Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

IHSG Kembali Ditutup Menguat ke Level 7,326

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 04 December 2024 | Penulis: Hutama Prayoga | Editor: Redaksi
IHSG Kembali Ditutup Menguat ke Level 7,326

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat hingga 130 poin atau naik 1,82 persen ke level 7,326 pada perdagangan Rabu, 4 Desember 2024.

Merujuk data perdagangan RTI Business, pergerakan IHSG hari ini bervariasi dengan level tertinggi mencapai 7,328 dan level terendah di angka 7,187.

Adapun sebanyak 379 saham terpantau menghijau, 210 saham di zona merah, dan 205 saham mengalami stagnan pada penutupan perdagangan hari ini.

Sementara itu mengutip data perdagangan Stockbit, saham-saham yang berada di top gainer adalah PICO (+35,00 persen), TNCA (+34,03 persen), LABA (+24,83 persen), AYLS (+15,79 persen), dan FUJI (+12,50 persen).

Sedangkan lima saham yang mengalami koreksi paling dalam yakni VISI (-30,17 persen), JIHD (-24,88 persen), ECII (-18,33 persen), SMLE (-10,79 persen), dan RCCC (-10,00 persen).

Dari sisi sektoral, terpantau hanya satu sektor yang mengalami koreksi yakni teknologi dengan performa -0,70 persen.

Adapun sektor-sektor yang menguat signifikan di antaranya, basic-ind (+3,39 persen), infrastruktur (+1,84 persen), non cyclical (+1,43 persen), dan energi (+1,36 persen).

Wall Street Cetak Rekor di Tengah Gejolak Global

Sebelumnya diberitakan, Pasar saham Amerika Serikat atau Wall Street kembali bergerak dengan hati-hati namun berhasil mencetak rekor baru di tengah perdagangan Selasa, 3 Desember 2024, yang cukup beragam. Indeks S&P 500 naik 2 poin atau kurang dari 0,1 persen dan mencatat rekor tertinggi sepanjang masa untuk ke-55 kalinya tahun ini. Dengan kenaikan di 10 dari 11 hari terakhir, indeks ini berada di jalur menuju salah satu tahun terbaik sejak pergantian milenium.

Dilansir dari Apnews, Indeks Dow Jones Industrial Average justru turun 76 poin atau 0,2 persen, sementara Nasdaq Composite naik 0,4 persen dan kembali mencatat rekor baru yang sebelumnya tercipta sehari sebelumnya.

Saham AT&T melonjak 4,6 persen setelah perusahaan meningkatkan proyeksi laba tahunan. AT&T juga mengumumkan rencana pembelian kembali saham senilai 10 miliar dolar AS dan berencana untuk mengulang langkah tersebut dengan jumlah yang sama pada 2027.

Sebaliknya, U.S. Steel menjadi salah satu yang mengalami kerugian besar, dengan sahamnya turun 8 persen. Presiden terpilih Donald Trump menegaskan melalui media sosial bahwa ia tidak akan membiarkan Nippon Steel asal Jepang mengambil alih perusahaan baja ikonis yang berbasis di Pennsylvania itu.

Desember lalu, Nippon Steel mengumumkan rencananya untuk membeli produsen baja yang berbasis di Pittsburgh itu dengan harga 14,1 miliar dolar AS dalam bentuk tunai. Langkah tersebut menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap pekerja serikat, rantai pasok, dan keamanan nasional AS. Presiden Joe Biden sebelumnya juga menyuarakan keberatan terhadap akuisisi ini.

Tesla Tersandung Keputusan Pengadilan

Tesla ikut terkena dampak dengan sahamnya turun 1,6 persen. Penurunan ini terjadi setelah pengadilan di Delaware menegaskan kembali keputusan sebelumnya yang membatalkan paket gaji miliaran dolar untuk Elon Musk. Hakim menolak permintaan dari tim hukum Musk dan dewan direksi Tesla untuk mencabut putusan yang sebelumnya memerintahkan pencabutan paket gaji tersebut.

Secara keseluruhan, S&P 500 naik 2,73 poin menjadi 6.049,88. Dow Jones turun 76,47 menjadi 44.705,53, sedangkan Nasdaq Composite naik 76,96 menjadi 19.480,91.

Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury 10 tahun relatif stabil, naik tipis dari 4,20 persen pada Senin menjadi 4,23 persen. Stabilitas ini muncul setelah laporan menunjukkan perusahaan di AS sedikit meningkatkan jumlah lowongan pekerjaan pada akhir Oktober dibandingkan bulan sebelumnya. Data tersebut meningkatkan optimisme bahwa ekonomi AS masih mampu menghindari resesi yang semula dikhawatirkan banyak investor.

Imbal hasil Treasury telah naik-turun sejak Hari Pemilu di tengah kekhawatiran bahwa preferensi Trump untuk tarif yang lebih besar dan pajak yang lebih rendah bisa memicu inflasi lebih tinggi seiring pertumbuhan ekonomi. Namun, pedagang tetap percaya bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga utamanya lagi pada pertemuan berikutnya dalam dua minggu.

Menurut data CME Group, kemungkinan pemangkasan ini hampir 75 persen. Suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga berisiko memicu inflasi lebih tinggi.

Laporan utama minggu ini yang akan menentukan langkah The Fed berikutnya adalah laporan bulanan tenaga kerja yang dijadwalkan rilis Jumat. Laporan ini akan menunjukkan berapa banyak pekerja yang dipekerjakan dan diberhentikan oleh perusahaan AS selama November. Angka ini bisa sulit diinterpretasikan karena pengaruh badai dan pemogokan pada data Oktober.

Menurut para analis Barclays Capital, laporan tenaga kerja hari Jumat diperkirakan menjadi penggerak pasar terbesar hingga pengumuman keputusan suku bunga berikutnya pada 18 Desember.(*)