Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Dua Emiten Perbankan ini Terdepak dari Papan Utama BEI, Kenapa?

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 25 November 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Dua Emiten Perbankan ini Terdepak dari Papan Utama BEI, Kenapa?

KABARBURSA.COM - Dua emiten perbankan terdepak dari papan utama Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini diketahui usai BEI mengumumkan perubahan papan pencatatan untuk sejumlah perusahaan tercatat (emiten).

Diketahui, perubahan tersebut mulai berlaku efektif mulai 29 November 2024. Langkah ini merupakan bagian dari evaluasi rutin yang dilakukan BEI untuk memastikan bahwa emiten yang terdaftar di setiap papan pencatatan sesuai dengan kriteria dan persyaratan yang telah ditetapkan.

Mengutip informasi dari BEI, beberapa penyebab utama yang dapat mengakibatkan pemindahan tersebut:

  1. Penurunan Kinerja Keuangan. Emiten yang mengalami penurunan signifikan dalam kinerja keuangannya, seperti mencatatkan rugi berturut-turut, penurunan pendapatan secara material, atau gangguan dalam keberlanjutan usaha, dapat dipindahkan ke Papan Pengembangan. Hal ini karena Papan Utama ditujukan untuk emiten dengan fundamental keuangan yang solid.
  2. Masalah Tata Kelola Perusahaan (GCG). Emiten yang gagal mematuhi prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), seperti keterbukaan informasi yang tidak memadai, pelanggaran peraturan BEI, atau adanya konflik kepentingan yang tidak dikelola dengan baik, dapat dipindahkan.
  3. Penurunan Likuiditas Saham. Salah satu kriteria Papan Utama adalah likuiditas perdagangan saham yang memadai. Jika saham emiten menjadi kurang aktif diperdagangkan atau memiliki tingkat free float (jumlah saham yang dimiliki publik) yang menurun di bawah standar, emiten tersebut dapat dipindahkan.
  4. Ketidakpatuhan terhadap Peraturan BEI. Emiten yang gagal mematuhi peraturan BEI, seperti terlambat menyampaikan laporan keuangan atau laporan tahunan, atau terindikasi melakukan pelanggaran hukum, dapat dikenakan sanksi, termasuk pemindahan ke Papan Pengembangan.
  5. Penurunan Kapitalisasi Pasar. Papan Utama mengharuskan emiten memiliki kapitalisasi pasar yang besar. Jika nilai kapitalisasi pasar emiten turun secara signifikan hingga berada di bawah ambang batas yang ditetapkan BEI, emiten tersebut bisa dipindahkan ke Papan Pengembangan.
  6. Perubahan Kategori Bisnis. Emiten yang mengalami perubahan signifikan dalam model bisnis, struktur kepemilikan, atau prospek usaha sehingga tidak lagi memenuhi standar Papan Utama juga dapat dipindahkan.

Pemindahan ini dilakukan untuk mencerminkan kondisi riil perusahaan dan memberikan informasi yang lebih akurat kepada investor. Papan Pengembangan dirancang untuk emiten yang sedang berada dalam fase pertumbuhan atau pemulihan sehingga membutuhkan waktu untuk memperbaiki kinerja atau memenuhi kembali kriteria Papan Utama.

Pemindahan sering kali berdampak pada kepercayaan investor, karena Papan Pengembangan dipandang memiliki risiko investasi yang lebih tinggi. Emiten yang dipindahkan biasanya akan berupaya melakukan langkah-langkah perbaikan untuk dapat kembali ke Papan Utama.

Dalam pengumuman resmi BEI, disebutkan bahwa terdapat satu emiten yang berhasil naik dari Papan Pengembangan ke Papan Utama, yakni PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA).

Perpindahan ini mencerminkan peningkatan kinerja perusahaan yang berhasil memenuhi kriteria lebih ketat di Papan Utama, termasuk tata kelola yang baik, likuiditas saham yang memadai, serta fundamental keuangan yang solid.

Namun, di sisi lain, BEI juga menurunkan 10 emiten dari Papan Utama ke Papan Pengembangan. Emiten-emiten tersebut adalah:

  1. PT Tera Data Indonesia Tbk (AXIO)
  2. PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK)
  3. PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT)
  4. PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT)
  5. PT Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA)
  6. PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI)
  7. PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA)
  8. PT Pudjiadi Prestige Tbk (PUDP)
  9. PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK)
  10. PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA)

BEI juga menyatakan bahwa keputusan ini dapat berubah jika terdapat peristiwa tertentu yang terjadi pada emiten sebelum tanggal efektif perpindahan papan. Hal ini menunjukkan bahwa BEI terus memantau kondisi perusahaan tercatat untuk memastikan setiap keputusan sesuai dengan aturan yang berlaku.

