Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Kiyosaki Ramal BTC Sentuh USD500 Ribu, Kolektor bisa Pesta Pora

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 01 December 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Kiyosaki Ramal BTC Sentuh USD500 Ribu, Kolektor bisa Pesta Pora

KABARBURSA.COM - Penulis buku keuangan terkenal Rich Dad Poor Dad Robert Kiyosaki, kembali menarik perhatian. Ia baru saja memprediksi harga Bitcoin yang akan mengalami kenaikan signifikan.

Menurut Kiyosaki, mata uang kripto terpopuler ini dapat menembus harga USD500.000 atau sekitar Rp7,9 miliar di tahun depan. Lebih jauh, Kiyosaki bahkan menyebut kemungkinan Bitcoin mencapai USD10 juta (Rp 158 miliar), meskipun ia tidak memberikan kerangka waktu spesifik untuk pencapaian tersebut.

Prediksi ini bukanlah yang pertama kali disampaikan oleh Kiyosaki. Sebelumnya, ia memproyeksikan harga Bitcoin bisa melampaui USD350.000 pada Agustus 2024 dan menembus USD1 juta pada tahun 2030.

Menurutnya, salah satu faktor pendorong utama menterengnya harga bitcoin adalah kemajuan pesat dalam kecerdasan buatan (AI) yang dapat mengguncang sistem keuangan global. Dirinya melihat Bitcoin sebagai aset lindung nilai yang kokoh terhadap ketidakstabilan mata uang fiat dan tantangan yang ditimbulkan oleh teknologi baru seperti AI.

Namun, prediksi Kiyosaki sering kali memicu perdebatan. Reputasinya sebagai pendukung vokal Bitcoin membuatnya menjadi tokoh yang berpengaruh di kalangan komunitas kripto, meskipun sikap optimisnya kerap dianggap terlalu ekstrem.

Terlebih lagi, beberapa proyeksi sebelumnya terbukti meleset dari kenyataan. Meski demikian, ia tetap konsisten dalam keyakinannya bahwa Bitcoin memiliki potensi besar untuk mendominasi lanskap keuangan di masa depan.

Selain Kiyosaki, sejumlah analis dan tokoh terkemuka lainnya juga memproyeksikan masa depan cerah untuk Bitcoin.

Contohnya, salah satu pendiri BitMEX Arthur Hayes. Dia mengemukakan, kemungkinan harga Bitcoin mencapai USD1 juta dalam jangka panjang, terutama karena tekanan inflasi yang terus meningkat.

Hal senada disampaikan CEO ARK Invest Cathie Wood. Ia telah melakukan revisi terhadap perkiraannya untuk tahun 2030. menurutnya, harga bitcoin bisa tembus USD1,5 juta dari sebelumnya diprediksi USD1 juta. Lagi-lagi ini mencerminkan optimisme yang semakin tinggi dari para kolektor terhadap aset digital ini.

Dari sisi institusional, Wall Street juga menunjukkan minat yang semakin besar terhadap Bitcoin. Bernstein Research, sebuah firma investasi terkemuka, memprediksi bahwa Bitcoin dapat mencapai USD200.000 pada tahun 2025.

Prediksi tersebut didorong oleh faktor-faktor seperti adopsi institusional, kejelasan regulasi, dan potensi pengaruh politik, termasuk kemenangan Donald Trump. Mereka juga memperkirakan bahwa harga Bitcoin bisa melampaui USD500.000 pada tahun 2029 dan USD1 juta pada tahun 2033.

Salah satu katalis utama dalam tesis Bernstein adalah peluncuran ETF Bitcoin yang diatur. Mereka menyebut bahwa ETF ini dapat menarik modal tradisional ke ruang kripto dan memberikan Bitcoin status sebagai "emas digital" yang lebih terintegrasi dalam portofolio keuangan.

Dalam skenario ini, ETF diproyeksikan mewakili 15 persen dari permintaan global terhadap Bitcoin pada tahun 2033, yang dapat mendorong adopsi dan pertumbuhan nilai lebih jauh.

Meskipun banyak prediksi ini masih bersifat spekulatif, narasi besar di balik Bitcoin tetap kuat yaitu sebagai aset digital yang menawarkan alternatif terhadap sistem keuangan tradisional yang sering kali dianggap rapuh.

