KABARBURSA.COM - Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) terus menunjukkan daya tarik yang luar biasa di pasar modal Indonesia. Hal ini tercermin dari jumlah investor yang terus meningkat setiap bulannya.
Berdasarkan data yang tersedia, BBRI memiliki jumlah saham beredar sebanyak 151.559.001.604 unit saham. Angka ini menunjukkan likuiditas yang tinggi, yang tentu saja memberi kemudahan bagi investor untuk bertransaksi.
Pada Oktober 2024, jumlah pemegang saham BBRI tercatat mencapai 586.126 orang. Ini adalah sebuah lonjakan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya, yang berada di angka 530.393 investor.
Lalu, pada Agustus 2024, jumlah investor saham BBRI tercatat sebanyak 519.072 orang. Ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan sepanjang tahun ini, bahkan jika dibandingkan dengan data pada Januari 2024 yang mencatatkan 334.912 investor.
Peningkatan ini menunjukkan bahwa saham BBRI semakin diminati dan menjadi pilihan favorit di kalangan investor yang mencari kestabilan dan pertumbuhan dalam portofolio investasi mereka.
Tak hanya itu, jika dilihat dalam perspektif tahunan, jumlah investor BBRI juga mengalami kenaikan yang signifikan, dari 331.955 investor pada Desember 2023 hingga mencapai 586.126 investor pada Oktober 2024.
Dengan kata lain, dalam sepuluh bulan pertama tahun ini, terdapat tambahan sebanyak 254.171 investor baru yang bergabung dalam kepemilikan saham BBRI.
Saham BBRI memang dikenal memiliki fundamental yang solid dan prospek yang cerah. Bank ini tidak hanya menjadi bank dengan jaringan terluas di Indonesia, tetapi juga berfokus pada pelayanan kepada sektor UMKM yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.
Dengan portofolio yang solid dan strategi yang tepat, BBRI telah membuktikan dirinya sebagai salah satu bank terbesar dan terkemuka di Indonesia, serta pilihan utama bagi investor yang mencari saham blue chip dengan kinerja stabil.
Melihat dari sisi ini, pertumbuhan jumlah investor saham BBRI bukanlah hal yang mengejutkan. Faktor-faktor seperti fundamental perusahaan yang kuat, dukungan terhadap UMKM, dan reputasi yang baik di kalangan masyarakat menjadi katalis utama dalam menarik minat investor.
Peningkatan jumlah investor ini juga menunjukkan kepercayaan yang tinggi terhadap prospek masa depan BBRI, terutama di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang terus menunjukkan tanda-tanda pemulihan pasca-pandemi.
Dengan peningkatan jumlah investor yang pesat ini, saham BBRI semakin mempertegas posisinya sebagai pilihan utama dalam portofolio investasi banyak orang. Bagi investor yang mencari saham dengan risiko yang relatif rendah namun potensi pertumbuhan yang stabil, BBRI tetap menjadi pilihan yang menjanjikan. Seiring dengan semakin banyaknya investor yang bergabung, saham BBRI berpotensi terus mengukir prestasi di pasar modal Indonesia.
Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mencatatkan laba bersih yang cukup signifikan dalam sepuluh bulan pertama tahun 2024, dengan total laba bersih bank only mencapai Rp45,7 triliun. Catatan tersebut mengalami kenaikan 5,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Namun, meskipun laba bersih menunjukkan pertumbuhan, ada beberapa tantangan yang perlu dicermati, terutama terkait dengan peningkatan biaya kredit (Credit Cost/CoC) dan penurunan Net Interest Margin (NIM), yang dapat mempengaruhi prospek kinerja bank di sisa tahun ini.
Salah satu aspek yang menjadi perhatian adalah kenaikan CoC, yang setelah sempat mengalami perbaikan dalam beberapa bulan terakhir, kembali meningkat pada Oktober 2024 menjadi 3,15 persen.
Kenaikan ini, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan puncaknya di bulan Mei dan Juli 2024 yang mencapai 3,8–3,9 persen, tetap menjadi faktor yang memberikan dampak negatif pada laba bersih bulanan.
CoC yang lebih tinggi ini mengindikasikan adanya peningkatan beban provisi yang mencapai Rp3,2 triliun pada Oktober 2024, melonjak 83 persen dibandingkan tahun lalu.
Dengan demikian, beban provisi untuk periode 10 bulan pertama 2024 pun mengalami kenaikan signifikan sebesar 36 persen YoY, mencapai Rp31,6 triliun.
