KABARBURSA.COM – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengajak Keluarga Besar Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia (BKKPII) untuk mengembangkan bahan bakar nabati (BBN) di Indonesia.
BBN digadang-gadang menjadi solusi mengurangi ketergantungan dengan bahan bakar fosil dan mewujudkan kedaulatan energi. Oleh karena itu, Kementerian ESDM ingin menggandeng BKKPII untuk mengembangkan biodiesel dan bioavtur.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, optimalisasi BBN melalui biodiesel dan bioavtur adalah langkah pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan energi dengan mengoptimalkan BBN yang merupakan energi baru dan terbarukan (EBT).
“Pak Menteri ESDM sudah meminta saya untuk melakukan persiapan mandatori. Selain yang biodiesel, kita akan masuk mandatori untuk bioavtur. Kami akan buka mandatorinya, nanti produknya tidak selalu harus dari BUMN. Jadi kita akan buka, juga dari swasta,” kata Dadan dalam keterangannya, dikutip Minggu, 10 November 2024.
Dadan menuturkan bahwa ESDM menjadi kementerian teknis yang mengelola sumber daya alam mineral, batu bara, minyak bumi dan mengelola sumber-sumber yang berkaitan dengan EBT sehingga membutuhkan keterlibatan para insinyur.
“Kami melakukan kegiatan mulai dari survei, kemudian diikuti dengan eksplorasi dan eksploitasi. Setelah itu, baru kegiatan untuk manufacturing. Di sini kami melihat betapa pentingnya dari sisi PI sebagai insinyur dan melihat betapa pentingnya dari Badan Kejuruhan Kimia yang akan nanti mengelola menghasilkan produk bahan bakar atau menghasilkan komoditi lain,” jelasnya.
Dadan mengungkapkan bahwa kekuatan insinyur yang dimiliki oleh Kementerian ESDM sebanyak 2.699 atau 52 persen dari jumlah total pegawai, yakni sebesar 5,277 orang. Menurutnya, sumber daya ini menjadi aset terbaik dalam rangka teknis mengelola sumber daya alam.
Sekadar informasi, realisasi BBN di tingkat domestik mencapai 12,2 juta kilo liter pada tahun 2023. Realisasi tersebut diklaim melampauai 114,5 persen dari target yang ditetapkan pemerintah, yakni sebesar 10,65 juta KL.
Pemerintah juga telah telah melakukan diversifikasi jenis BBN dengan memanfaatkan Sustainable Aciation Fuel (SAF) j2.4, market trial bioethanol, menetapkan spesifikasi, dan memberlakukan ketentuan standar dan mutu bensin bioetanol untuk dipasarkan di dalam negeri.
Dapat Dukungan Bahan Baku
Upaya pemerintah menggenjot produksi BBN di Indonesia disambut positif oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono menyambut baik penerapan energi hijau di sektor pertanian.
Menurutnya, hal tersebut memberikan nilai tambah pada setiap komoditas pertanian. Sebagai penyedia bahan baku, kata Mukti, GAPKI mengaku tak keberatan dengan kehadiran biodiesel B50.
“Jadi kami sebenarnya kalau dari sisi bahan baku tidak ada masalah, karena produksi kita sekitar 54 juta ton dan kalau ini digunakan untuk B50 itu masih mencukupi,” kata Mukti beberapa waktu lalu.
Dengan pemanfaatan B50, Mukti berharap peningkatan produksi sawit bisa lebih terakselerasi. “Karena kalau tidak maka kita terpaksa harus mengurangi ekspor, karena sebagian besar akan digunakan untuk B50. Harapan kedepan, paling tidak tadi saya sudah sampaikan bahwa nanti kita harus bisa meningkatkan produktivitas” imbuhnya.
Lebih lanjut, Mukti menjelaskan bahwa ada beberapa hal untuk meningkatkan produktivitas, yaitu melalui Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), program untuk membantu pekebun rakyat memperbaharui perkebunan kelapa sawit dengan kelapa sawit yang lebih berkelanjutan dan berkualitas harus digenjot dan peningkatkan luas areal, antara lain di Papua.
“Saya kira ini sangat bagus kalau misalnya nanti ada kebun khusus untuk energi, sehingga tidak akan mengganggu supply kita untuk ekspor,” ujarnya.
Untuk memastikan peningkatan produksi dan menjamin terpenuhinya kebutuhan minyak sawit dalam negeri dan ekspor, pemerintah dalam hal ini Kementan bersama swasta berupaya melalui beberapa kegiatan pengembangan kebun sawit untuk energi khususnya pada kawasan yang sudah terdegradasi, sehingga kebutuhan minyak sawit untuk energi tidak mengganggu kebutuhan untuk pangan, industri dalam negeri dan ekspor.
Sementara itu, CEO PT Eshan Agro Sentosa (Jhonlin Group), Bambang Aria Wisena, mengungkapkan bahwa soft launching hari ini merupakan milestone besar dalam dunia biodiesel yang sudah dimulai selama ini menuju Indonesia Mandiri Energi.
“Ternyata hari ini kita melihat bahwa masa depan biodiesel semakin cerah, yang tadinya kita tidak mengira bahwa kita harus loncat langsung ke B50. Ini tentunya sesuatu hal yang luar biasa, yang sangat membahagiakan bagi dunia perkelapa sawitan pada umumnya,” pungkasnya.(*)