KABARBURSA.COM - Bakrie & Brothers Tbk, berkode saham BNBR, berencana melakukan private placement. Rencana tersebut dilakukan untuk memperbaiki struktur keuangannya.
Diketahui, perusahaan holding yang bergerak di sektor manufaktur dan konstruksi milik Grup Bakrie menerapkan langkah strategis dengan Penambahan Modal Tanpa Hak memesan Efek Terlebih Dahulu (OMTHMETD) dengan nilai maksimal Rp855 miliar.
Adapun penggunaan dana tersebut adalah untuk mengonversi utang menjadi saham. Dalam keterbukaan informasi, Selasa, 26 November 2024, BNBR akan menerbitkan 13,35 miliar saham baru Seri E dengan harga konversi sebesar Rp64 per saham.
Jumlah ini setara dengan 7,70 persen dari total modal ditempatkan dan disetor setelah private placement dilakukan. Dengan harga saham BNBR saat ini di kisaran Rp47 per saham, harga konversi tersebut mencerminkan premium yang memberikan insentif bagi para kreditur.
Manajemen BNBR menyatakan, seluruh dana yang dihimpun dari penerbitan saham baru ini berasal dari konversi utang perusahaan kepada para kreditur, tanpa melibatkan penggalangan modal segar. Langkah ini bertujuan untuk menciptakan rasio keuangan yang lebih sehat dan memperkuat arus kas perusahaan dalam jangka panjang.
Berikut ini tujuan dan manfaat konversi utang yang dilakukan BNBR:
Untuk melanjutkan rencana ini, BNBR akan meminta persetujuan investor dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan pada 28 November 2024. Keputusan dari RUPSLB ini akan menjadi penentu keberlanjutan aksi korporasi strategis ini.
Bagi para investor yang tertarik untuk mengoleksi saham Bakrie & Brothers Tbk, ada baiknya untuk memperhatikan pergerakan saham dan analisis fundamental perusahaan.
Harga saham PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) pada perdagangan hari ini hingga pukul 11.55 WIB, berada di posisi Rp4. Level ini tidak mengalami perubahan dari harga penutupan sebelumnya.
Stabilitas harga tersebut mencerminkan minimnya aksi beli maupun jual yang signifikan, meskipun perusahaan tengah bersiap untuk melaksanakan langkah strategis berupa private placement dalam rangka konversi utang.
Sepanjang perdagangan, saham BNBR diperdagangkan dalam rentang harga yang sempit. Posisi pembukaan, harga tertinggi, dan harga terendah seluruhnya berada di level Rp47. Hal ini menandakan bahwa aktivitas pasar relatif tenang, tanpa adanya tekanan beli maupun jual yang signifikan.
Volume perdagangan juga tergolong rendah, dengan total transaksi hanya mencapai 27.000 lot dalam 83 kali frekuensi perdaganga. Sepertinya, investor sedang melakukan wait-and-see atas kinerja perusahaan.
Sementara itu, batas atas auto-rejection (ARA) saham ini berada di Rp51, sedangkan batas bawah auto-rejection (ARB) di Rp43, memberikan ruang pergerakan yang relatif lebar untuk sesi perdagangan berikutnya.
Stabilitas ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah antisipasi pasar terhadap rencana private placement sebesar Rp855 miliar yang akan dikonversi menjadi saham.
Meski langkah ini bertujuan memperbaiki struktur keuangan perusahaan, pasar mungkin masih menunggu hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 28 November 2024 sebelum menunjukkan respons yang lebih kuat.
Selain itu, harga saham BNBR yang saat ini berada di bawah harga konversi Rp64 per saham bisa menjadi sinyal bagi sebagian investor bahwa potensi kenaikan harga masih belum terlihat jelas dalam jangka pendek.
Dengan kondisi ini, saham BNBR mencerminkan posisi menunggu atau konsolidasi, di mana investor cenderung menahan aksi beli atau jual sambil mencermati perkembangan lebih lanjut terkait rencana restrukturisasi perusahaan.
