Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Saham Tesla Melejit saat Wall Street Capai Rekor Tertinggi

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 12 November 2024 | Penulis: Syahrianto | Editor: Redaksi
Saham Tesla Melejit saat Wall Street Capai Rekor Tertinggi

KABARBURSA.COM - Indeks utama Wall Street menguat pada penutupan perdagangan Senin, 11 November 2024, dipicu oleh saham-saham yang diuntungkan dari kemungkinan kebijakan fiskal yang akan diterapkan oleh presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Berdasarkan laporan Reuters, ketiga indeks utama di Wall Street mencapai rekor tertinggi. Indeks S&P 500 naik 0,10 persen ke 6.001,35, Nasdaq meningkat 0,06 persen ke 19.298,76, sementara Dow Jones Industrial Average melonjak 0,69 persen ke 44.293,13. Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 15,4 miliar saham, lebih tinggi dari rata-rata 12,8 miliar dalam 20 hari terakhir.

Saham Tesla melejit dengan kenaikan 9 persen dengan valuasi pasar mencapai lebih dari USD1,1 triliun, karena adanya keyakinan bahwa perusahaan akan diuntungkan dari hubungan dekat CEO Elon Musk dengan Trump. Selain itu, beberapa saham lain juga menunjukkan penguatan sejak kemenangan Trump, karena investor memperkirakan kebijakan Trump akan memberikan keuntungan bagi sektor-sektor tertentu.

“Ini seperti euforia. Tesla adalah opsi paling aktif di tempat kami,” kata Steve Sosnick, kepala strategi di Interactive Brokers.

Dia menambahkan bahwa banyak opsi beli berfokus pada harga USD400, sekitar 13 persen di atas harga saham saat ini. Data Trade Alert menunjukkan sebagian besar perdagangan terjadi pada kontrak jangka pendek yang akan habis masa berlakunya pada hari Jumat, dengan volume ini mencapai sekitar 56 persen dari total volume perdagangan.

Adapun Musk telah mendukung Trump selama berbulan-bulan dan tercatat menyumbang setidaknya USD119 juta untuk kelompok pendukung Trump, menurut data federal. Bisnis Musk, mulai dari Tesla hingga SpaceX dan Neuralink, sangat bergantung pada regulasi, subsidi, dan kebijakan, sehingga analis memperkirakan mereka bisa diuntungkan dari pemerintahan yang mendukung.

Indeks keuangan S&P 500 menguat 1,4 persen, dengan saham-saham bank seperti Wells Fargo & Co dan JPMorgan yang mendorong kenaikan indeks Dow Jones ke level tertinggi. S&P 500 secara keseluruhan sudah naik hampir 4{3004e6a2a23c8250adb56aedfee72f5f48434ae90303b3f2342c4d8b034836ab} sejak Trump terpilih, sedangkan Nasdaq naik hampir 5 persen.

Indeks Russell 2000, yang berfokus pada perusahaan berkapitalisasi kecil, melonjak 1,5 persen ke level tertinggi sejak November 2021. Investor melihat perusahaan kecil akan mendapat manfaat dari pemotongan pajak dan aturan yang lebih longgar yang diperkirakan akan diberlakukan.

Namun, saham-saham teknologi besar seperti Microsoft, Amazon, dan Meta Platforms turun sekitar 1 persen. Indeks teknologi informasi S&P 500 melemah hampir 1 persen, sementara indeks chip PHLX turun 2,5 persen, termasuk saham Nvidia yang turun 1,6 persen setelah mengembalikan keuntungan sebelumnya.

Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma, menyebutkan, "Pasar telah melalui empat hari yang sangat sibuk sejak pemilu dan kini sedang beristirahat. Namun, tren positif masih berlanjut. Saya tak akan terkejut jika reli ini berlanjut hingga akhir tahun."

Investor saat ini menantikan data inflasi harga konsumen yang akan dirilis Rabu, 13 November 2024, serta berbagai data ekonomi lainnya yang penting untuk melihat kondisi ekonomi dan prospek kebijakan moneter.

Pekan lalu, Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Para pedagang memperkirakan peluang 65 persen untuk penurunan lagi sebesar 25 basis poin dalam pertemuan bank sentral pada Desember mendatang, menurut CME FedWatch.

Seema Shah, Kepala Strategi Global di Principal Asset Management, mengatakan bahwa "Fed perlu berhati-hati, terutama dengan tekanan harga yang mungkin muncul di tengah kuatnya ekonomi AS."

Optimisme Investor

Para investor percaya bahwa kebijakan ekonomi Trump, terutama terkait dengan tarif impor yang lebih tinggi, dapat mendorong kenaikan harga konsumen. Sementara itu, data ekonomi AS menunjukkan kinerja yang lebih baik dari yang diperkirakan, dengan laporan terbaru mengungkapkan ekonomi tumbuh 2,8 persen pada kuartal ketiga tahun ini.

Berdasarkan perkiraan ekonom yang disurvei oleh Reuters, indeks harga konsumen (CPI) untuk Oktober 2024 diprediksi akan mencatatkan angka inflasi tahunan sebesar 2,6 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan angka 2,4 persen pada September.

Meskipun demikian, angka tersebut masih jauh di bawah puncak inflasi yang tercatat pada 2022, yang mendorong The Fed untuk menaikkan suku bunga secara signifikan.

Kenaikan inflasi yang lebih kuat dari perkiraan dapat memengaruhi proyeksi suku bunga di masa depan, terutama setelah perubahan ekspektasi yang terjadi pasca kemenangan Trump.

Kontrak berjangka dana Fed menunjukkan bahwa investor kini memperkirakan suku bunga akan turun menjadi sekitar 3,7 persen pada akhir 2025, dari kisaran saat ini 4,5-4,75 persen, sebuah perubahan yang cukup signifikan dibandingkan dengan proyeksi pada September lalu.

Sentimen pelonggaran moneter ini telah memberikan dorongan bagi pasar saham sepanjang tahun ini, didorong oleh kinerja laba perusahaan yang solid dan optimisme atas potensi perkembangan sektor bisnis berbasis kecerdasan buatan. (*)