KABARBURSA.COM - Pada penutupan perdagangan Jumat. 15 November 2024, kapitalisasi pasar atau market cap di Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat mengalami penurunan signifikan, yakni sebesar 1,45 persen menjadi Rp12.063 triliun dari posisi akhir pekan sebelumnya di Rp12.241 triliun.
Koreksi ini sejalan dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang melemah 1,73 persen dalam sepekan terakhir, ditutup di level 7.161 dibandingkan akhir pekan sebelumnya yang berada di 7.287.
Penurunan IHSG selama seminggu terakhir ini mencerminkan adanya tekanan pada pasar saham domestik, meskipun beberapa indikator perdagangan menunjukkan peningkatan. Salah satu tekanan utama datang dari aksi jual bersih oleh investor asing sebesar Rp517,12 miliar pada perdagangan akhir pekan kemarin.
Namun, secara kumulatif sepanjang tahun 2024 hingga 15 November, pasar saham domestik masih mencatatkan net foreign buy sebesar Rp29,11 triliun di semua segmen pasar.
Selama sepekan terakhir, rata-rata frekuensi transaksi harian di BEI tercatat mengalami penurunan tipis sebesar 1,54 persen menjadi 1,28 juta kali transaksi per hari, dari sebelumnya 1,3 juta transaksi. Meski demikian, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencatat lonjakan sebesar 5,23 persen menjadi Rp12,28 triliun per hari, dibandingkan sepekan sebelumnya sebesar Rp11,67 triliun per hari.
Di sisi lain, total volume transaksi saham selama sepekan terakhir mengalami peningkatan tajam sebesar 48,45 persen menjadi 31,99 miliar saham per hari, dibandingkan pekan sebelumnya yang hanya mencapai 21,55 miliar saham. Lonjakan volume ini menunjukkan aktivitas perdagangan yang lebih aktif meski diiringi tekanan harga pada indeks.
Tekanan terhadap IHSG dan penurunan kapitalisasi pasar dapat dihubungkan dengan beberapa faktor, antara lain:
Meskipun kapitalisasi pasar BEI mencatat penurunan, lonjakan pada volume dan nilai transaksi menunjukkan adanya minat yang masih tinggi di pasar saham. Dengan net foreign buy yang masih positif secara kumulatif tahun ini, terdapat potensi untuk perbaikan kinerja pasar pada minggu-minggu mendatang, terutama jika sentimen global mulai stabil dan aliran dana asing kembali menguat.
Dalam situasi saat ini, pelaku pasar diimbau untuk tetap berhati-hati, sembari memanfaatkan peluang dari volatilitas pasar yang dapat memberikan potensi keuntungan jangka pendek. Fokus pada emiten-emiten dengan fundamental yang kuat juga dapat menjadi strategi yang tepat untuk menghadapi tekanan pasar.
Pasar Indonesia dianggap sedang tidak baik-baik saja. Hal ini dibuktikan dengan aksi investor asing yang ramai-ramai menjual sahamnya di Indonesia dalam beberapa hari terakhir ini. Tercatat, sehari kemarin, Rabu, 13 November 2024, aksi net sell atau jual bersih asing mencapai Rp692,62 miliar di seluruh pasar.
Meskipun terjadi pembelian bersih di pasar tunai dan negosiasi sebesar Rp123,54 miliar, aksi jual di pasar reguler tetap dominan dengan nilai Rp816,16 miliar.
Aksi jual asing di pasar saham RI tidak terjadi dalam satu hari saja. Dalam sepekan terakhir, total penjualan bersih asing telah mencapai Rp7,17 triliun di seluruh pasar. Sebagian besar aksi jual ini terjadi di pasar reguler, mencapai Rp6,98 triliun. Sementara di pasar tunai dan negosiasi sebesar Rp191,29 miliar.
Lebih mengejutkan lagi, dalam satu bulan terakhir penjualan bersih asing bahkan mencapai Rp12,59 triliun. Dengan rincian Rp11,6 triliun di pasar reguler dan Rp997,37 miliar di pasar tunai-negosiasi. Angka ini menunjukkan skala besar dari aksi keluar dana asing yang tengah berlangsung.
“Investor asing telah melepas saham-saham besar di Indonesia dalam beberapa pekan terakhir, dengan fokus utama pada saham perbankan seperti BRI, BCA, dan Mandiri,” kata Ibrahim kepada Kabarbursa.com lewat sambungan seluler, Kamis, 14 November 2024.
Saham-saham di sektor perbankan, yang selama ini menjadi andalan investor asing di Indonesia, kembali menjadi target utama penjualan.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi yang paling banyak dilego asing pada hari kemarin, dengan nilai mencapai Rp 86,6 miliar.
Saham bank besar lainnya seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga turut mengalami aksi jual besar oleh investor asing, masing-masing sebesar Rp73,5 miliar dan Rp50,3 miliar.
Selain sektor perbankan, saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) juga menjadi salah satu yang dilepas oleh asing, dengan nilai penjualan mencapai Rp65,3 miliar.
Saham-saham lain seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) juga tak luput dari aksi jual.
Tingginya arus keluar dana asing ini menjadi catatai khusus bagi Bank Indonesia. Selama periode 4-7 November 2024, dana asing sebesar Rp10,23 triliun keluar dari tiga instrumen utama dalam negeri, yaitu saham, Surat Berharga Negara (SBN), dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Dari jumlah tersebut, Rp2,29 triliun berasal dari pasar saham, Rp4,66 triliun dari SBN, dan Rp3,28 triliun dari SRBI.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.