KABARBURSA.COM - The Federal Reserve tengah bersiap untuk menghadapi pemangkasan suku bunga di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi.
Pasar keuangan hampir yakin bahwa Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee) akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dalam upaya "mengkalibrasi ulang" kebijakan ekonomi. Langkah ini dilakukan karena inflasi mulai mereda dan pasar tenaga kerja menunjukkan tanda-tanda pelambatan.
Meskipun demikian, sorotan utama akan beralih ke apa yang akan terjadi selanjutnya bagi Ketua Jerome Powell dan para pembuat kebijakan di The Fed. Mereka harus mengarungi ekonomi yang terus berubah, sementara pemerintahan baru yang dipimpin oleh Trump diperkirakan akan membawa kebijakan ekonomi yang berbeda dari pemerintahan sebelumnya.
Menurut Kepala Kebijakan Global dan Strategi Bank Sentral di Evercore ISI Krishna Guha, Jerome Powell kemungkinan besar akan menjaga netralitas politik dalam menghadapi transisi pemerintahan ini.
"Powell akan menghindari penilaian awal terkait dampak pemilu terhadap ekonomi dan suku bunga," kata Guha dalam sebuah catatan.
Sebagai Ketua The Fed, Powell akan menegaskan bahwa bank sentral akan meluangkan waktu untuk mempelajari kebijakan pemerintahan baru sebelum membuat keputusan lebih lanjut.
The Fed, sebagai lembaga independen, selalu berusaha untuk tidak terlibat dalam dinamika politik. Oleh karena itu, meskipun Trump memiliki rencana kebijakan yang mungkin berpengaruh besar pada perekonomian, Powell dan koleganya di The Fed akan bertindak hati-hati dan lebih memilih untuk menunggu kejelasan kebijakan sebelum memberikan respons kebijakan moneter yang sesuai.
Pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin yang diharapkan dalam pertemuan ini, akan menurunkan suku bunga dana federal ke kisaran 4,75 persen-5,0 persen. Suku bunga ini mengatur biaya pinjaman antar bank dan sering kali mempengaruhi suku bunga konsumen, termasuk hipotek, kredit mobil, dan pinjaman kartu kredit.
Pasar saat ini, diperkirakan akan terjadi pemotongan tambahan pada bulan Desember, diikuti dengan jeda pada Januari 2025. Selanjutnya, serangkaian pemotongan bisa berlangsung hingga 2025. Namun, jalur kebijakan ini sangat bergantung pada bagaimana perekonomian berkembang dan kebijakan apa yang akan diterapkan oleh pemerintahan Trump.
Jika Trump kembali mendorong pemotongan pajak, peningkatan pengeluaran, dan kebijakan perdagangan yang lebih proteksionis, hal ini bisa menambah tekanan inflasi, yang selama masa jabatan pertamanya berada di bawah 3 persen meskipun ada kebijakan serupa.
Trump juga dikenal sebagai kritikus Powell dan sering mendorong suku bunga yang lebih rendah selama masa jabatan pertamanya (2017-2021).
Sementara itu, Kepala Strategi Global di LPL Financial Quincy Krosby, menjelaskan banyak yang menantikan petunjuk tentang pemotongan suku bunga di masa depan. Tetapi, juga ada pertanyaan apakah mereka akan menyatakan kemenangan dalam memerangi inflasi.
Salah satu isu utama yang akan menjadi perhatian dalam beberapa bulan mendatang adalah tingkat suku bunga "terminal" atau titik akhir dari siklus pemotongan suku bunga ini.
Pasar bertaruh bahwa The Fed akan melanjutkan pemotongan suku bunga hingga 2025, dengan tingkat suku bunga mencapai kisaran 3,75 persen-4,0 persen.
Namun, beberapa pengamat lebih berhati-hati, memperkirakan suku bunga di akhir tahun depan berada di sekitar 4,2 persen.
Menurut mantan Kepala Urusan Moneter The Fed Bill English, yang kini menjadi profesor keuangan di Yale School of Management, pertanyaan kuncinya terletak pada di mana titik akhir dari siklus pemotongan suku bunga ini?
Sebab, The Fed perlu segera mempertimbangkan kapan siklus ini akan berubah, terutama mengingat ekonomi yang tetap cukup kuat.
Selain suku bunga, Powell juga mungkin diminta untuk membahas upaya The Fed dalam mengurangi kepemilikan obligasi di neracanya.
Sejak Juni 2022, The Fed telah mengurangi hampir USD2 triliun dari kepemilikan Surat Berharga Negara AS dan sekuritas berbasis hipotek dalam upaya untuk mengurangi likuiditas pasar dan menyeimbangkan kebijakan moneter.
Pejabat The Fed sebelumnya menyatakan bahwa pengurangan neraca ini dapat terus berlanjut meskipun suku bunga diturunkan, namun beberapa analis memperkirakan bahwa proses ini bisa berakhir lebih cepat, mungkin pada awal 2025.
"Mereka senang membiarkannya berjalan di latar belakang, tetapi pada titik tertentu mereka mungkin perlu membuat penyesuaian lebih lanjut," tambah English.
Dengan latar belakang ekonomi yang bergejolak dan ketidakpastian politik, The Fed diperkirakan akan terus bergerak hati-hati.
Sementara pemotongan suku bunga diharapkan, perhatian pasar akan lebih tertuju pada langkah-langkah kebijakan selanjutnya dan bagaimana The Fed menavigasi perekonomian di bawah pemerintahan Trump.
Powell dan koleganya harus menyeimbangkan stabilitas ekonomi dengan tantangan baru, baik dari sisi kebijakan fiskal maupun dinamika pasar global.
Keputusan dan pandangan yang akan disampaikan setelah pertemuan ini sangat dinantikan, karena mereka akan menjadi petunjuk utama bagi pasar mengenai langkah-langkah kebijakan moneter The Fed dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan.
The Federal Reserve diperkirakan akan melanjutkan pemangkasan suku bunga dalam pertemuan yang dijadwalkan berakhir pada Kamis, 14 November mendatang.
Namun, perhatian utama bukan hanya pada keputusan suku bunga kali ini, melainkan pada arah kebijakan di masa depan, terutama di tengah situasi ekonomi dan politik yang semakin rumit setelah kemenangan mengejutkan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS.(*)