Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Pekan Depan Lelang SUN Dimulai, Akankah Ramai Peserta?

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 08 November 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Pekan Depan Lelang SUN Dimulai, Akankah Ramai Peserta?

KABARBURSA.COM - Pemerintah Indonesia akan menggelar kembali lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Kamis, 14 November 2024, dengan target indikatif sebesar Rp22 triliun.

Lelang ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memperoleh dana guna membiayai defisit anggaran dan memenuhi kebutuhan pembiayaan lainnya.

Menurut keterangan resmi dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, lelang kali ini akan menawarkan 8 seri SUN yang terdiri dari dua jenis instrumen, yakni Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi Negara (ON).

Adapun rincian penawaran terdiri dari:

  • 2 seri SPN (Surat Perbendaharaan Negara), yang merupakan instrumen dengan tingkat kupon diskonto.
  • 6 seri ON (Obligasi Negara) dengan kupon yang bervariasi, mulai dari 6,5 persen hingga 7,12 persen. Obligasi Negara adalah instrumen yang memberikan bunga tetap, yang akan dibayar kepada pemegangnya sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Lelang ini terbuka untuk semua pihak yang tertarik berpartisipasi, namun penawaran hanya dapat dilakukan melalui peserta lelang yang telah ditunjuk oleh Kementerian Keuangan. Peserta lelang ini biasanya terdiri dari bank-bank dan lembaga keuangan yang terdaftar sebagai dealer utama.

Sejak awal tahun 2024, pemerintah Indonesia telah menggelar 20 kali lelang SU, dengan total nominal yang berhasil dimenangkan mencapai Rp459,56 triliun. Lelang SUN menjadi salah satu cara utama bagi pemerintah untuk menarik dana dari pasar, selain penerbitan surat utang lainnya, guna membiayai program-program pemerintah dan menjaga kestabilan fiskal negara.

Penerbitan SUN juga menjadi alternatif investasi yang menarik bagi para investor, terutama yang mencari instrumen dengan imbal hasil (yield) yang stabil dan relatif aman. Pasalnya, SUN dianggap sebagai instrumen investasi yang memiliki risiko rendah, karena dijamin oleh pemerintah.

Proses dan Aturan Lelang

Lelang SUN ini dilakukan secara blind auction, di mana para peserta lelang menyampaikan penawaran harga dan jumlah yang ingin mereka beli. Penentuan pemenang lelang didasarkan pada penawaran yang diajukan, dengan prioritas pada penawaran yang menawarkan tingkat kupon paling menguntungkan bagi pemerintah.

Namun, meskipun lelang terbuka untuk berbagai pihak, hanya peserta yang telah terdaftar di sistem lelang Kementerian Keuangan yang dapat mengajukan penawaran. Hal ini bertujuan untuk memastikan proses lelang berjalan dengan transparansi dan efisiensi.

Lelang SUN merupakan instrumen penting bagi pemerintah Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan negara, terutama untuk membiayai defisit anggaran yang ditargetkan pada tahun 2024. Selain itu, lelang SUN juga memberikan kesempatan bagi para investor, baik domestik maupun asing, untuk berpartisipasi dalam pembiayaan negara sambil memperoleh imbal hasil yang menarik.

Selain sebagai sumber pembiayaan negara, lelang SUN juga membantu menjaga stabilitas pasar keuangan Indonesia, dengan menawarkan instrumen investasi yang relatif aman dan likuid. Pemerintah Indonesia berharap lelang ini akan menarik minat investor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, untuk berpartisipasi dalam pasar obligasi Indonesia.

Peserta Lelang Menurun

Pada akhir bulan Oktober 2024, pemerintah Indonesia melaksanakan lelang Surat Utang Negara (SUN) yang tercatat sebagai penyerapan terendah tahun ini. Meskipun ada delapan seri SUN yang ditawarkan, total penyerapan yang berhasil dicapai hanya sebesar Rp18,85 triliun, jauh dari target minimal yang dipatok Rp22 triliun.

