Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

DAAZ: IPO, Saham Terbang Tinggi, Dua Kali Suspensi, Apa Lagi?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 27 November 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
DAAZ: IPO, Saham Terbang Tinggi, Dua Kali Suspensi, Apa Lagi?

KABARBURSA.COM - Daaz Bara Lestari Tbk, perusahaan yang berfokus pada penyawaan kapal untuk batu bara dan lainnya, berkode saham DAAZ, dua minggu lalu baru saja melakukan initial public offering (IPO).

Tepatnya pada 11 November 2024, DAAZ melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saat itu, saham DAAZ mencatatkan kenaikan luar biasa.

Pada Senin, 18 November 2024, misalnya, saham perusahaan ini melonjak 24,72 persen dan ditutup di level Rp3.330 per saham. Dalam sepekan perdagangan sejak debutnya, harga saham DAAZ telah melambung hingga 142,18 persen.

Kenaikan signifikan ini tentu saja menjadi sorotan, karena saat IPO harga saham DAAZ ditetapkan hanya sebesar Rp880 per saham. Dari IPO tersebut, DAAZ berhasil meraup dana segar sebesar Rp264 miliar.

Volatilitas yang tinggi juga memunculkan kekhawatiran terkait stabilitas pasar, sehingga BEI mengambil tindakan preventif melalui suspensi ini. Keputusan tersebut memberikan ruang bagi pelaku pasar untuk mengevaluasi potensi investasi dengan lebih rasional dan berdasarkan data yang akurat.

Dan, akhirnya pada Selasa, 19 November 2024, BEI menghentikan sementara perdagangan saham DAAZ di pasar reguler dan pasar tunai. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk cooling down, menyusul lonjakan harga kumulatif yang dinilai signifikan.

Dua Kali Disuspensi

Sehari setelah disuspensi, BEI membuka gembok dan mempersilahkan DAAZ untuk diperdagangkan kembali di Bursa. Setelah dibuka kembali pada 20 November 2024, saham DAAZ kembali melesat 24,62 persen ke level Rp4.150.

Akibat kenaikan beruntun ini, saham DAAZ telah mencatatkan kenaikan kumulatif luar biasa sebesar 371,59 persen hanya dalam waktu dua pekan sejak IPO.

Namun, lonjakan ini kembali menimbulkan kekhawatiran terkait potensi spekulasi dan stabilitas pasar, sehingga BEI menghentikan lagi perdagangan DAAZ pada 21 November 2024.

Langkah ini dilakukan sebagai bentuk perlindungan bagi investor sekaligus memberikan waktu untuk menganalisis perkembangan saham DAAZ secara lebih mendalam.

Suspensi kali ini lumayan berlangsung lama. Baru pada 25 November 2024, BEI mengumumkan pembukaan suspensi perdagangannya.

DAAZ Kembali Terbang Tinggi

Usai pembukaan, saham DAAZ langsung melesat. Hingga pukul 16.14 WIB, Selasa, 26 November 2024, DAAZ terbang tinggi hingga 9,89 persen, hinggap di level Rp4.110.

Ditutup di level Rp4.110 per saham, harga saham DAAZ mengalami lonjakan sebesar Rp370 atau 9,89 persen dibandingkan harga penutupan sebelumnya di Rp3.740. Angka ini juga mencapai batas atas auto rejection atas (ARA), menunjukkan tingginya minat investor terhadap saham ini.

Pada sesi perdagangan tersebut, saham DAAZ dibuka di harga Rp3.740 dan langsung menyentuh level tertingginya di Rp4.110, yang sekaligus menjadi level penutup. Tidak ada penurunan signifikan yang tercatat, dengan harga terendah tetap berada di Rp3.740.

Kenaikan ini terjadi di tengah tingginya aktivitas perdagangan, dengan total nilai transaksi mencapai Rp27,5 miliar dan frekuensi transaksi sebanyak 5.065 kali. Selain itu, total volume perdagangan mencapai 69.000 lot, mencerminkan likuiditas yang cukup baik untuk saham ini.