“Jika terdapat hal atau peristiwa tertentu yang terjadi pada perusahaan tercatat sebelum tanggal efektif perpindahan papan, bursa berwenang melakukan perubahan atas pengumuman ini,” tulis BEI dalam pernyataannya.

Tentang BANK dan SDRA

PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) adalah salah satu bank syariah di Indonesia yang berfokus pada layanan berbasis digital. Sebagai penyedia layanan perbankan syariah, BANK menawarkan berbagai produk seperti pendanaan, pembiayaan, dan layanan keuangan digital.

Perseroan telah melakukan transformasi besar dengan pendekatan fully digital banking dan menjalin kerja sama strategis dengan mitra seperti platform e-commerce untuk memperluas jangkauan pasar.

Meskipun menghadapi tantangan dalam mencetak laba konsisten akibat investasi besar pada infrastruktur digital, BANK tetap mencatat pertumbuhan signifikan, terutama di portofolio digitalnya. Komitmen BANK juga terlihat dalam upayanya meningkatkan inklusi keuangan, khususnya untuk masyarakat yang belum terjangkau layanan perbankan formal.

Sementara itu, PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA) merupakan bank konvensional yang menawarkan layanan finansial untuk segmen ritel dan korporasi.

Bank ini berdiri sejak tahun 1906 dengan nama Bank Saudara, sebelum akhirnya bergabung dengan Woori Bank asal Korea Selatan pada tahun 2014. Melalui dukungan Woori Financial Group, SDRA berhasil menggabungkan keahlian global dan kekuatan lokal untuk memberikan layanan perbankan terbaik.

Fokus utama SDRA adalah pembiayaan untuk sektor korporasi dan usaha kecil dan menengah (UKM). Dengan jaringan operasional yang luas di berbagai wilayah Indonesia, SDRA terus memperkuat posisinya melalui inovasi digital dan pemanfaatan teknologi keuangan (fintech) untuk mendukung transformasi digital di sektor perbankan.

Kedua emiten, BANK dan SDRA, memiliki strategi unik untuk menghadapi tantangan pasar perbankan di Indonesia, dengan komitmen untuk terus berkembang dan melayani nasabah dengan lebih baik.

Pergerakan Saham Harian

Mengutip data Stockbit, Senin, 25 November 2024, saham PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) menunjukkan pergerakan yang positif pada sesi perdagangan terkini, dengan harga saham ditutup naik sebesar Rp5 atau 0,62 persen ke level Rp805 per saham.

Pada awal perdagangan, saham ini dibuka di harga Rp800, sama dengan harga penutupan hari sebelumnya. Sepanjang sesi, harga saham sempat menyentuh level tertinggi di Rp810, sebelum akhirnya stabil di level penutupan.

Total volume perdagangan saham BANK tercatat sebesar 55.000 lot, dengan nilai transaksi mencapai Rp4,4 miliar. Rata-rata harga perdagangan saham pada sesi ini berada di kisaran Rp801, mengindikasikan stabilitas meskipun terdapat fluktuasi kecil pada kisaran harga harian.

Level terendah saham hari ini tercatat di Rp795, sementara level tertinggi mendekati batas atas (auto rejection atas/ARA) yang berada di Rp1.000. Namun, saham masih jauh dari batas bawah (auto rejection bawah/ARB) di Rp600, menandakan adanya sentimen positif yang cukup kuat.

Kenaikan harga saham ini mencerminkan optimisme investor terhadap prospek bisnis Bank Aladin Syariah, yang terus memperluas layanannya sebagai bank digital syariah. Meskipun kenaikan tersebut relatif kecil, stabilitas harga menunjukkan minat beli yang tetap solid di tengah dinamika pasar.

Dengan tren ini, saham BANK memiliki peluang untuk mempertahankan momentum positif, terutama jika perusahaan mampu melanjutkan kinerjanya yang inovatif dan menarik lebih banyak nasabah melalui strategi digitalnya.

Sementara, saham PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA) mencatatkan kinerja yang stabil dengan sedikit kenaikan. Harga saham dibuka pada level Rp430, naik dibandingkan harga penutupan sebelumnya di Rp424. Selama sesi perdagangan, saham SDRA bergerak dalam rentang Rp422 sebagai level terendah dan Rp430 sebagai level tertinggi.

Volume perdagangan mencapai 1.000 lot, dengan total nilai transaksi sebesar Rp49,2 miliar. Rata-rata harga yang terbentuk pada perdagangan hari ini berada di kisaran Rp429. Saham SDRA mencatatkan kenaikan tipis sebesar Rp4 atau 0,94 persen, ditutup di level Rp428.

Kenaikan ini meski kecil menunjukkan adanya stabilitas pada saham SDRA di tengah sentimen pasar yang cenderung beragam. Potensi arah pergerakan saham SDRA ke depan akan bergantung pada fundamental perusahaan dan kondisi pasar secara keseluruhan.(*)

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.