KABARBURSA.COM - Pasar saham Amerika Serikat atau Wall Street kembali bergerak dengan hati-hati namun berhasil mencetak rekor baru di tengah perdagangan Selasa, 3 Desember 2024, yang cukup beragam. Indeks S&P 500 naik 2 poin atau kurang dari 0,1 persen dan mencatat rekor tertinggi sepanjang masa untuk ke-55 kalinya tahun ini. Dengan kenaikan di 10 dari 11 hari terakhir, indeks ini berada di jalur menuju salah satu tahun terbaik sejak pergantian milenium.
Dilansir dari Apnews, Indeks Dow Jones Industrial Average justru turun 76 poin atau 0,2 persen, sementara Nasdaq Composite naik 0,4 persen dan kembali mencatat rekor baru yang sebelumnya tercipta sehari sebelumnya.
Saham AT&T melonjak 4,6 persen setelah perusahaan meningkatkan proyeksi laba tahunan. AT&T juga mengumumkan rencana pembelian kembali saham senilai 10 miliar dolar AS dan berencana untuk mengulang langkah tersebut dengan jumlah yang sama pada 2027.
Sebaliknya, U.S. Steel menjadi salah satu yang mengalami kerugian besar, dengan sahamnya turun 8 persen. Presiden terpilih Donald Trump menegaskan melalui media sosial bahwa ia tidak akan membiarkan Nippon Steel asal Jepang mengambil alih perusahaan baja ikonis yang berbasis di Pennsylvania itu.
Desember lalu, Nippon Steel mengumumkan rencananya untuk membeli produsen baja yang berbasis di Pittsburgh itu dengan harga 14,1 miliar dolar AS dalam bentuk tunai. Langkah tersebut menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap pekerja serikat, rantai pasok, dan keamanan nasional AS. Presiden Joe Biden sebelumnya juga menyuarakan keberatan terhadap akuisisi ini.
Tesla Tersandung Keputusan Pengadilan
Tesla ikut terkena dampak dengan sahamnya turun 1,6 persen. Penurunan ini terjadi setelah pengadilan di Delaware menegaskan kembali keputusan sebelumnya yang membatalkan paket gaji miliaran dolar untuk Elon Musk. Hakim menolak permintaan dari tim hukum Musk dan dewan direksi Tesla untuk mencabut putusan yang sebelumnya memerintahkan pencabutan paket gaji tersebut.
Secara keseluruhan, S&P 500 naik 2,73 poin menjadi 6.049,88. Dow Jones turun 76,47 menjadi 44.705,53, sedangkan Nasdaq Composite naik 76,96 menjadi 19.480,91.
Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury 10 tahun relatif stabil, naik tipis dari 4,20 persen pada Senin menjadi 4,23 persen. Stabilitas ini muncul setelah laporan menunjukkan perusahaan di AS sedikit meningkatkan jumlah lowongan pekerjaan pada akhir Oktober dibandingkan bulan sebelumnya. Data tersebut meningkatkan optimisme bahwa ekonomi AS masih mampu menghindari resesi yang semula dikhawatirkan banyak investor.
Imbal hasil Treasury telah naik-turun sejak Hari Pemilu di tengah kekhawatiran bahwa preferensi Trump untuk tarif yang lebih besar dan pajak yang lebih rendah bisa memicu inflasi lebih tinggi seiring pertumbuhan ekonomi. Namun, pedagang tetap percaya bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga utamanya lagi pada pertemuan berikutnya dalam dua minggu.
Menurut data CME Group, kemungkinan pemangkasan ini hampir 75 persen. Suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga berisiko memicu inflasi lebih tinggi.
Laporan utama minggu ini yang akan menentukan langkah The Fed berikutnya adalah laporan bulanan tenaga kerja yang dijadwalkan rilis Jumat. Laporan ini akan menunjukkan berapa banyak pekerja yang dipekerjakan dan diberhentikan oleh perusahaan AS selama November. Angka ini bisa sulit diinterpretasikan karena pengaruh badai dan pemogokan pada data Oktober.
Menurut para analis Barclays Capital, laporan tenaga kerja hari Jumat diperkirakan menjadi penggerak pasar terbesar hingga pengumuman keputusan suku bunga berikutnya pada 18 Desember.
Di luar AS, nilai mata uang Korea Selatan turun 1,1 persen terhadap dolar AS setelah malam yang penuh gejolak. Presiden Yoon Suk Yeol sempat memberlakukan darurat militer sebelum mencabutnya setelah parlemen menolak aturan tersebut. Saham perusahaan Korea yang diperdagangkan di AS, seperti SK Telecom, juga mengalami penurunan sebesar 1,6 persen.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 melonjak 1,9 persen, memimpin pasar global. Beberapa analis memperkirakan bahwa ancaman tarif dari Trump dapat menguntungkan pasar Jepang, termasuk produk impor dari China.
Hubungan dagang antara AS dan China kembali memburuk setelah China melarang ekspor bahan teknologi strategis seperti galium, germanium, dan antimon ke AS. Langkah ini merupakan balasan terhadap keputusan Departemen Perdagangan AS yang memperluas daftar perusahaan teknologi China yang dikenai pembatasan ekspor. Sebanyak 140 perusahaan baru masuk dalam “daftar entitas” tersebut, hampir semuanya berbasis di China.
Di China, indeks saham naik 1 persen di Hong Kong dan 0,4 persen di Shanghai, didukung laporan bahwa para pemimpin China akan mengadakan pertemuan pekan depan untuk membahas rencana tahun mendatang. Investor berharap pertemuan ini akan menghasilkan stimulus baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Di Eropa, indeks CAC 40 di Prancis naik 0,3 persen di tengah kekhawatiran tentang politik di Paris, di mana pemerintah masih bergulat dengan perdebatan soal anggaran.(*)