Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Minyak Dunia Anjlok, Pasar Lebih Longgar Jelang 2025

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 30 November 2024 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Minyak Dunia Anjlok, Pasar Lebih Longgar Jelang 2025

KABARBURSA.COM - Harga minyak dunia terus merosot pada Jumat, 29 November 2024 dan mencatat penurunan mingguan lebih dari tiga persen. Turunnya harga ini didorong oleh berkurangnya kekhawatiran risiko pasokan akibat konflik Israel-Hizbullah dan prospek meningkatnya pasokan minyak pada 2025, meskipun OPEC+ diprediksi tetap memangkas produksi.

Berdasarkan data Reuters, minyak mentah Brent melemah 34 sen atau 0,46 persen menjadi USD72,94 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat turun 72 sen atau 1,05 persen ke USD68 per barel. Perdagangan berlangsung tenang seiring libur Thanksgiving di Amerika Serikat.

Dalam sepekan, Brent turun 3,1 persen, sementara WTI merosot 4,8 persen. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya premi risiko minyak setelah gencatan senjata di Timur Tengah pada Rabu. Meski demikian, tuduhan pelanggaran gencatan senjata masih berlanjut.

Pada Jumat, kantor berita resmi Lebanon melaporkan empat tank Israel memasuki desa perbatasan Lebanon. Namun, ketegangan ini belum berdampak signifikan pada pasokan minyak global.

Pasokan Melimpah di 2025

Pasar minyak menghadapi ancaman kelebihan pasokan pada 2025. Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan surplus lebih dari 1 juta barel per hari atau lebih dari satu persen produksi global.

“Data terbaru menunjukkan pasar tahun depan kemungkinan lebih longgar dibandingkan tahun ini. Harga minyak diperkirakan rata-rata lebih rendah dari level 2024,” ujar Tamas Varga, analis PVM Oil.

OPEC+ Masih Menunda

Kelompok OPEC+, yang mencakup negara-negara OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, menunda pertemuan kebijakan dari 1 Desember ke 5 Desember. Dalam pertemuan ini, mereka diharapkan memutuskan perpanjangan pemotongan produksi.

“Setelah dua kali penundaan, OPEC+ harus mempertimbangkan risiko penurunan harga lebih lanjut akibat pelepasan barel yang tidak diinginkan. Apalagi, produksi non-OPEC+ yang kuat tahun depan bisa menyebabkan surplus minyak mentah,” kata Ole Hansen, analis Saxo Bank.

Dalam survei Reuters terhadap 41 analis, harga rata-rata Brent diproyeksikan di level USD74,53 per barel pada 2025. Ini menjadi revisi turun ketujuh berturut-turut dalam proyeksi bulanan.

Tren Menurun

Harga minyak dunia juga turun pada Jumat, 29 November 2024 dengan Brent turun 55 sen menjadi USD72,73 per barel dan WTI AS turun 20 sen menjadi USD69,52 per barel. Secara mingguan, Brent turun 3,3 persen, sementara WTI melemah 3,8 persen. Dilansir dari Reuters, penurunan ini dipicu berkurangnya kekhawatiran soal gangguan pasokan akibat konflik Israel-Hezbollah.

Meskipun konflik di Timur Tengah masih berlangsung, pasokan minyak dari wilayah tersebut sejauh ini tidak mengalami gangguan signifikan. Sementara itu, OPEC+ memutuskan menunda rapat kebijakan hingga 5 Desember dan diperkirakan akan melanjutkan pemangkasan produksi.

Analis BMI menurunkan proyeksi harga Brent menjadi USDA76 per barel untuk 2025, mengutip lemahnya sentimen pasar dan tekanan harga. Namun, mereka memperingatkan bahwa langkah OPEC+ mungkin belum cukup untuk mengatasi surplus produksi yang diperkirakan tahun depan.

Di sisi lain, faktor geopolitik turut memengaruhi pasar. Rusia kembali menyerang fasilitas energi Ukraina, sementara Iran berencana memasang lebih dari 6.000 alat pengayaan uranium baru. Menurut Goldman Sachs, jika sanksi terhadap Iran diperketat tahun depan, pasokan minyak dari negara tersebut bisa turun hingga 1 juta barel per hari.

Sempat Stabil, Pasar Tunggu Sentimen Baru

Harga minyak mentah global cenderung stabil pada penutupan perdagangan Rabu, 27 November 2024, waktu setempat. Pergerakan ini mencerminkan keseimbangan antara tekanan pasar dan meredanya kekhawatiran pasokan.

Di satu sisi, lonjakan stok bensin di Amerika Serikat dan spekulasi kebijakan suku bunga Federal Reserve tahun depan menekan pasar. Namun, stabilitas mulai terjaga setelah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah meredakan ketegangan geopolitik yang sempat memicu ketakutan akan gangguan pasokan minyak global.

Brent, sebagai patokan internasional, ditutup naik tipis 2 sen menjadi USD72,83 per barel, sementara WTI, patokan minyak mentah Amerika Serikat, turun 5 sen menjadi USD68,72 per barel. Kini, pelaku pasar menunggu sentimen baru untuk menentukan arah pergerakan harga selanjutnya.

Data terbaru dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan peningkatan persediaan bensin. Sebelumnya, persediaan bensin hanya sebanyak 3,3 juta barel dalam satu minggu, kini naik menjadi 212,2 juta barel.

Kenaikan ini bertentangan dengan ekspektasi analis yang sebelumnya memprediksi bahwa minyak mentah mengalami penurunan produksi sebanyak 46.000 barel, jauh melampaui prediksi penurunan 605.000 barel.

Analis mencatat, lonjakan persediaan bensin ini tidak diiringi perubahan signifikan dalam permintaan. Padahal, diprediksi akan ada rekor jumlah perjalanan di liburan Thanksgiving kali ini. Situasi ini menekan harga minyak karena mencerminkan potensi melemahnya permintaan dalam beberapa minggu ke depan.(*)