Dengan adopsi institusional yang meningkat, dukungan dari tokoh-tokoh berpengaruh, dan integrasi teknologi seperti AI, Bitcoin terus menarik perhatian sebagai salah satu aset paling dinamis di dunia keuangan modern.

Waktu akan menjawab apakah prediksi-prediksi ini akan terwujud, tetapi satu hal yang pasti, Bitcoin tetap menjadi topik utama dalam diskusi tentang masa depan ekonomi global.

Gagal Tembus USD100.000

Sepertinya, prediksi Kiyosaki kali ini akan menemukan rintangan. Pasalnya, beberapa saat lalu mata uang bitcoin gagal menembus harga USD100 ribu.

Investor kini sedang bersiap menghadapi potensi penurunan signifikan. Dilansir dari Reuters, platform perdagangan  kripto mengungkapkan pergeseran strategi pasar menuju perlindungan terhadap risiko.

Pada 22 November lalu, bitcoin mencatatkan rekor tertinggi di USD99.830. Namun, sejak itu nilainya merosot lebih dari 8 persen hingga menyentuh level terendah mingguan di angka USD91.377,32.

Meskipun begitu, bitcoin telah melonjak 120 persen sepanjang tahun ini dan naik 34 persen hanya dalam bulan November. Kenaikan tersebut dipicu kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dan kehadiran sejumlah anggota Kongres yang mendukung kripto.

Selama kampanye, Trump menggaungkan janji menjadikan Amerika Serikat sebagai “pusat kripto dunia” dan menyusun cadangan nasional bitcoin.

Nick Forster, pendiri protokol opsi terdesentralisasi Derive, dalam pernyataannya pada Selasa mengungkapkan bahwa indeks call-put skew bitcoin untuk jatuh tempo 27 Desember menunjukkan penurunan signifikan sebesar 30 persen dalam 24 jam terakhir. Perubahan ini mencerminkan pergeseran sentimen pasar menuju strategi yang lebih defensif.

Call-put skew mencerminkan perbedaan volatilitas tersirat antara opsi beli (call) dan opsi jual (put). Meskipun opsi beli masih mendominasi, proporsinya telah menurun. “Ini menunjukkan para pedagang sedang melindungi diri dari potensi risiko penurunan,” ujar Forster.

Namun, ia menambahkan, koreksi seperti ini bukan hal yang asing dalam pasar bullish.

Tenggat waktu 27 Desember menjadi sorotan karena USD11,8 miliar opsi bitcoin akan kadaluarsa. Hal ini dapat memicu pergerakan besar, baik ke atas maupun ke bawah. Menurut Forster, ada kemungkinan 68 persen bitcoin akan turun 16,03 persen ke USD81.493 atau naik 19,9 persen ke USD115.579 pada tanggal tersebut.

Ada pula kemungkinan lebih kecil, sekitar 5 persen, bitcoin akan bergerak lebih ekstrem—jatuh 29,49 persen ke USD68.429 atau melonjak 41,83 persen ke USD137.645.

Data dari Derive juga menunjukkan peluang bitcoin mencapai USD100 ribu meningkat menjadi 45 persen, dari 34 persen pekan lalu. Selain itu, terdapat kemungkinan 4 persen bitcoin menembus USD 150 ribu.

Forster menambahkan, volatilitas bitcoin dalam tujuh hari terakhir relatif stabil. Tingkat volatilitas tersirat tujuh hari tercatat 63 persen, sementara untuk 30 hari berada di level 55 persen.

“Keselarasan ini menunjukkan pasar sedang mengantisipasi pergerakan besar dalam waktu dekat,” katanya.

Tekanan saat ini diduga berasal dari aksi ambil untung oleh investor. Anthony Pompliano, CEO Professional Capital Management, dalam suratnya kepada klien, mengutip analisis _checkonchain.com yang menunjukkan bahwa pemegang bitcoin jangka panjang telah melepas bitcoin senilai USD 60 miliar dalam 30 hari terakhir.

Sebanyak 21 persen dari pasokan yang dilepas pemegang jangka panjang sejak titik terendah bitcoin di USD 15.479, yang terjadi saat keruntuhan FTX dua tahun lalu, terjadi pada November ini.

“Ini adalah aksi ambil untung terbesar dalam siklus ini,” tulis _checkonchain.com di platform X.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.