Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Hari Kedua Lawatan di AS: Prabowo Dijanjikan Menantu Trump Investasi Jumbo

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 12 November 2024 | Penulis: Pramirvan Datu | Editor: Redaksi
Hari Kedua Lawatan di AS: Prabowo Dijanjikan Menantu Trump Investasi Jumbo

KABARBURSA.COM - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, mengungkapkan adanya minat dari keluarga Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, untuk berinvestasi di Indonesia.

Usai mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam pertemuan dengan The United States Indonesia Society (USINDO) pada hari kedua lawatannya di Washington, DC, Senin 11 November 2024. Rosan menyatakan bahwa minat tersebut datang dari Jared Corey Kushner, Selain menantunya dia seorang pengusaha dan pengembang properti yang juga merupakan penasihat senior Presiden Trump.

“Jared Kushner sudah beberapa waktu yang lalu menunjukkan minat untuk berinvestasi di Indonesia. Kebetulan, saya sempat diundang makan malam bersama dia dan saat itu dia menyampaikan keinginannya,” ujar Rosan, dalam keterangan yang disampaikan secara daring oleh Sekretariat Presiden di Jakarta, Selasa 12 November 2024.

Jared Kushner, lahir pada 10 Januari 1981, adalah seorang pengusaha sukses dan mantan penasihat senior di pemerintahan Donald Trump. Ia juga dikenal sebagai suami dari Ivanka Trump, putri tertua Presiden AS tersebut. Kushner berasal dari keluarga kaya raya yang mengelola bisnis real estat dan media, serta terlibat dalam sejumlah usaha besar melalui perusahaannya, Kushner Companies.

Selama masa pemerintahan Trump, Kushner memegang sejumlah peran penting, termasuk sebagai penasihat senior yang bertanggung jawab atas kebijakan luar negeri, reformasi sistem penjara, serta inisiatif perdamaian di Timur Tengah. Selain karier politiknya, ia juga dikenal dalam dunia media, terutama setelah mengakuisisi The New York Observer pada 2006.

Dalam dunia bisnis, Jared Kushner tetap aktif setelah masa jabatan Presiden Trump berakhir, dengan terlibat dalam berbagai proyek investasi. Salah satu proyek terbesar yang terkait dengan keluarga Trump di Indonesia adalah Trump Residences Lido, sebuah resor dan kawasan hunian mewah yang terletak di kawasan MNC Lido City, Bogor, Jawa Barat. Proyek ini meliputi area seluas 350 hektare yang dikelilingi oleh keindahan Gunung Salak dan Gunung Gede-Pangrango.

Kawasan Trump Residences Lido menawarkan hunian eksklusif dengan total 281 unit, dilengkapi dengan fasilitas mewah seperti lapangan golf, ruang rapat, restoran, dan ballroom. MNC Land, selaku pengembang, saat ini tengah mempersiapkan peluncuran tahap pertama dari 168 unit vila mewah dengan pemandangan langsung ke lapangan golf.

Selain di Lido, Trump Residences juga tengah mengembangkan proyek serupa di Bali. Berlokasi di Tanah Lot, Tabanan, Bali, kawasan ini dibangun di atas lahan seluas 102 hektare dengan pemandangan pantai yang memukau. Proyek ini akan menawarkan 144 unit rumah ultramewah, serta berbagai fasilitas premium seperti beach club, golf club, dan hotel bintang 6.

Berpusat Pada Stimulus Fiskal

Prospek ekonomi global di era Donald Trump semakin jelas terlihat. Kemenangan Trump dalam pemilihan Presiden AS dan dominasi Partai Republik di Kongres menandakan bahwa fokus utama kebijakan ekonomi akan berpusat pada stimulus fiskal.

Sementara itu, Federal Reserve tetap konsisten dengan rencananya untuk memotong suku bunga sebesar 125 basis poin dalam setahun ke depan.

Kombinasi antara kebijakan fiskal yang ekspansif dan kebijakan moneter yang lebih longgar ini memiliki dampak yang signifikan terhadap pasar finansial global.

Pemerintahan Trump diproyeksikan akan mengimplementasikan serangkaian kebijakan fiskal ekspansif, termasuk pemotongan pajak korporasi, perpanjangan pemotongan pajak pribadi, serta deregulasi untuk menurunkan biaya operasional bisnis.

Hal ini dirancang untuk menstimulasi perekonomian yang sudah kuat, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 3 persen.

Di sisi lain, kebijakan Federal Reserve yang lebih longgar dengan penurunan suku bunga, bertujuan untuk mencegah perlambatan ekonomi.

Sebab, ada kekhawatiran bahwa kenaikan angka pengangguran pada musim panas lalu dapat menjadi sinyal awal dari siklus penurunan ekonomi.

Namun, data ekonomi AS menunjukkan hal sebaliknya. Tingkat pengangguran yang sempat mencapai 4,3 persen kini telah turun menjadi 4,1 persen.

Sementara, Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh sebesar 2,8 persen di kuartal ketiga, didorong oleh konsumsi pribadi yang tumbuh 3,7 persen secara tahunan.

Meskipun kebijakan ini memberikan prospek ekonomi yang kuat dalam jangka pendek, ada risiko bahwa inflasi akan tetap tinggi di atas target Federal Reserve sebesar 2 persen.

Kebijakan fiskal yang ekspansif, terutama dengan defisit anggaran yang terus membengkak, berpotensi mendorong inflasi lebih tinggi lagi.

Selain itu, kebijakan tarif perdagangan yang agresif, termasuk ancaman tarif hingga 60 persen untuk barang impor dari China, dapat memperburuk situasi inflasi dengan menaikkan harga barang impor.(*)