Kenaikan CoC ini menjadi faktor penekan bagi laba bersih bulanan BBRI, meskipun secara operasional, bank masih mampu mencatatkan Pre-Provision Operating Profit (PPOP) yang cukup solid, yaitu Rp8,5 triliun pada Oktober 2024, meskipun ada penurunan sebesar 11 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
PPOP yang tumbuh 19 persen YoY selama 10M24 menunjukkan bahwa meskipun ada tekanan pada beban provisi, BBRI masih dapat mempertahankan kinerja operasional yang cukup baik.
Di sisi lain, BBRI juga mengalami penurunan dalam Net Interest Margin (NIM), yang turun ke level 6,28 persen pada Oktober 2024. Penurunan ini mencerminkan penurunan yield yang diperoleh dari aset bank, yang disebabkan oleh pergeseran dalam portofolio aset ke instrumen dengan yield yang lebih rendah.
Penempatan BBRI pada Bank Indonesia mengalami kenaikan sebesar 17 persen YoY, sementara penempatan pada surat berharga, termasuk obligasi pemerintah, turun 8,6 persen.
Penurunan NIM ini mengindikasikan adanya penurunan efisiensi dalam menghasilkan pendapatan bunga, yang dapat membebani kinerja keuangan bank di masa mendatang.
Meskipun menghadapi tantangan-tantangan tersebut, BBRI berhasil menjaga efisiensi operasionalnya dengan cukup baik. Beban operasional (opex) pada Oktober 2024 tercatat sebesar Rp5,4 triliun, turun 2,8 persen YoY, meskipun mengalami kenaikan 19 persen MoM.
Penurunan opex ini didorong oleh penghematan dalam beban tenaga kerja, yang berkontribusi terhadap pengendalian biaya secara keseluruhan. Selama 10 bulan pertama 2024, opex BBRI hanya tumbuh sebesar 4,4 persen YoY, yang turut membantu meningkatkan PPOP bank sebesar 15 persen YoY, mencapai Rp89,5 triliun.
Secara keseluruhan, meskipun BBRI menghadapi beberapa tantangan yang terkait dengan kenaikan CoC dan penurunan NIM, bank ini masih menunjukkan daya tahan yang cukup baik dalam mengelola efisiensi operasional dan mempertahankan profitabilitas.
Meskipun ada kekhawatiran di pasar terkait dengan kualitas aset dan kinerja anak usaha BRI, khususnya PT Permodalan Nasional Madani (PNM), yang tidak tercermin dalam kinerja bank only, investor masih perlu menunggu dan melihat bagaimana dinamika ini berkembang di akhir tahun 2024.
Jika CoC dapat kembali menormalisasi, ada potensi bahwa BBRI akan melanjutkan tren pertumbuhan laba dan tetap menjadi salah satu bank dengan kinerja yang solid di Indonesia.
Sebagai salah satu bank milik pemerintah, fundamental BBRI sepertinya tidak perlu diragukan. Mengutip data Stockbit pada Rabu, 27 November 2024, Bank Rakyat Indonesia menunjukkan sejumlah indikator fundamental yang menarik bagi investor, meskipun mengalami beberapa tantangan dalam beberapa kuartal terakhir.
Valuasi Saham
Valuasi saham BBRI saat ini terlihat menarik dengan rasio harga terhadap laba (PE Ratio) yang cukup rendah, baik pada basis tahunan maupun trailing twelve months (TTM).
Rasio PE tahunan yang tercatat sebesar 11,10 dan PE TTM sebesar 10,90 menunjukkan bahwa saham ini diperdagangkan dengan harga yang relatif wajar dibandingkan dengan laba yang dihasilkan.
Jika dibandingkan dengan PE Ratio IHSG yang berada pada level median 7,16, rasio PE BBRI tergolong lebih tinggi, namun masih berada dalam kisaran yang dapat diterima untuk sebuah bank dengan fundamental yang kuat.
Forward PE ratio yang tercatat di angka 10,07 memberikan gambaran bahwa saham ini memiliki potensi untuk terus berkembang.
Earnings yield, yang dihitung dari rasio laba terhadap harga saham, berada di level 9,17 persen, yang menunjukkan bahwa investor dapat memperoleh pengembalian yang cukup baik dibandingkan dengan harga saham yang ada.
Adapun rasio Price to Book Value (P/BV) yang berada di angka 2,06 mencerminkan bahwa pasar memberikan premium terhadap nilai buku BBRI, tetapi ini juga mencerminkan kepercayaan pasar terhadap kinerja masa depan bank ini.
