Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Titiek Soeharto: untuk Swasembada Pangan, Makanya Cetak Sawah Baru

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 15 November 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Titiek Soeharto: untuk Swasembada Pangan, Makanya Cetak Sawah Baru

KABARBURSA.COM – Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto mengaku siap mendukung percepatan swasembada pangan dan mengawal program yang disiapkan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam upaya ekstensifikasi dan intensifikasi untuk meningkatkan produksi padi nasional.

“Ini dalam proses ya untuk mencapai swasembada pangan, makanya dibikin cetak sawah baru, intensifikasi pertanian, optimalisasi. Intinya kita akan meningkatkan kerja sama dengan mitra kerja termasuk Kementan terutama dalam meningkatkan ketahanan pangan dan swasembada pangan,” kata Titiek dalam keterangannya dikutip, Kamis 15 November 2024.

Titiek juga berharap strategi Kementan dapat berjalan baik untuk mencapai target yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Ia menyebut, ke depan program dan kebijakan yang dirancang Kementan dapat memberikan dampak positif bagi sektor pertanian Indonesia.

“Mudah-mudahan dengan program tersebut ke depan tidak ada lagi kelangkaan beras, tidak ada lagi impor, jadi semuanya bisa dipenuhi di dalam negeri. Itulah yang disebut swasembada,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Komisi IV DPR RI akan terus melakukan pengawasan agar program yang dijalankan Kementan sesuai dengan kebermanfaatannya. “Ini harus benar-benar kita kerja sama dengan pemerintah dan mitra-mitra kerja terkait pengawasan-pengawasan yang kita lakukan agar anggaran yang kita setujui ini dimanfaatkan, digunakan dengan sebaik-baiknya agar tepat sasaran,” lanjutnya.

Di samping itu, Titiek juga menyebut, program pompanisasi Kementan turut membantu para petani sawah. Hal itu ia ungkap usai meninjau program pompanisasi di Desa Mojorejo, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Rabu, 13 November 2024 kemarin.

Titiek mengatakan, pompanisasi sangat penting untuk meningkatkan indeks pertanaman. “Alhamdulliah program pompanisasi di Sukoharjo ini sangat membantu masyarakat khususnya para petani dalam meningkatkan produksi,” kata Titiek.

Titiek menilai, melalui pompanisasi para petani di Sukoharjo bisa berproduksi lebih dari satu kali, di mana saat ini mereka sudah melakukan pertanaman 3 kali dalam setahun. Kemajuan tersebut dianggap sebagai kebermanfaatan program yang dicanangkan Kementan.

Lebih jauh, Titiek juga mengaku, Komisi IV DPR RI akan terus mengawal jalannya berbagai program pemerintah dalam menyukseskan swasembada pangan yang telah dicanangkan. “Kami kawal terus program ini agar bisa meningkatkan produktivitas dalam beberapa tahun ke depan,” katanya.

Langkah Swasembada Kejar Solusi

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman menyebut, program pompanisasi adalah solusi cepat sekaligus upaya bersama dalam memenuhi kebutuhan air pada persawahan yang sempat kering akibat gelombang panas dunia.

“Kami bersyukur pompanisasi berjalan efektif dan mampu membuahkan hasil dalam peningkatan produktivitas di saat dunia menghadapi el nino terparah sepanjang sejarah,” kata Amran, Kamis, 14 November 2024.

Sejalan dengan pompanisasi pemerintah juga terus menggencarkan program perluasan areal tanam atau PAT dan juga memasifkan pertanaman padi gogo sebagai upaya mempercepat swasembada. Diketahui, pada program pompanisasi ini, Kementan sudah mendistribusikan puluhan ribu bantuan mesin pompa air kepada para petani.

“Kami terus memasifkan pompa sebagai solusi cepat bagi lahan pertanaman yang kering akibat el nino. Dengan pompa pertanaman terbukti mengalami peningkatan,” katanya.

Amran juga berkomitmen menjalankan program pencapaian swasembada pangan sesuai arahan Prabowo. Ia menyebut, intensifikasi lahan dan ekstensifikasi menjadi strategi untuk mempercepat swasembada.

“Intensifikasi merupakan upaya meningkatkan indeks pertanaman dari yang sebelumnya satu kali menjadi dua atau tiga kali tanam. Untuk ekstensifikasi kita lakukan cetak sawah di Merauke, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Aceh, Jambi, dan daerah lainnya,” jelasnya.

Amran menuturkan, program cetak sawah juga didukung dengan teknologi pertanian dan sumber daya manusia. “Dengan pertanian modern, produktivitas bisa dua kali lipat dan biaya produksi dapat ditekan. Generasi milenial dan Z juga kita dorong untuk mengambil peran,” katanya.

Lebih jauh, Amran menekankan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menjalankan program strategis tersebut. Ia optimistis program yang dijalankan dengan baik dan bersinergi dengan stakeholder dapat mempercepat pencapaian swasembada pangan Indonesia.

Terpenuhi Gizi Dan nutrisi

Ekonom Senior Bright Institute Awalil Rizky, menilai swasembada pangan tidak terbatas hanya pada apa yang disampaikan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, terkait produksi pangan.

Dalam sebuah diskusi, Mentan mengatakan bahwa swasembada pangan dapat diwujudkan melalui beberapa program, yakni cetak 3 juta hektare sawah dalam 3-4 tahun, pompanisasi, optimalisasi lahan, rehabilitasi jaringan irigasi tertier dan dukungan alat, serta mesin pertanian guna mempercepat proses tanam hingga panen.

Awalil mengatakan, swasembada pangan bukan hanya soalan produksi melebihi konsumsi, melainkan harus diperluas terkait dengan kesejahteraan petani, akses semua orang kepada kecukupan pangan dan kedaulatan pangan.

“Aspek ketahanan pangan itu tidak hanya jumlah total memenuhi konsumsi total, tapi tiap individu. Hampir setiap individu di suatau negara itu terpenuhi gizi dan nutrisinya sehingga bisa sehat, aman, produktif dan terbebas dari penyakit,” kata Awalil dalam diskusi bertajuk Ancaman Kelaparan saat Ambisi Swasembada Pangan, Selasa, 5 November 2024.

Ia beraharap, masyarakat memiliki pemahaman yang mendalam terkait dengan swasembada pangan agar tidak terjebak dengan anggapan bahwa produksi pangan harus selalu melebihi konsumsi total. Karena, menurutnya, kelebihan pasokan pangan dapat dicapai melalui impor.

Lebih jauh, ia menyebut ketahanan pangan juga lebih dari sekadar petani sejahtera, tapi juga harus diketahui siapa yang memproduksi pangan, sustainable dalam proses produksi pangan dan keterkaitannya dengan ketahanan nasional.

“Kita bisa mengambil titik tengah dari definisi-definisi itulah. Jangan sampai kita nanti menerima informasi bahwa soal swasembada pangan telah tercapai ketika data produksi melebihi data konsumsi, apalagi jika data ketersediaan, ketersediaan kan berarti gak hanya dari produksi, bisa dari impor,” tegasnya.

Ia berharap agar klaim swasembada seperti di era Soeharto atau Jokowi tidak terulang dan di pemerintahan yang baru, semua pembelajar di bidang ekonomi mengetahui apa itu swasembada pangan dalam arti yang lebih luas sehingga mampu memberikan kritik yang membangun.(*)