Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Aksi ini Menjadi Pemberat Utama IHSG yang Sentuh Level 7.046

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 02 December 2024 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Aksi ini Menjadi Pemberat Utama IHSG yang Sentuh Level 7.046

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup dengan penurunan signifikan pada hari ini, melemah 0,95 persen di level 7.046, setelah gagal mempertahankan area support kuat di 7.118.

Tekanan ini terutama dipicu oleh aksi jual saham-saham berkapitalisasi besar yang menjadi pemberat utama, di antaranya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang turun 1,88 persen, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) merosot 2,50 persen, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang melemah 2,44 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mengalami penurunan tajam 5,42 persen, dan PT Astra International Tbk (ASII) yang merosot 3,14 persen.

Analis Stocknow.id mengungkapkan bahwa minimnya sentimen positif menjadi salah satu penyebab utama pelemahan IHSG. Rencana pemerintah untuk menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen turut memberikan tekanan psikologis yang signifikan di pasar, mengingat potensi dampaknya terhadap konsumsi domestik.

"Konsumsi rumah tangga, yang selama ini menjadi motor utama perekonomian Indonesia, diperkirakan akan tertekan oleh kebijakan tersebut, terutama di tengah kondisi ekonomi yang sudah mulai melambat," katanya dalam keterangan tertulis, Senin, 2 Desember 2024.

Lebih lanjut, data terbaru menunjukkan PMI manufaktur Indonesia untuk bulan November berada di level 49,6, yang menandai kontraksi selama lima bulan berturut-turut. Indikator ini memperlihatkan bahwa sektor manufaktur berada di bawah tekanan, mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh perekonomian secara umum.

Tak hanya itu, pelemahan nilai tukar rupiah juga memberikan dampak tambahan, dengan rupiah terkoreksi sebesar 0,44 persen ke level Rp15.906 per dolar AS.

Hendra mengatakan, di tengah tekanan di pasar saham domestik, sektor energi menunjukkan kinerja positif yang mencolok. Saham-saham seperti PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) melonjak 11,06 persen, PT Petrosea Tbk (PTRO) mengalami penguatan 10,90 persen, PT United Tractors (UNTR) naik 2,33 persen, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menguat 3,29 persen, dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) melesat 12,74 persen.

"Performa gemilang sektor ini didorong oleh kenaikan harga komoditas global, yang memberikan dorongan bagi keuntungan perusahaan-perusahaan di sektor energi," tuturnya.

Meskipun terdapat tekanan domestik, ada harapan dari faktor global yang dapat membantu memulihkan IHSG. Pasar global sedang menantikan pengumuman dari The Federal Reserve (The Fed) pada 18 Desember mendatang, di mana diperkirakan bank sentral Amerika Serikat tersebut akan mengumumkan potensi penurunan suku bunga.

Jika langkah ini terwujud, biaya pendanaan global yang lebih rendah bisa mengalirkan kembali dana asing ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, dan memberikan peluang bagi IHSG untuk rebound.

Dalam sepekan ke depan, IHSG diperkirakan akan menguji support psikologis di level 7.000. Potensi rebound akan sangat bergantung pada perkembangan sentimen domestik dan global, termasuk kebijakan fiskal yang diambil pemerintah, seperti kemungkinan penundaan kenaikan PPN. Sektor energi tetap menarik untuk diikuti mengingat momentum positif dari harga komoditas yang terus menguat.

“Stabilitas makroekonomi dalam negeri, khususnya terkait kebijakan fiskal, akan menjadi kunci penting dalam mendorong kepercayaan investor dan mengembalikan IHSG ke jalur penguatan,” ujar Hendra.

"Kombinasi kebijakan yang strategis di tingkat domestik dan pengaruh sentimen global akan menentukan arah pasar hingga akhir tahun," imbuhnya.

Dengan potensi penurunan suku bunga di Amerika Serikat dan stabilitas kebijakan fiskal di Indonesia, IHSG memiliki peluang untuk bangkit kembali, mengatasi tekanan yang saat ini melanda.

Faktor yang Memengaruhi Pergerakan IHSG

Menurut Imam Gunadi dari Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), penurunan IHSG pada bulan November 2024 mencerminkan kewaspadaan pelaku pasar terhadap perkembangan kondisi global dan domestik yang mempengaruhi pergerakan indeks.

Dalam konteks global, beberapa data ekonomi penting yang menjadi perhatian adalah Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) di Amerika Serikat dan kebijakan tarif yang diajukan oleh Presiden terpilih Donald Trump.

PCE merupakan indikator inflasi yang penting bagi bank sentral AS, dan kenaikannya menjadi perhatian pasar karena dapat memengaruhi kebijakan moneter The Fed.

Secara tahunan, PCE Price Index menunjukkan kenaikan 2,3 persen pada Oktober 2024, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan angka sebelumnya yang tercatat 2,1 persen. Hal ini menunjukkan adanya tekanan inflasi yang dapat memicu arus keluar dana dari pasar saham Indonesia, karena investor global cenderung mencari aset berbasis dolar AS yang memberikan imbal hasil lebih menarik.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah juga dapat tertekan, yang pada gilirannya akan meningkatkan biaya impor dan mempengaruhi stabilitas harga domestik.

Selain itu, sentimen domestik juga berperan dalam pergerakan IHSG. Beberapa isu domestik yang turut memengaruhi pasar saham adalah Pilkada Serentak 2024 dan rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen. Kedua faktor ini dapat memengaruhi persepsi investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia, yang pada gilirannya memengaruhi keputusan mereka dalam berinvestasi di pasar saham. (*)