Rasio lain seperti Price to Sales (P/S) yang tercatat pada 3,26 dan Price to Cashflow (P/CF) yang berada pada 11,17, memberikan gambaran bahwa BBRI memiliki basis pendapatan yang solid dan arus kas yang cukup sehat.
Namun, rasio Price to Free Cashflow (P/FCF) yang lebih tinggi di 12,65 menunjukkan sedikit kekhawatiran mengenai kapasitas perusahaan untuk menghasilkan arus kas bebas dalam jumlah besar.
Profitabilitas dan Pertumbuhan
BBRI menunjukkan kinerja yang solid dalam hal profitabilitas, dengan margin laba kotor mencapai 69,47 persen, margin laba operasional 37,26 persen, dan margin laba bersih 29,35 persen.
Ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan yang signifikan dari pendapatannya, meskipun ada sedikit penurunan pada margin laba kotor dan laba operasional dibandingkan periode sebelumnya.
Dari sisi pertumbuhan, pendapatan kuartalan BBRI tumbuh 8,20 persen YoY, sementara laba bersihnya tumbuh sebesar 5,43 persen YoY, meskipun ada sedikit penurunan dalam pertumbuhan laba kotor yang tercatat -0,61 persen.
Ini menggambarkan bahwa meskipun ada beberapa tantangan dalam hal margin, perusahaan tetap mampu tumbuh dalam hal pendapatan dan laba.
Namun, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, seperti penurunan rasio Return on Assets (ROA) dan Return on Capital Employed (ROCE) yang masing-masing tercatat 3,12 persen dan 3,99 persen.
Meskipun Return on Equity (ROE) BBRI terbilang tinggi di 18,92 persen, indikator lainnya menunjukkan adanya sedikit tekanan pada efisiensi penggunaan aset dan modal perusahaan.
Solvabilitas dan Manajemen Keuangan
Dari sisi solvabilitas, BBRI menunjukkan struktur keuangan yang relatif sehat dengan rasio debt to equity yang sangat rendah, yakni hanya 0,01, menandakan bahwa bank ini tidak terlalu bergantung pada utang dalam membiayai operasinya.
Meskipun total liabilitas terhadap ekuitas sebesar 5,05 dan total utang terhadap aset yang lebih tinggi, indikator ini lebih menunjukkan leverage yang lebih tinggi dari sisi laporan keuangan daripada risiko kebangkrutan yang nyata.
Rasio leverage keuangan perusahaan tercatat tinggi, dengan Financial Leverage sebesar 6,07, yang menunjukkan tingkat ketergantungan terhadap modal eksternal.
Pencatatan kas yang cukup besar di Rp22,763 miliar dan arus kas operasi yang positif sebesar Rp59,697 miliar menunjukkan bahwa BBRI memiliki likuiditas yang cukup baik untuk memenuhi kewajibannya dan mendukung operasionalnya di masa depan.
Kinerja Saham dan Dividen
Kinerja harga saham BBRI dalam setahun terakhir menunjukkan penurunan yang signifikan, dengan harga sahamnya turun 18,52 persen dalam 12 bulan terakhir, dan turun 23,14 persen year-to-date (YTD).
Meskipun begitu, dalam jangka panjang, saham BBRI mencatatkan return yang cukup baik dengan kenaikan harga 96,52 persen dalam 10 tahun terakhir, mencerminkan potensi jangka panjang yang solid bagi investor.
Selain itu, BBRI juga memberikan dividen yang menarik dengan payout ratio yang tinggi, mencapai 80,46 persen, dan dividen yield sebesar 7,25 persen.
Rekomendasi
Secara keseluruhan, saham BBRI menawarkan valuasi yang relatif wajar dengan rasio PE yang rendah, margin profitabilitas yang solid, dan potensi pertumbuhan yang baik, meskipun ada beberapa tantangan dalam hal margin dan tingkat efisiensi operasional.
Kinerja sahamnya yang tertekan dalam jangka pendek menunjukkan bahwa pasar mungkin cemas terhadap beberapa faktor makroekonomi atau faktor internal bank, seperti meningkatnya biaya kredit dan penurunan margin bunga bersih.
Dengan mempertimbangkan risiko dan potensi dividen yang menarik, serta outlook yang relatif stabil untuk jangka panjang, saham BBRI bisa menjadi pilihan yang baik bagi investor dengan profil risiko moderat hingga konservatif yang mencari kombinasi antara pendapatan dividen yang tinggi dan potensi pertumbuhan.
Namun, bagi investor yang lebih berfokus pada pertumbuhan harga saham jangka pendek, perlu waspada terhadap fluktuasi harga saham yang bisa tetap terjadi dalam waktu dekat.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.