KABARBURSA.COM - Harga emas spot naik 0,3 persen menuju level USD2.638,90 per ons pada penutupan perdagangan Rabu, 27 November 2024 atau Kamis dinihari WIB, 28 November 2024. Namun, saham ANTM, MDKA, BRMS, dan ARCI masih berada di zona merah.
Harga emas dunia kembali menguat setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah dalam lebih dari satu minggu. Kenaikan ini dipicu oleh pelemahan nilai tukar dolar AS.
Momentum penguatan emas sedikit terpangkas, lantaran data ekonomi menunjukkan inflasi yang cenderung stagnan. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa Federal Reserve sedang berhati-hati terhadap kebijakan suku bunga.
Selain harga emas spot naik yang naik 0,3 persen, emas berjangka Amerika Serikat juga ditutup dengan kenaikan yang lebih besar, yaitu 0,7 persen, menuju level USD2.639,90 per ons. Penguatan ini terjadi meski pasar Amerika Serikat akan libur pada Kamis, 28 November 2024, untuk merayakan Thanksgiving.
Selain emas, komoditas lain seperti perak juga mengalami lonjakan harga. Perak spot melonjak 1,1 persen ke USD30,09 per ons, sementara platinum sedikit naik 0,1 persen ke USD928,17 per ons. Namun, paladium melemah 0,4 persen menjadi USD973,76 per ons.
Data terbaru menunjukkan belanja konsumen AS tumbuh pesat selama Oktober 2024. Namun, upaya untuk menekan laju inflasi tampaknya melambat dalam beberapa bulan terakhir.
Chief Market Strategist dari Blue Line Futures Phillip Streible, menjelaskan bahwa kenaikan pendapatan pribadi menjadi salah satu pendorong pergerakan emas.
“Kenaikan pendapatan pribadi menunjukkan ketahanan ekonomi, bahkan dalam menghadapi inflasi yang tinggi. Hal ini dapat membuat Federal Reserve lebih berhati-hati dalam memangkas suku bunga secara agresif,” jelas Streible.
Pelemahan indeks dolar sebesar 0,8 persen ke level terendah dalam dua minggu, juga menjadi katalis positif bagi harga emas. Dengan nilai dolar yang melemah, daya tarik emas bagi pemegang mata uang selain dolar meningkat, sehingga memicu minat beli.
Menurut Streible, emas berpotensi mencapai level USD3.000 per ons dalam dua kuartal pertama 2025, kecuali terjadi lonjakan inflasi yang tajam. Jika inflasi melonjak, Federal Reserve mungkin perlu kembali menaikkan suku bunga, dan hal ini dapat memberikan tekanan bagi pasar emas.
Saat ini, pasar memperkirakan kemungkinan 70 persen Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar seperempat poin pada pertemuan Desember mendatang. Lingkungan suku bunga rendah umumnya menguntungkan bagi emas, karena meningkatkan daya tarik logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil.
Sebelum rilis data inflasi PCE, emas sempat menguat hingga 1 persen pada awal sesi perdagangan. Kenaikan ini merupakan pemulihan dari penurunan tajam USD100 yang terjadi pada hari Senin, 25 November 2024 waktu setempat. Itu adalah penurunan harian terbesar dalam lima bulan terakhir.
Penurunan ini dipicu oleh berkurangnya permintaan safe haven menyusul tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hizbullah di Lebanon.
Menurut analis dari Capital Economics Hamad Hussain, volatilitas harga emas dapat meningkat dalam waktu dekat, terutama menjelang pelantikan Presiden AS Donald Trump dan perkembangan situasi geopolitik di Timur Tengah.
Kenaikan harga emas menunjukkan sentimen positif yang didukung pelemahan dolar AS dan ekspektasi pelonggaran suku bunga oleh Federal Reserve. Namun, volatilitas pasar masih tinggi akibat ketidakpastian data inflasi dan perkembangan geopolitik global.
Dalam lingkungan ini, emas tetap menjadi pilihan investasi strategis, terutama untuk mengelola risiko di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global.
Penguatan emas spot dan berjangka ini belum sepenuhnya mempengaruhi harga saham terkait di dalam negeri. Harga saham Aneka Tambang Tbk (ANTM) pada penutupan perdagangan Selasa, 26 November 2024, mengalami penurunan harga sebesar 2,36 persen.
Harga terakhir tercatat sebesar Rp1.450, turun 35 poin dari harga penutupan sebelumnya. Aktivitas perdagangannya pun tampak tak bergairah, dengan volume transaksi sebesar 30,28 juta, yang berada di bawah rata-rata volume harian sebesar 98,24 juta.
Pun dengan pergerakan saham Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Harga sahamnya tercatat sebesar Rp2.000, mengalami penurunan 30 poin atau 1,48 persen dibandingkan dengan penutupan sebelumnya.
Volume perdagangan pada penutupan Selasa, 26 November 2024 hanya 28,69 juta, lebih rendah dari rata-rata volume harian sebesar 41,88 juta. Ini mencerminkan lemahnya sentimen pasar atau minat beli yang berkurang.
Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) juga sedang tidak kinclong. Sahamnya anjlok di penutupan perdagangan Selasa, 26 November 2024. Mengutip data Stockbit pada Kamis, 28 November 2024, saham tercatat sebesar 410, turun 12 poin atau 2,84 persen dibandingkan penutupan sebelumnya.
Volume perdagangannya pun hanya mencapai 686,4 juta, lebih rendah dari rata-rata volume harian sebesar 1,28 miliar. Artinya, terjadi penurunan harga yang disertai dengan volume transaksi di bawah rata-rata.
Dan terakhir, Archi Indonesia Tbk (ARCI). Sahamnya stagnan di level Rp266, tidak bergerak atau stabil. Volume perdagangannya pun tercatat hanya sebesar 2,77 juta, jauh di bawah rata-rata volume harian sebesar 6,84 juta.
Kenaikan emas spot dan berjangka ternyata belum memberikan pengaruh signifikan pada perdagangan saham terkait di dalam negeri. Justru, sejumlah saham seperti ANTM, MDKA, BRMS, dan ARCI beberapa hari ini terpantau masih berada di zona merah.
Tidak banyak terjadi jual beli saham, bahkan rata-rata semua emiten ditransaksikan di bawah rata-rata harian.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.