Rata-rata harga perdagangan saham DAAZ tercatat di Rp3.977, menunjukkan konsistensi kenaikan harga. Sementara itu, tidak ada data pembelian oleh investor asing (foreign buy), sedangkan penjualan asing (foreign sell) tercatat sebesar 9,9 juta saham. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun terjadi aksi jual asing, minat domestik tetap tinggi sehingga mendukung kenaikan harga.

Dengan mencapai ARA di Rp4.110, saham DAAZ terus memikat perhatian investor, baik sebagai peluang investasi jangka pendek maupun sebagai bagian dari portofolio yang lebih besar.

Namun, di tengah euforia kenaikan ini, investor tetap disarankan untuk mencermati fundamental perusahaan dan memastikan keputusan investasi berdasarkan data yang akurat, bukan hanya mengikuti tren pasar. Hal ini penting mengingat fluktuasi harga yang tinggi bisa menjadi pedang bermata dua bagi investor.

Penjualan Nikel DAAZ Bayangi INCO Cs

Meskipun disuspensi, namun penjualan nikel DAAZ sangat moncer. DAAZ, yang didirikan pada 2009, memulai kiprahnya di sektor perdagangan komoditas batu bara.

Seiring waktu, perusahaan ini melakukan diversifikasi bisnis dengan memasuki perdagangan komoditas nikel dan bahan bakar diesel, serta jasa angkutan laut dan jasa pertambangan.

Diversifikasi ini tampaknya mulai membuahkan hasil, terutama pada segmen nikel yang menunjukkan kinerja penjualan yang cukup menjanjikan.

Berdasarkan laporan keuangan, penjualan nikel DAAZ hingga kuartal IV/2023 tercatat sebesar Rp2,80 triliun, meningkat 1,44 persen dibandingkan Rp2,76 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Selama periode empat bulan, hingga 30 April 2024, DAAZ mencatat penjualan nikel sebesar Rp732,9 miliar, yang menunjukkan keberlanjutan kontribusi segmen ini terhadap pendapatan perusahaan.

Pendapatan tersebut perlu dipertimbangkan oleh emiten lain yang serupa, yang lebih senior. Sebut saja PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM).

INCO mencatatkan penjualan sebesar Rp19,6 triliun hingga kuartal IV/2023, naik 4,47 persen dari Rp18,7 triliun pada tahun sebelumnya. Sementara itu, ANTM mencatatkan lonjakan penjualan bijih nikel sebesar 60,88 persen, dari Rp5,16 triliun pada 2022 menjadi Rp8,3 triliun pada 2023.

Hal ini menunjukkan bahwa DAAZ masih menghadapi tantangan signifikan untuk menyaingi emiten dengan skala besar di sektor ini.

Walau begitu, kinerja DAAZ lebih unggul dibandingkan beberapa emiten kecil hingga menengah seperti PT PAM Mineral Tbk. (NICL), yang mencatat penjualan nikel sebesar Rp1,136 triliun, serta PT Central Omega Resources Tbk. (DKFT), dengan penjualan Rp811,6 miliar hingga kuartal IV/2023.

Bahkan, penjualan nikel DAAZ juga melampaui kinerja PT Ifishdeco Tbk. (IFSH), yang mencatatkan penjualan sebesar Rp1,34 triliun, dan PT Timah Tbk. (TINS), yang hanya mencatat Rp153,6 miliar pada periode yang sama.

Di sisi lain, DAAZ tetap memiliki tantangan yang harus dihadapi dengan baik. Sentimen pasar terhadap harga nikel cenderung melemah. Apalagi, presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump, baru saja mengumumkan perang dagang dengan tiga negara, yaitu China, Kanada, dan Meksiko.

Berdasarkan data London Metal Exchange (LME), harga nikel ditutup turun 0,59 persen menjadi USD16.000 per ton pada 21 November 2024. Penurunan ini diikuti oleh kontrak berjangka nikel untuk Januari 2025 yang turun 1,24 persen ke level USD15.621,57.

Pergerakan harga ini dapat memengaruhi margin keuntungan bagi perusahaan seperti DAAZ yang bergantung pada fluktuasi harga komoditas global.