Jika hasil RUPSLB memberikan persetujuan untuk private placement, maka ada kemungkinan pergerakan harga saham akan lebih dinamis, tergantung pada persepsi pasar terhadap prospek keuangan BNBR pasca-konversi utang.
Bagaimana fundamentalnya?
Berdasarkan data terbaru, saham BNBR diperdagangkan di level Rp47, stabil dalam pergerakan harian. Namun, performa harga saham ini masih menghadapi tantangan signifikan. Hal itu terlihat dari tren negatif selama lima hingga sepuluh tahun terakhir, dengan penurunan hingga 90,6 persen.
Dari perspektif valuasi, saham BNBR memiliki Price-to-Earnings Ratio (PER) trailing 12 months (TTM) sebesar 10,02, yang lebih tinggi dari median PER Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 7,20.
Dengan Earnings Yield TTM di level 9,98 persen, saham ini memberikan imbal hasil menarik dari laba bersih, meskipun rasio Price-to-Book Value (PBV) sebesar 2,06 menunjukkan valuasi premium terhadap nilai buku perusahaan.
Namun, Price-to-Free-Cashflow TTM yang negatif (-30,91) mengindikasikan tantangan signifikan dalam arus kas operasional.
Dari sisi profitabilitas, margin laba bersih yang impresif sebesar 53,36 persen pada kuartal terakhir menunjukkan efisiensi operasional. Namun, pertumbuhan pendapatan kuartalan secara tahunan (YoY) turun 16,36 persen. Ini mencerminkan tekanan pada sisi top-line perusahaan.
Sebaliknya, laba bersih tumbuh secara eksponensial sebesar 1.665,43 persen YoY, berkat upaya restrukturisasi keuangan yang berhasil menurunkan beban dan meningkatkan efisiensi.
Dari sisi solvabilitas, BNBR memiliki Debt-to-Equity Ratio sebesar 0,27. Angka ini tergolong sehat.
Dengan Altman Z-Score di level 3,66, perusahaan menunjukkan tingkat keamanan keuangan yang baik untuk menghindari kebangkrutan dalam waktu dekat. Namun, rasio leverage keuangan sebesar 1,94 menunjukkan ketergantungan moderat pada utang dalam struktur modalnya.
Cashflow perusahaan menjadi perhatian utama, dengan arus kas operasional TTM negatif sebesar Rp243 miliar dan free cashflow TTM negatif di angka yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa BNBR masih menghadapi tantangan likuiditas, meskipun upaya restrukturisasi dapat memperbaiki situasi di masa depan.
Secara keseluruhan, saham BNBR menawarkan potensi menarik bagi investor dengan profil risiko tinggi yang ingin memanfaatkan momentum perbaikan fundamental pasca-restrukturisasi.
Dengan rencana private placement senilai Rp855 miliar yang diharapkan memperkuat struktur modal dan mengurangi rasio utang, prospek jangka panjang BNBR bisa lebih positif. Namun, risiko masih tinggi, mengingat volatilitas harga saham dan kinerja arus kas yang negatif.
Bagi investor konservatif, saham ini mungkin belum menarik mengingat tantangan operasional dan fundamental jangka pendek.
Namun, investor spekulatif yang percaya pada keberhasilan restrukturisasi dan transformasi BNBR dapat memanfaatkan valuasi saat ini sebagai peluang akumulasi, dengan catatan risiko dilusi sebesar 7,7 persen pasca-private placement.
Sebaiknya, investor terus memantau perkembangan terkait private placement dan prospek bisnis perusahaan untuk memastikan langkah investasi yang tepat.
Mengonversi utang menjadi saham, seperti yang direncanakan oleh PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), memiliki potensi risiko dan peluang bagi para investor yang tertarik mengoleksi sahamnya. Keamanan rencana ini tergantung pada sejumlah faktor yang harus dipertimbangkan secara hati-hati.
