Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Kilas Balik Ekonomi RI, Ekonom: Mustahil Mencapai 5,2 Persen

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 07 November 2024 | Penulis: Citra Dara Vresti Trisna | Editor: Redaksi
Kilas Balik Ekonomi RI, Ekonom: Mustahil Mencapai 5,2 Persen

KABARBURSA.COM – Bright Institute menilai laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak tinggi dan cenderung merosot. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2024 sebesar 4,95 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi secara kumulatif sebesar 5,03 persen. Bright institute menilai kedua angka tersebut adalah yang terendah selama beberapa tahun terakhir, kecuali tahun 2020 dan 2021 ketika terjadi pandemi Covid-19.

“Berdasar data historis, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2024 hanya akan kisaran 5,0 persen, dan nyaris mustahil mencapai 5,2 persen seperti target APBN 2024,” kata Ekonom Senior Bright Institute Awalil Rizky dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, 7 November 2024.

Menurutnya, beberapa sektor yang porsinya besar di Produk Domestik Bruto (PDB) dan mampu menampung banyak tenaga kerja adalah sektor industri dan pertanian. Sektor industri pengolahan tumbuh 4,72 persen (year-on-year/yoy) dan secara kumulatif 4,2 persen.

“Berdasar data historis, diprakirakan tumbuh kisaran 4,50 persen pada tahun 2024. Lebih rendah dari tahun 2022 dan 2023. Dengan prakiraan itu, selama sepuluh tahun era Jokowi (2015-2024), rata-rata hanya tumbuh 3,54 persen per tahun,” jelasnya.

Sedangkan porsi industri pengolahan, lanjut dia, selama 3 triwulan sebesar 18,93 persen dari PDB dan diprakirakan hanya di kisaran 18,75 persen dari PDB selama 2024.

Sementara sektor pertanian tumbuh 1,68 persen yoy. Sedangkan secara kumulatif tumbuh 0,66 persen. Jika dilihat dari data historis, prakiraan pertumbuhan untuk sektor ini adalah 1,75 persen sepanjang tahun 2024 dan melanjutkan pertumbuhan yang rendah sejak 2019.

“Pertumbuhan sektor pertanian (termasuk kehutanan dan perikanan) selama lima tahun terakhir selalu di bawah 2 persen. Jauh di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi. Bahkan, rata-rata selama era Presiden Jokowi (2015-2024) hanya mencapai 2,75 persen per tahun,” jelasnya.

Ekonomi Cenderung Menurun

Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa secara historis, ekonomi Indonesia mengalami sedikit penurunan pada kuartal ketiga dibandingkan dengan kuartal-kuartal sebelumnya.

Meski ada penurunan tersebut, ekonomi Indonesia tetap tumbuh sebesar 5,03 persen. Dia optimis perekonomian Indonesia akan tetap stabil hingga akhir tahun, dengan harapan pertumbuhan tetap berada di angka 5 persen, sesuai dengan target yang tercantum dalam APBN.

Airlangga berharap agar kuartal keempat bisa menunjukkan kinerja yang lebih baik. Meskipun ada penurunan sedikit pada kuartal ini, secara keseluruhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,03 persen dari kuartal pertama hingga ketiga.

Seperti biasanya pada triwulan ketiga, pertumbuhan ekonomi cenderung lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, apalagi tanpa adanya dorongan dari peristiwa besar seperti hari besar keagamaan atau liburan sekolah yang biasa terjadi di kuartal kedua.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 didorong oleh inflasi yang tetap rendah dan terkendali dalam rentang sasaran 2,5 persen ±1 persen, yaitu 1,71 persen pada Oktober 2024.

Selain itu, rasio utang Indonesia juga terjaga pada 39,4 persen di bulan Juni 2024. Dibandingkan dengan negara maju dan berkembang lainnya, ekonomi Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang solid, bahkan lebih baik. Misalnya, Singapura tumbuh 4,1 persen, Arab Saudi 2,8 persen, dan Meksiko 1,5 persen.

Selain itu, hampir seluruh komponen pengeluaran ekonomi Indonesia juga mengalami pertumbuhan positif. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,91 persen dan menjadi kontributor terbesar dalam pertumbuhan ekonomi dengan angka 2,55 persen, didorong oleh sektor hotel dan restoran.

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga tumbuh 5,15 persen berkat investasi dari pemerintah dan sektor swasta, terutama dalam pembangunan infrastruktur.

Sektor-sektor ekonomi lainnya juga mencatatkan pertumbuhan yang positif, dengan sektor transportasi dan pergudangan tumbuh paling tinggi, yaitu 8,64 persen, seiring dengan peningkatan jumlah penumpang dan pengiriman barang.

Selain itu, sektor makanan dan minuman tumbuh 8,33 persen, didorong oleh peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dan berbagai event internasional, seperti Moto GP Mandalika dan PON XXI.

Secara geografis, seluruh wilayah Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi, meskipun beberapa daerah seperti Sumatera, Sulawesi, dan Maluku-Papua mencatatkan pelambatan. Sementara itu, wilayah Jawa, Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara menunjukkan pertumbuhan yang lebih kuat dibandingkan daerah lainnya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga semakin berkualitas, dengan peningkatan jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 4,79 juta orang, menjadi 144,64 juta orang dibandingkan Agustus 2023.

Tingkat pengangguran pun menurun sebanyak 390 ribu orang, menjadi 7,47 juta orang. Proporsi pekerja formal meningkat menjadi 42,05 persen, yang menunjukkan peningkatan status pekerjaan, terutama di kalangan buruh dan karyawan yang mengalami pertumbuhan 3,44 persen (yoy).

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2024, Airlangga memaparkan beberapa kebijakan pemerintah, seperti menjaga daya beli dengan memperpanjang insentif fiskal untuk sektor properti dan otomotif, serta meningkatkan kuota FLPP.

Selain itu, pemerintah juga berfokus pada hilirisasi 26 komoditas sumber daya alam dan pengembangan proyek strategis nasional, kawasan industri, dan insentif tax holiday yang telah diberlakukan melalui PMK Nomor 69 tahun 2024.(*)