Fundamental DAAZ dan Rekomendasinya

PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ) telah menarik perhatian pasar dengan performa harga saham yang impresif sejak Initial Public Offering (IPO). Namun, analisis data fundamental perusahaan menunjukkan beberapa aspek yang perlu dicermati oleh para investor sebelum mengambil keputusan investasi.

Kinerja Fundamental DAAZ

Saat ini, DAAZ memiliki Price to Earnings Ratio (P/E) annualized sebesar 46,94, jauh di atas median P/E IHSG sebesar 7,16. Hal ini menunjukkan valuasi saham yang relatif mahal dibandingkan rata-rata pasar.

Price to Book Value (P/B) DAAZ tercatat sebesar 8,82, yang juga cukup tinggi dan mengindikasikan harga saham yang sudah sangat premium terhadap nilai buku perusahaan.

Profitabilitas dan Efisiensi terlihat dari Net Profit Margin, yang pada kuartal terakhir hanya 1,69 persen. Angka ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih masih terbatas.

Rasio efisiensi DAAZ seperti Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Return on Capital Employed (ROCE) masih berada di 0,00 persen. Ini artinya, belum ada nilai tambah yang signifikan dari aset atau modal yang digunakan.

Kesehatan keuangan tampak baik-baik saja. DAAZ memiliki Current Ratio sebesar 1,68 dan Quick Ratio 1,58, menunjukkan likuiditas yang memadai untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.

DAAZ memiliki Debt to Equity Ratio sebesar 0,18, yang mengindikasikan struktur modal yang konservatif dengan tingkat utang rendah, sehingga risiko finansial relatif terkendali.

Sementara, posisi kas bersih perusahaan kuat dengan kas Rp285 miliar, sementara utang total hanya Rp170 miliar. Dengan Net Debt negatif sebesar Rp115 miliar, perusahaan memiliki fleksibilitas keuangan yang cukup baik.

Pertumbuhan dan solvabilitas DAAZ terlihat dari data laba bersih tahunan (annualized) yang menunjukkan kinerja moderat, dengan laba sebesar Rp175 miliar di 2024 Q1.

Altman Z-Score sebesar 2,58 berada di zona aman, mengindikasikan risiko kebangkrutan yang relatif rendah dalam waktu dekat.

Selanjutnya, DAAZ memiliki Days Sales Outstanding (DSO) sebesar 27,95 hari dan Days Payables Outstanding (DPO) 16,73 hari. Siklus konversi kas yang relatif cepat, yaitu 15,64 hari, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola arus kas operasionalnya dengan baik.

Dengan skor Piotroski sebesar 3, perusahaan berada dalam kategori fundamental yang lemah. Hal ini memperkuat perlunya investor untuk berhati-hati dalam menyikapi saham ini, meskipun harga sahamnya menunjukkan performa yang impresif.

Prospek dan Rekomendasi

DAAZ adalah pemain baru yang bergerak di industri perdagangan bijih nikel, sektor yang memiliki potensi besar seiring meningkatnya permintaan nikel untuk mendukung transisi energi dan kendaraan listrik. Namun, valuasi saham yang tinggi, profitabilitas terbatas, dan data kinerja historis yang belum lengkap menjadi catatan penting bagi investor.

  • Bagi investor agresif, saham ini dapat menjadi peluang jangka pendek karena tren harga yang cenderung meningkat dan prospek sektor nikel yang positif. Namun, volatilitas tinggi menjadi risiko yang harus diantisipasi.
  • Bagi investor konservatif, lebih baik menunggu fundamental perusahaan menunjukkan perbaikan signifikan, terutama dalam hal margin laba dan efisiensi operasional, sebelum memutuskan untuk masuk.

Investor disarankan untuk memantau perkembangan kinerja DAAZ secara berkala, khususnya laporan keuangan kuartalan berikutnya dan langkah strategis perusahaan dalam mengelola bisnisnya. Keterbukaan informasi dan kejelasan strategi manajemen akan menjadi faktor kunci dalam menilai potensi jangka panjang saham ini.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.