Pertama terkait keuntungan dan potensi positif bagi investor. Aksi private placement ini kemungkinan akan meningkatkan struktur keuangan BNBR. Konversi utang akan mengurangi beban utang BNBR, termasuk bunga dan kewajiban pembayaran pokok.
Hal ini dapat menciptakan rasio utang terhadap ekuitas (DER) yang lebih sehat, dan membuat perusahaan lebih stabil secara keuangan. Apalagi, struktur keuangan yang kuat sering kali menjadi indikator positif bagi investor jangka panjang.
Kedua, terkait dengan fokus pada efisiensi operasional. Dengan beban keuangan yang berkurang, BNBR dapat mengalihkan arus kas ke pengembangan bisnis dan meningkatkan efisiensi operasional. Jika ini berhasil, harga saham BNBR dapat mengalami peningkatan.
Dan ketiga, harga premium dalam konversi. Saham baru akan diterbitkan dengan harga Rp64 per saham, lebih tinggi dibandingkan harga pasar saat ini di Rp47. Artinya, ada optimisme manajemen terhadap nilai saham di masa depan.
Hal lain yang perlu menjadi pertimbangan adalah risiko dan tantangan. Ya, ada potensi dilusi kepemilikan sebesar 7,70 persen. Bagi investor lama, ini berarti persentase kepemilikan mereka akan berkurang dan tentunya bisa mempengaruhi potensi dividen atau kontrol perusahaan.
Kemampuan eksekusi strategi BNBR juga perlu menjadi perhatian. Di mana keberhasilan restrukturisasi keuangan ini bergantung pada kemampuan manajemen BNBR untuk memanfaatkan posisi keuangan yang lebih baik. Jika strategi perusahaan tidak efektif, keuntungan dari restrukturisasi bisa tidak terwujud.
Selanjutnya tentu saja kinerja harga saham. Meskipun harga konversi ditetapkan lebih tinggi dari harga pasar, kinerja saham BNBR masih harus dibuktikan. Jika pasar tetap tidak yakin, harga saham bisa stagnan atau bahkan menurun.
Pertimbangan terakhir adalah kinerja bisnis inti. Di Indonesia, sektor manufaktur dan konstruksi memiliki tantangan tersendiri, misalnya saja persaingan yang ketat dan fluktuasi pasar. Investor perlu memastikan bahwa BNBR dapat mengoptimalkan bisnis intinya untuk menciptakan pertumbuhan nyata.
Sekali lagi, hal utama yang perlu diperhatikan oleh investor adalah fundamental BNBR. Investor perlu melihat apakah langkah ini disertai dengan perbaikan kinerja operasional dan peningkatan pendapatan BNBR. Restrukturisasi saja tidak cukup jika bisnis inti perusahaan tidak berkembang.
Selanjutnya adalah rencana bisnis jangka panjang, apakah manajemen memiliki rencana yang jelas untuk memanfaatkan keuangan yang lebih stabil setelah restrukturisasi?
Faktor lainnya adalah pergerakan harga saham dan dukungan pemegang saham serta kreditur. Dalam hal ini investor perlu memantau, apakah harga saham BNBR menunjukkan tren yang sehat setelah private placement. Perhatikan pula restu dari RUPSLB dan kesediaan kreditur untuk berpartisipasi dalam konversi ini.
Rencana konversi utang menjadi saham BNBR dapat menjadi langkah positif untuk memperbaiki struktur keuangan perusahaan, yang pada akhirnya bisa menciptakan peluang bagi investor jangka panjang. Namun, bagi investor baru, ini tetap mengandung risiko, terutama terkait potensi dilusi, kinerja operasional, dan eksekusi strategi manajemen.
Lantas, seberapa aman?
Investor disarankan untuk menganalisis laporan keuangan dan prospektus BNBR dengan cermat, serta mempertimbangkan risiko dilusi sebelum mengambil keputusan investasi.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.