KABARBURSA.COM - Pada 19 Desember 2024, PT Daya Intiguna Yasa Tbk atau MR DIY (MDIY) akan melakukan Initial Public Offering atau IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kehadiran MDIY di Bursa membawa banyak spekulasi dari analis. Analyst Stocknow.id Abdul Haq Al Faruqy, mengatakan langkah MR DIY untuk melantai di Bursa bisa memberikan dampak positif bagi kinerja keuangan perusahaan. Dia yakin sejumlah manfaat bakal didapat, seperti meningkatnya laba bersih.
"Dengan adanya IPO ini, maka potensi ekspansi akan meningkat, begitu pula dengan potensi peningkatan laba bersih," kata Abdul kepada Kabarbursa.com, Selasa, 3 Desember 2024.
Abdul menyampaikan, kinerja MR DIY per semester I 2024 bisa dibilang meyakinkan. Kemudian, pada enam bulan pertama tahun ini, revenue MR DIY menyentuh Rp3,2 triliun, meningkat 92 persen pada periode yang sama tahun 2023.
Sementara untuk net income, kata Abdul, MR DIY meraup Rp532 miliar, melonjak 228 persen dibanding periode serupa tahun lalu.
"Sehingga memang untuk proyeksi saya terkait dengan net income di full year 2024 dengan menggunakan trailing 12 months itu di angka Rp691 miliar atau meningkat 115 persen dari full year 2023," jelas dia.
Bahkan, Abdul menyatakan jika perusahaan yang berfokus pada penjualan barang rumah tangga ini bisa disetarakan dengan emiten besar seperti ACES.
Akan tetapi, terdapat perbedaan dari dua emiten tersebut. Menurutnya, jika ACES membidik masyarakat menengah hingga menengah atas, lain halnya dengan MR DIY yang menargetkan masyarakat menengah dan menengah bawah.
"Masyarakat menengah hingga menengah ke bawah itu kemungkinan besar akan memilih MR DIY," ungkapnya.
Adapun hingga kini MR DIY telah memiliki 824 toko yang tersebar di penjuru Indonesia. Abdul menyebut, sebaran toko itu berupa independen sendiri ataupun toko di dalam mall-mall besar di tanah air.
Langkah IPO MDIY
Sebelumnya diberitakan, dalam prospektusnya MR DIY menawarkan hingga 2.519.039.400 saham atau setara dengan 10 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Saham yang ditawarkan terdiri dari 2,27 miliar saham divestasi milik Azara Alpina Sdn Bhd (9 persen) dan 251,9 juta saham baru (1 persen).
Harga penawaran awal ditetapkan pada rentang Rp1.650 hingga Rp1.870 per saham. Dari rentang harga itu berpotensi terhimpun dana hingga Rp4,71 triliun. Dari nilai tersebut, Rp471,06 miliar berasal dari penerbitan saham baru, sementara Rp4,23 triliun berasal dari divestasi saham milik Azara Alpina.
Dana dari IPO ini rencananya akan digunakan untuk mendukung ekspansi bisnis perusahaan.
Sebelum IPO, Azara Alpina Sdn Bhd menguasai 95,67 persen saham MR DIY, diikuti oleh Darwin Cyril Noerhadi (2,30 persen), Agave Salmiana Sdn Bhd (1,27 persen), Loh Kok Leong (0,23 persen), Edwin Cheah Yew Hong (0,20 persen), dan Indosam Pte Ltd (0,33 persen).
Pengendali utama perusahaan ini adalah Tan Yu Yeh, pengusaha asal Malaysia yang juga mendirikan MR DIY pada tahun 2005.
Forbes mencatat Tan Yu Yeh sebagai orang terkaya ke-18 di Malaysia dengan kekayaan bersih sebesar USD1,2 miliar per 25 November 2024. Sebagian besar kekayaannya berasal dari kepemilikan sahamnya di MR DIY.
Tan Yu Yeh berkomitmen untuk tidak melakukan perubahan kendali atas MR DIY, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam waktu 12 bulan sejak IPO.
Performa Keuangan dan Prospek Pertumbuhan
Di sisi lain, MR DIY menunjukkan kinerja keuangan yang gemilang dalam tiga tahun terakhir. Pendapatan perusahaan tumbuh signifikan dari Rp894 miliar pada 2021 menjadi Rp2,2 triliun pada 2022, dan mencapai Rp3,9 triliun pada 2023, meningkat 77 persen secara tahunan.
Dari sisi laba bersih, perusahaan mencatatkan keuntungan sebesar Rp321,7 miliar pada 2023, naik dari Rp102,3 miliar pada 2022.
Sebelumnya, pada 2021, perusahaan sempat mencatatkan rugi bersih sebesar Rp86,8 miliar. Peningkatan ini didorong oleh ekspansi agresif, termasuk pembukaan toko baru dan akuisisi toko PT Mitra Indoguna Yasa (MIY).
Hingga 30 Juni 2024, MR DIY mengoperasikan 824 toko di Indonesia, meningkat pesat dari 345 toko pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Dalam prospektusnya, manajemen MR DIY menyatakan komitmen untuk membagikan dividen kepada pemegang saham mulai tahun buku 2025, dengan porsi minimal 40 persen dari laba bersih setelah pajak.
Namun, pembagian dividen ini tetap mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan, termasuk posisi saldo laba ditahan dan keputusan RUPS. Sebelumnya, perusahaan telah membagikan dividen interim sebesar Rp12,4 miliar kepada pemegang saham lama pada akhir 2023.
IPO MR DIY menjadi salah satu langkah besar perusahaan dalam mendukung pertumbuhan bisnis jangka panjang, memperkuat modal, dan meningkatkan eksistensi di pasar Indonesia.
Dengan basis toko yang terus berkembang, prospek bisnis MR DIY di Indonesia dinilai menjanjikan, terutama mengingat tingginya permintaan akan produk kebutuhan rumah tangga yang berkualitas dengan harga terjangkau.
Penawaran saham MR DIY diharapkan dapat menarik perhatian investor, mengingat rekam jejak pertumbuhan pendapatan dan laba yang solid, serta komitmen perusahaan untuk memperluas pasar di Indonesia.
Jika berjalan sesuai rencana, IPO ini akan menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia pada akhir 2024, menandai babak baru dalam perjalanan bisnis MR DIY di pasar ritel nasional.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.