Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

AAJI: Total Investasi Asuransi Jiwa Naik, tapi Kurang Menguntungkan

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 02 December 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
AAJI: Total Investasi Asuransi Jiwa Naik, tapi Kurang Menguntungkan

KABARBURSA.COM - Berdasarkan data yang disampaikan oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), total investasi industri asuransi jiwa pada kuartal III-2024 tercatat mencapai Rp553,53 triliun. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 3,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar Rp534 triliun.

Namun, industri asuransi jiwa Indonesia menunjukkan perkembangan yang stabil meskipun dalam kondisi yang tidak sepenuhnya menguntungkan. Jika dilihat dari data tahun lalu, industri ini mengalami penurunan investasi tipis 0,9 persen pada September 2023 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022, yang mencatatkan nilai Rp538,81 triliun.

Kendati demikian, peningkatan 3,7 persen pada kuartal III-2024 mencerminkan adanya optimisme dan kestabilan di sektor ini. Total investasi tersebut berkontribusi besar terhadap total aset industri asuransi jiwa, yang per kuartal III-2024 tercatat mencapai Rp630,12 triliun.

Pencapaian ini menunjukkan kenaikan sebesar 3,2 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, dan menggambarkan pentingnya sektor investasi dalam menopang keberlanjutan dan pertumbuhan industri asuransi jiwa.

Ketua Bidang Bisnis Syariah AAJI Paul Kartono, mengungkapkan bahwa lebih dari 80 persen dari aset perusahaan asuransi jiwa teralokasi pada aset aktif yang berbentuk investasi. Ini menunjukkan betapa sentralnya peran investasi dalam menjaga kelangsungan dan pengembangan industri ini.

Dalam hal ini, instrumen Surat Berharga Negara (SBN) menjadi pilihan utama untuk investasi, dengan nilai investasi yang mencapai Rp205,66 triliun. Selain itu, saham juga menyumbang kontribusi signifikan, yaitu Rp144,91 triliun, diikuti oleh reksadana yang tercatat sebesar Rp72,3 triliun.

Penempatan yang besar pada instrumen SBN menunjukkan kestabilan dan kehati-hatian para pelaku industri dalam memilih instrumen investasi yang minim risiko. Sementara itu, alokasi pada saham dan reksadana mencerminkan adanya keberanian dalam mencari imbal hasil yang lebih tinggi meskipun dengan tingkat risiko yang lebih besar.

Secara keseluruhan, meski ada fluktuasi dalam nilai investasi, data ini menunjukkan bahwa industri asuransi jiwa Indonesia tetap berada dalam jalur pertumbuhan yang stabil.

Fokus utama pada investasi, terutama dalam instrumen yang relatif aman seperti SBN, tetap menjadi strategi utama untuk menjaga keberlanjutan dan pertumbuhan sektor ini di tengah tantangan ekonomi global yang terus berubah.

Pada Agustus lalu, AAJI mencatat bahwa kinerja pasar modal yang lesu telah mengakibatkan penurunan signifikan dalam hasil investasi perusahaan asuransi jiwa. Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu, mengungkapkan bahwa dampak dari kondisi pasar modal yang melemah tidak hanya dirasakan oleh perusahaan asuransi jiwa tetapi juga oleh industri lain yang berhubungan langsung.

Meskipun demikian, Togar menilai bahwa penurunan ini dianggap sebagai hal yang bersifat sementara. Dia menjelaskan bahwa kinerja jangka pendek dari pasar modal tidak akan mempengaruhi kebijakan investasi perusahaan asuransi jiwa secara drastis, karena produk-produk asuransi jiwa umumnya memiliki jangka waktu investasi yang panjang.

Togar menegaskan bahwa perusahaan asuransi jiwa tidak akan melakukan cut loss atau beralih secara drastis ke instrumen investasi lain hanya karena penurunan pasar modal. Diketahui, pada penutupan perdagangan Rabu, 7 Agustus 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level 7.212, mencatatkan penurunan sebesar 0,83 persen sejak awal tahun.

Hasil investasi perusahaan asuransi jiwa tercatat turun sebesar 29,99 persen tahun-ke-tahun (yoy) menjadi Rp11,46 triliun pada Juni 2024. Penurunan terbesar terjadi pada lini usaha PAYDI, khususnya dari instrumen saham dan reksadana, yang masing-masing menyumbang 26 persen dan 14 persen dari total investasi. Penurunan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang lambat dan tekanan pada pasar modal, dengan IHSG turun lebih dari 6 persen sejak awal tahun.

Untuk mengatasi penurunan hasil investasi ini, ada beberapa hal yang menjadi catatan AAJI, yaitu:

  • Perusahaan asuransi jiwa diharapkan meninjau kembali strategi investasinya dan mungkin melakukan pergeseran alokasi aset untuk mendapatkan return yang lebih baik.
  • Hal ini sesuai dengan prinsip liability driven investment, yang bertujuan memastikan kecukupan investasi dan pengelolaan likuiditas yang tepat untuk membayar manfaat kepada pemegang polis di masa depan.
  • Dengan kondisi ini, mungkin akan ada perubahan dalam alokasi aset investasi di industri asuransi ke depan.

Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono, hingga akhir Juni 2024, total aset industri asuransi mencapai Rp1.126,26 triliun, meningkat sebesar 1,14 persen secara tahunan.

Secara rinci, industri asuransi komersial mengumpulkan premi sebesar Rp165,18 triliun, dengan premi asuransi jiwa mencapai Rp87,99 triliun, yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 2,29 persen. Sementara itu, asuransi umum mencatat pertumbuhan yang signifikan sebesar 16,46 persen, dengan total premi Rp77,2 triliun.

OJK juga menyampaikan bahwa kelompok asuransi komersial, yang meliputi Taspen (untuk program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian), Asabri (untuk JKK dan JKM), BPJS Kesehatan (untuk dana badan dan Jaminan Kesehatan Nasional), serta BPJS Ketenagakerjaan (untuk berbagai jaminan termasuk Jaminan Pensiun), mengalami penurunan aset sebesar -3,69 persen menjadi Rp218,87 triliun.

Meskipun aset gabungan menurun, kelompok ini berhasil mencatat pertumbuhan premi sebesar 8 persen, dengan total iuran peserta mencapai Rp89,1 triliun.

“OJK mencatat bahwa kinerja ini didukung oleh permodalan yang solid, dengan asuransi jiwa dan asuransi umum masing-masing memiliki RBC sebesar 431,43 persen dan 320,7 persen,” ujar Ogi.(*)