatnya kebutuhan akan material daur ulang.

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada Rabu, 4 Desember 2024, pemegang saham juga menyetujui pengangkatan Lee Yong Hwa sebagai Direktur baru INOV.

Lee Yong Hwa membawa pengalaman lebih dari 25 tahun di industri ini, sebelumnya menjabat sebagai Managing Director PT Samudera Industri (Hilon Group). Kehadirannya diharapkan dapat memperkuat manajemen dan mendorong inovasi di lini bisnis baru perusahaan.

Hingga saat ini, INOV memiliki fasilitas pencucian limbah PET yang tersebar di Karanganyar, Mojokerto, Medan, Gowa, dan Subang. Perusahaan juga telah mendirikan empat pabrik khusus untuk memproduksi re-PSF di Tangerang, Solo, Mojokerto, dan Medan, dengan kapasitas produksi total lebih dari 40.000 ton per tahun.

Langkah ekspansi ini mempertegas komitmen INOV untuk menjadi pemimpin di industri daur ulang sambil terus berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan.

Fundamental INOV

PT Inocycle Technology Group Tbk (INOV) adalah salah satu perusahaan yang menarik perhatian karena fokusnya pada industri daur ulang, terutama dalam pengolahan limbah PET menjadi produk bernilai tinggi seperti recycled polyester staple fiber (re-PSF).

Dari sudut pandang fundamental, apabila menggunakan pendekatan investasi ala Warren Buffett, ada beberapa elemen kunci yang dapat dijadikan bahan pertimbangan, mulai dari kinerja keuangan, efisiensi operasional, hingga daya tahan bisnis.

Dari sisi valuasi, INOV memiliki Price to Book Value (PBV) sebesar 0,66, yang menunjukkan bahwa saham ini diperdagangkan di bawah nilai bukunya. Hal ini dapat menjadi sinyal undervaluation bagi investor yang mencari margin of safety, salah satu prinsip utama Buffett.

Namun, Price to Earnings (P/E) Ratio menunjukkan gambaran yang kurang menarik, terutama dalam basis trailing twelve months (TTM) yang negatif (-629,71), mencerminkan kerugian bersih dalam periode tersebut. Meski demikian, angka P/E tahunan sebesar 11,37 memberikan sedikit harapan bahwa laba perusahaan dapat membaik ke depannya.

Profitabilitas INOV masih menjadi tantangan besar. Dengan Gross Profit Margin sebesar 14,87 persen dan Net Profit Margin 24,95 persen pada kuartal terakhir, perusahaan mampu mencetak laba meskipun sebelumnya mengalami kerugian signifikan.

Pendapatan bersih kuartal ketiga sebesar Rp42 miliar mencerminkan lonjakan pertumbuhan laba sebesar 290,89 persen secara tahunan (year-on-year). Namun, ini perlu dilihat secara hati-hati karena fluktuasi kinerja yang tidak konsisten dari tahun ke tahun menunjukkan adanya volatilitas dalam model bisnis perusahaan.

Salah satu indikator penting bagi Buffett adalah kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas yang sehat. Dalam kasus INOV, Free Cash Flow (FCF) TTM mencatat angka negatif sebesar Rp36 miliar, mengindikasikan tekanan pada likuiditas perusahaan. Dengan arus kas operasi negatif Rp14 miliar, beban utang yang tinggi juga menjadi perhatian.

Total utang sebesar Rp576 miliar, dengan rasio Debt to Equity (D/E) mencapai 2,08, menunjukkan leverage yang cukup besar. Meskipun ini dapat memberikan potensi pertumbuhan di masa depan, tingkat utang yang tinggi juga membawa risiko signifikan, terutama di tengah kondisi pasar yang fluktuatif.

Dari sisi pertumbuhan, pendapatan kuartalan tumbuh 4,40 persen secara tahunan, menunjukkan adanya peningkatan permintaan meskipun laba kotor mengalami penurunan sebesar 24,19 persen. Perusahaan telah berusaha memperbaiki efisiensi operasional dengan meningkatkan EBITDA margin menjadi 28,18 persen, namun keberlanjutan ini masih perlu dibuktikan.

INOV juga memiliki tantangan dalam hal manajemen modal kerja. Dengan Current Ratio sebesar 0,62 dan Quick Ratio 0,44, perusahaan tampaknya menghadapi kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

Piutang yang cukup tinggi, tercermin dari Days Sales Outstanding (DSO) 92,45 hari, menambah beban pada arus kas. Namun, upaya perusahaan untuk memperluas lini bisnis ke penjualan mesin tekstil dan jasa servis dapat menjadi strategi diversifikasi yang menjanjikan untuk meningkatkan pendapatan di masa depan.

Dengan valuasi saham yang rendah, tingkat profitabilitas yang berfluktuasi, dan tantangan likuiditas, investasi di INOV membutuhkan kehati-hatian. Seperti yang sering ditekankan oleh Buffett, penting untuk berinvestasi pada perusahaan dengan fundamental kuat, keunggulan kompetitif yang jelas, dan manajemen yang dapat dipercaya.

Dalam kasus INOV, meskipun peluang pertumbuhan di industri daur ulang cukup besar, investor harus mempertimbangkan risiko keuangan dan memastikan bahwa perusahaan mampu mengelola beban utang serta menghasilkan arus kas positif secara konsisten sebelum membuat keputusan investasi jangka panjang.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.