KABARBURSA.COM - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Sarah Firdausi menyoroti jumlah investasi di sektor pertanian, termasuk tanaman pangan, perkebunan, dan peternak cenderung belum stabil. Adapun daya saing sektor pertanian Indonesia saat ini menjadi hal yang sangat penting.
“Potensi sektor pertanian Indonesia sangat besar, baik untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun mendukung kebutuhan ekspor,” ujar Sarah dalam keterangan tertulis, Sabtu, 9 November 2024.
Namun demikian, Sarah mencatat bahwa berbagai upaya masih perlu dilakukan untuk mendukung petani dalam meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mereka. Masuknya investasi dapat memperkuat sektor pertanian yang tangguh terhadap perubahan iklim dan mendukung keberlanjutan, melalui pendanaan riset, pengembangan teknologi, serta peningkatan kapasitas masyarakat.
Sementara itu, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan investasi di sektor pertanian pada 2023 yang mencapai USD43 juta, naik dari USD39 juta di tahun sebelumnya. Meskipun menunjukkan pertumbuhan, angka ini masih perlu terus didorong mengingat berbagai faktor yang memengaruhi daya saing dan produktivitas pertanian.
Perlu diketahui pada tahun 2021, investasi di sektor pertanian tercatat hanya sebesar USD29 juta, lebih rendah dibandingkan dengan USD32 juta pada tahun 2020. Penyederhanaan regulasi investasi serta reformasi kebijakan di bidang pertanian dan perdagangan sangat diperlukan untuk mendorong peningkatan investasi dalam sektor pertanian Indonesia.
Kebijakan pertanian yang inovatif sebaiknya selaras dengan kebijakan perdagangan agar produsen lokal lebih kompetitif. Saat ini, biaya produksi beras di Indonesia 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan di Vietnam.
Sarah menambahkan, investasi juga akan membuka lapangan kerja, membawa transfer teknologi dan pengetahuan, serta membuka peluang ekspor baru. “Namun, proses transfer teknologi harus memastikan bahwa para pekerja Indonesia mendapatkan manfaat dari para investor dan juga mengikuti ketentuan ketenagakerjaan yang berlaku,” jelasnya.
Beberapa hal utama yang perlu diprioritaskan dengan meningkatnya investasi di sektor pertanian mencakup alih teknologi dan pengetahuan untuk mendukung modernisasi, serta peningkatan produktivitas—terutama pada komoditas bernilai tinggi seperti kopi dan kakao.
Penerapan sistem tanam berkelanjutan atau Good Agricultural Practices (GAP) juga dapat memperbesar peluang produk pertanian Indonesia untuk menembus pasar Eropa. Investasi di sektor pertanian menjadi semakin penting dengan adanya ancaman perubahan iklim, yang berpotensi mengganggu keberlanjutan sektor ini.
Dampak perubahan iklim, seperti cuaca yang sulit diprediksi, kejadian ekstrem seperti banjir dan kekeringan berkepanjangan, serta penurunan kualitas tanah, akan memengaruhi pola tanam, metode pertanian, dan hasil panen. Hal ini pada akhirnya bisa berdampak pada ketersediaan pangan.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman meminta tambahan anggaran sebesar Rp68 triliun dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI. Tambahan ini diklaim Amran sebagai kebutuhan mendesak untuk mendorong peningkatan produksi pangan nasional pada 2025, mengingat alokasi anggaran yang ditetapkan untuk tahun depan dinilai masih sangat terbatas.
“Penganggaran yang dialokasikan Kementerian Pertanian masih sangat terbatas. Tentunya akan sulit untuk mendorong terjadinya peningkatan produksi pangan tahun 2025 secara signifikan. Kementerian Pertanian mengusulkan tambahan anggaran Rp68 triliun,” kata Amran.
Amran mengatakan pagu anggaran Kementerian Pertanian pada 2025 ditetapkan sebesar Rp7,91 triliun. Karena jumlah ini sangat terbatas, kata Amran, akan sulit bagi kementeriannya untuk mendorong terjadinya peningkatan produksi pangan tahun 2025 secara signifikan.
Anggaran Kementerian Pertanian yang sebesar Rp7,91 triliun itu dibagi dalam beberapa program strategis. Di antaranya, Program Ketersediaan Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas yang mendapat alokasi Rp2,73 triliun, Program Dukungan Manajemen sebesar Rp2,9 triliun, Program Nilai Tambahan Daya Saing Industri Rp1,61 triliun, serta Program Pendidikan dan Pelatihan Vokasi sebesar Rp658,64 miliar.
Lebih lanjut, Amran merinci kebutuhan tambahan anggaran Rp68 triliun untuk berbagai inisiatif yang diharapkan dapat meningkatkan produksi pangan, seperti pencetakan sawah baru seluas 1 juta hektare, optimalisasi lahan seluas 600 ribu hektare, intensifikasi dan modernisasi pertanian, penyediaan susu gratis, serta program pekarangan pangan bergizi.
“Kami mohon dukungan dari seluruh pimpinan dan anggota Komisi IV agar pagu anggaran di Kementerian Pertanian tahun 2025 nantinya dapat meningkat,” kata Amran.
Dalam rapat yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Anggia Ermarini, dan Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin, Amran juga melaporkan alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Subbidang Pertanian tahun 2025 yang mencapai Rp1,87 triliun.
Rinciannya, DAK Fisik Subbidang Pertanian sebesar Rp1,6 triliun dan DAK Non Fisik Ketahanan Pangan dan Pertanian sebesar Rp224,85 miliar. DAK Fisik ini akan digunakan di 17 lokasi prioritas provinsi dan 50 lokasi prioritas kabupaten, sementara DAK Non Fisik akan digunakan untuk operasional pengujian penyakit hewan, layanan operasional balai penelitian, serta layanan operasional Puskesmas. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.