KABARBURSA.COM - Harga nikel terus mengalami penurunan sejak April 2023, memberikan dampak signifikan bagi industri nikel di seluruh dunia. Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) melaporkan bahwa kondisi nikel, sejak April 2023 hingga saat ini, mengalami penurunan yang sangat mempengaruhi semua pelaku industri nikel.
Menurut Sekretaris Jenderal APNI, Meidy Katrin Lengkey, penurunan harga nikel tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga memaksa beberapa tambang nikel di negara-negara lain, termasuk Australia, untuk menutup operasional.
"Dalam situasi ini, bersyukur Indonesia masih dapat bertahan menghadapi penurunan harga nikel yang semakin signifikan," ujar Meidy dalam Market Review IDX pada Rabu (24/1/2024).
APNI mengidentifikasi oversupply nikel dari Indonesia sebagai salah satu faktor utama yang mendukung penurunan harga nikel global sejak tahun lalu.
"Meskipun kita bangga dengan pencapaian industri hilir nikel di Indonesia, namun nyatanya, produksi yang terlalu berlebihan, terlalu sukses, bahkan melampaui kapasitas yang ada," ungkap Meidy.
Berdasarkan data APNI, saat ini terdapat 81 pabrik yang aktif melakukan kegiatan produksi nikel di Indonesia. Hal ini menandakan bahwa bijih nikel Indonesia telah digunakan dan diolah menjadi produk nikel. Bahkan, dari 81 pabrik tersebut, 4 pabrik sudah menghasilkan bahan baku nantinya, seperti nikel, mangan, dan kobalt, melalui proses hidrometalurgi.
Meidy juga menyoroti bahwa dampak dari oversupply nikel Indonesia secara keseluruhan masih melibatkan pengiriman ke China. "Ketidakseimbangan yang dihasilkan dari oversupply nikel di dunia, salah satunya adalah oversupply nikel dari Indonesia, dan semua hasil olahan nikel dari Indonesia sebagian besar masih dikirim ke China," jelasnya.
Sementara itu, situasi ekonomi di China sendiri turut berkontribusi pada penurunan tajam harga nikel. Permintaan untuk olahan nikel dari Indonesia, terutama digunakan dalam produksi stainless steel, sebagian besar berasal dari China. kondisi ekonomi yang menurun di negara Tirai Bambu itu turut menjadi salah satu pemicu penurunan permintaan.
Penurunan harga nikel yang terus berlanjut menghadirkan tantangan serius bagi industri nikel di Indonesia dan global, memaksa para pemangku kepentingan untuk mencari solusi guna menghadapi kondisi pasar yang sulit ini.
Andy Home di Reuters mengamati lonjakan stok yang menekan harga nikel ini. Menurut Home, nikel mengalami performa terlemah di Bursa Logam London (LME) tahun lalu, terutama karena antisipasi lonjakan pasokan dari Indonesia.
"Produksi tambang Indonesia meningkat 29,2{83d9da1e9ecde61c764441f7e22858ba4cdb50929b12145c6a911727919b2f20} secara tahunan dalam 10 bulan pertama 2023, mendahului pertumbuhan permintaan nikel yang didorong oleh penggunaan dalam baterai kendaraan listrik," tulis Home.
Menurutnya, surplus pasokan awalnya terjadi pada produk intermediate seperti ferronikel dan matte, bukan pada logam murni yang diperdagangkan di LME dan Bursa Komoditas Shanghai (ShFE). Namun, stok meningkat di kedua bursa, mempersempit kesenjangan harga antara logam murni dan nikel lainnya.
Harga nikel LME tiga bulan, saat ini $16.050 per metrik ton, menggerus kurva biaya, menantang produsen dalam situasi tekanan marjin. Stok LME yang rendah sepanjang tahun lalu mencerminkan kesenjangan antara ekspansi cepat produk intermediate Indonesia dan segmen logam murni yang tetap ketat.
Masuknya logam Rusia ke LME mendorong peningkatan stok terjamin, sementara tonase logam China juga bertambah. Ekspansi kapasitas konversi China ke logam murni meningkatkan stok, menambah tekanan harga nikel LME yang sudah mendekati level terendah tiga tahun.
Meskipun peningkatan likuiditas stok dari konverter China disambut oleh bursa, ini memberikan tekanan pada produsen lain. Harapan akan kenaikan harga dari rebalancing indeks dan pembelian yang diharapkan tidak terwujud, meninggalkan produsen dengan biaya tinggi kesulitan bertahan.
Tantangan utama adalah ketidakpastian terkait berhentinya lonjakan nikel Indonesia, dengan surplus diperkirakan bertahan hingga 2027. Transformasi surplus menjadi logam murni akan terus meningkatkan stok pertukaran, menambah tekanan pada harga nikel.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.