Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Founder Mikirduit Jelaskan Strategi Financial Freedom Lewat Pasar Modal

Rubrik: Market Hari Ini | Diterbitkan: 21 November 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Founder Mikirduit Jelaskan Strategi Financial Freedom Lewat Pasar Modal

KABARBURSA.COM - Financial Planner sekaligus CEO Mikirduit.com, Surya Rianto, mengatakan financial freedom bagi generasi muda dapat dicapai melalui kegiatan investasi maupun trading di pasar modal. Namun, ia mengingatkan pentingnya para calon investor dan trader memperhatikan empat persepsi umum perihal financial freedom.

Pertama, kemampuan untuk berwisata tanpa memikirkan masalah akomodasi. Kedua, ketercukupan kebutuhan primer. Ketiga, kemampuan memupuk kekayaan tanpa batas. Terakhir, kemampuan untuk pensiun dini dengan kondisi keuangan yang memadai. Meski demikian, Surya menggarisbawahi bahwa financial freedom bukanlah sesuatu yang bisa dicapai dalam waktu singkat.

"Misalkan, pengen uangnya unlimited jelas ini agak, mungkin kalau kita yang orang biasa, susah juga untuk lihat momentum. Untung-untungan juga, suka enggak suka, kita bisa bilang begitu. Kecuali kalau kita anaknya konglomerat tunggal," kata Surya dalam acara seminar bertajuk “Bebas Finansial Berkat Saham di Usia Muda, Mungkin Gak Sih?” di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis, 21 November 2024.

Jika persepsi financial freedom sebatas memenuhi kebutuhan primer, kata Surya, hal itu relatif lebih mudah dicapai. Namun, posisi itu juga harus memikirkan agar sang investor bisa memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya minimal dalam jangka waktu 5 hingga 10 tahun. Sementara itu, persepsi berwisata tanpa memikirkan anggaran akomodasi dan pensiun cenderung akan lebih berisiko.

"Nah, ini mungkin financial freedom yang salah kaprah. Karena ketika kita ingin freedom secara finansial, tapi ingin pensiun, itu berisiko untuk kita sendiri," jelasnya.

Pada saat membangun platform Mikirduit.com, Surya mengaku menemukan persepsi lain untuk mencapai financial freedom. Ia berpandangan financial freedom dapat dicapai dengan kepemilikan aset saham yang keuntungannya lebih dari 1000 persen per tahun.

Persepsi itu muncul seiring dengan stock market yang mengalami ketidakpastian atau sideways pada akhir 2023. Pergerakan saham tersebut hanya terjadi pada beberapa saham yang memiliki fundamental based, seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Pantai Indah Kapuk Dua (PANI).

"(Investasi di saham) itu langsung kaya, ngapain sih beli sebuah fundamental cuma untuk 10 persen hingga 11 persen per tahun? Mending beli BREN, beli PANI, belum setahun sudah hampir 1000 persen. Nah, itu jadi mulai ada pergeseran," ungkapnya.

Menurutnya, persepsi semacam itu bukan langkah yang berkelanjutan. Pasalnya, tidak banyak saham yang kinerja keungannya seperti PANI dan BREN. Begitu juga kinerja tahun berikutnya, ia menilai emiten sektor properti dan energi terbarukan itu PANI itu tidak dapat dipastikan berkelanjutan di tahun-tahun selanjutnya.

"Itu kan persepsi yang enggak sustainable. Sekarang kita tanya seberapa banyak potensi saham yang seperti PANI, seperti BREN itu terjadi di tahun-tahun berikutnya. Oke, tahun ini kita bisa dapet 10.000 persen atau 1000 persen, bagaimana dengan tahun selanjutnya? Kita harus memikirkan hal tersebut gitu," jelasnya.

Terlebih lagi, tidak banyak saham di sektor ritel yang memiliki suplai stabil di pasar. Contohnya adalah saham BREN, yang memiliki free float (persentase kepemilikan saham) per orangannya di bawah 1 persen. “Artinya,” kata Surya, “Tidak banyak saham ritel yang mampu menjanjikan keuntungan besar.”

Kondisi ini, lanjut Surya, sering kali memicu fenomena fear of missing out atau FOMO di kalangan investor ritel, khususnya saat menghadapi saham IPO. Para investor sering tergoda oleh potensi lonjakan harga awal tanpa mempertimbangkan risiko jangka panjang.

Ia mengutip pengalaman serupa di pasar global, seperti yang pernah disoroti oleh Peter Lynch pada tahun 1999. Saat itu, banyak orang tergiur oleh kenaikan harga saham dotcom yang baru melantai di bursa.

"Waktu itu saham dotcom IPO-nya langsung melejit gitu. Langsung orang-orang tuh banyak hitunginlah, kalau saya beli saham dotcom, ini sekarang ini sudah jadi kaya nih. Cuma dia tegaskan lagi pertanyaannya Kalau beli saham IPO dotcom itu sebenarnya banyak retail yang bisa dapet uang dari harga basah, sampai bisa naik," ungkapnya.

"Jadi kita di sini pesannya adalah ketika kita ingin jadi financial freedom, kita bukan fokus mencari aset yang pasti ngasih cuan tertinggi. Kenapa? Karena aset yang ngasih cuan tertinggi itu risikonya juga besar," tambah Surya.

Surya lantas menyarankan para investor dan trader untuk mengelola aset agar bisa tumbuh secara berkelanjutan. Misal, kata Surya, investor mengoptimalkan potensi long term di saham-saham dividen secara fundamental.

Kendati begitu, Surya menekankan, jangan memilih saham yang berpotensi tertidur dalam jangka panjang. Surya menilai, perlu juga memantau saham lain untuk jangka panjang. "Dan membagikan dividen untuk menjadi passive income kita. Tapi kita pantau kinerja per tiap 3 bulan, 6 bulan," katanya.

Di samping itu, dia juga menyarankan agar para investor dan trader selalu memantau perubahan fundamental. Ketika ada perubahan fundamental atau anomali pergerakan harga hingga corporate action, Surya menyarankan untuk take profit dan pindah ke saham yang lebih murah dengan fundamental yang lebih bagus untuk dikoleksi long term.

Sementara untuk trader, Surya menyebut, kerangka waktu short term tinggal mengatur alokasinya. Misalnya, tutur dia, trader dapat mengalokasikan 20 persen dari modal. Semenyata 80 persen sisa modalnya, dapat dialihkan untuk investasi.

"Hasil keuntungan trading saya pindah ke aset investasi. Kenapa? Susah investasi karena untuk nggak hilang modalnya. kalau kita gulung, gulung, gulung market price hilang semua yang sudah kita cuankan. Jadi kita oper ke aset investasi sehingga modal yang di porto, di investasi ini. Bisa bertumbuh dan pendapatan dividen kita bisa terus meningkat," kata Surya.(*)