Penurunan minat yang terlihat dalam lelang ini, baik dari investor domestik maupun asing, memberikan gambaran tentang tantangan yang dihadapi pasar keuangan Indonesia di tengah ketidakpastian global.

Salah satu catatan penting dari lelang kali ini adalah minat asing yang masuk terbilang sangat rendah. Minat asing hanya tercatat sebesar Rp2,52 triliun, yang merupakan jumlah terendah sejak November 2023 ketika lelang SUN sebelumnya berhasil menarik minat asing sebesar Rp3,88 triliun. Dari jumlah tersebut, yang akhirnya diserap pemerintah hanya Rp1,80 triliun.

Jika dilihat lebih spesifik, minat asing terhadap seri FR0103, yaitu surat utang acuan Indonesia dengan tenor 10 tahun, tercatat cukup signifikan, mencapai Rp1 triliun. Namun, pemerintah hanya menyerap separuhnya, yaitu Rp403,73 miliar.

Sementara itu, untuk surat utang dengan tenor lima tahun, Rp854,18 miliar berhasil diserap, yang setara dengan 95 persen dari total minat asing yang masuk pada seri ini, yaitu Rp899,50 miliar.

Namun, lelang kali ini juga memperlihatkan adanya ketidakberhasilan dalam menarik minat asing pada seri tenor jangka pendek. Untuk surat utang dengan tenor kurang dari satu tahun, tidak ada yang berhasil diserap. Minat asing pada seri tiga bulan hanya tercatat Rp18 miliar, sementara seri satu tahun sama sekali tidak laku.

Minimnya minat asing dalam lelang SUN kali ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal yang mengarah pada ketidakpastian ekonomi global. Beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa asing kurang agresif dalam berinvestasi di pasar obligasi Indonesia adalah sebagai berikut:

  1. Ketegangan Politik Global (Pemilu AS)

    Pemilu presiden di Amerika Serikat yang semakin dekat menyebabkan ketidakpastian politik di pasar global, terutama di negara-negara berkembang. Ketegangan politik ini membuat investor asing lebih berhati-hati dalam menempatkan dananya di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

  2. Kebijakan Moneter Amerika Serikat

    Penurunan tingkat pengangguran di Amerika Serikat dalam dua bulan berturut-turut, yang mencerminkan pemulihan ekonomi di AS, telah mengubah ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga. Harapan akan penurunan suku bunga yang lebih agresif dari Federal Reserve mulai menguap, yang mendorong penguatan kembali indeks dolar AS (DXY) dan penurunan harga obligasi global. Ini menciptakan ketidakpastian bagi investor di pasar obligasi Indonesia.

  3. Geopolitik Timur Tengah (Perang Israel)

    Ketegangan yang meluas akibat perang Israel dengan Hamas serta melibatkan negara-negara lain seperti Lebanon dan Iran, memberikan dampak negatif pada pasar global. Ketidakpastian geopolitik ini menyebabkan ketakutan akan ketatnya pergerakan harga komoditas, termasuk minyak, yang langsung memengaruhi stabilitas ekonomi global.

  4. Ekonomi Tiongkok yang Lesu

    Ekonomi Tiongkok masih menghadapi tantangan besar, terutama terkait dengan krisis properti yang belum kunjung selesai. Kondisi ini memperlambat laju pertumbuhan ekonomi global, yang berdampak pada penurunan permintaan terhadap komoditas dan investasi, termasuk di pasar Indonesia.

Seiring dengan penurunan minat asing dalam lelang SUN, nilai tukar rupiah juga tertekan. Pada akhir Oktober, rupiah sempat kembali melemah hingga mencapai level Rp15.700 per dolar AS, sebuah kondisi yang menunjukkan bahwa pasar masih mengalami tekanan dari faktor eksternal, termasuk kebijakan moneter global dan ketidakpastian geopolitik.(*)