KABARBURSA.COM - PT Waskita Karya (Persero) Tbk terus mendukung program swasembada pangan yang menjadi program prioritas Presiden Prabowo Subianto. Salah satunya, melalui pembangunan Bandungan Tiga Dihaji yang terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatera Selatan.
Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo menegaskan, akan terus melanjutkan pembangunan infrastruktur Sumber Daya Air (SDA), seperti bendungan dan jaringan irigasi demi mendukung program swasembada pangan.
Ia melanjutkan pengerjaan Bendungan Tiga Dihaji akan diikuti dengan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi yang diharapkan dapat langsung mengairi lahan pertanian masyarakat, sehingga meningkatkan Indeks Pertanaman (IP). Seperti dalam pernyataannya di Jakarta, dikutip Kamis 7 November 2024.
Pengerjaan bendungan tersebut terdiri atas empat paket. Waskita Karya bersama PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk dan PT SAC Nusantara mengerjakan paket dua senilai Rp 1,34 triliun.
Perseroan mengungkapkan, progres konstruksi Bendungan Tiga Dihaji paket II kini telah mencapai 36,58 persen. Ditargetkan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) itu selesai pada 2026 mendatang.
Corporate Secretary Waskita Karya Ermy Puspa Yunita mengatakan, perseroan berkomitmen segera menyelesaikan pembangunan Bendungan Tiga Dihaji, agar produktivitas petani di wilayah tersebut juga bisa cepat meningkat. “Sebagai BUMN Konstruksi, Waskita bertekad turut menyukseskan program swasembada pangan yang tengah menjadi fokus pemerintah saat ini," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (6/11/2024).
Ia menambahkan, lingkup pekerjaan Waskita Karya pada proyek ini meliputi pengerjaan timbunan tubuh bendungan atau main dam. Bendungan Tiga Dihaji, sambungnya, dapat menampung air hingga 140 juta meter kubik.
Ermy menjelaskan, nantinya bendungan terbesar pertama di Sumsel itu akan mengaliri air pada Daerah Irigasi (DI) Komering untuk lahan pertanian seluas 34.824 hektare (ha) dari total kebutuhannya 124 ribu ha.
“Keberadaan Bendungan Tiga Dihaji dapat meningkatkan Indeks Pertanaman atau rata-rata masa tanam dan panen pada lahan yang sama dalam satu tahun, dari 1,78 menjadi sekitar 3,8. Indeks ini menjadi salah satu indikator peningkatan produktivitas lahan pertanian,” ujar Ermy.
Bendungan ini, lanjut dia, dapat pula dimanfaatkan sebagai konservasi sumber daya air. Kemudian mampu memenuhi kebutuhan air baku sebesar satu meter kubik per detik, sekaligus dapat mereduksi banjir hingga 39,5 persen Q50.
“Jadi tujuan utama pembangunan Bendungan Tiga Dihaji untuk menjaga kestabilan pasokan air pada Daerah Irigasi Komering di musim kemarau. Selama ini, pasokan air tersebut hanya mengandalkan dari Sungai Komering,” jelas Ermy.
Dirinya melanjutkan, Bendungan Tiga Dihaji berpotensi pula menjadi pembangkit listrik sebesar 40 Megawatt (Mw). Masyarakat pun bisa memanfaatkannya untuk pariwisata dan olahraga air, sehingga keberadaan bendungan ini diharapkan bisa memberikan efek ganda bagi masyarakat sekaligus memacu kehadiran Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Waskita Karya sendiri sudah membangun 24 bendungan yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Sebanyak 15 di antaranya sudah selesai, sementara sembilan proyek lainnya seperti Bendungan Jragung, Rukoh, Mbay, dan Bener masih dalam proses dibangun.
PT Waskita Karya (Persero) Tbk. atau WSKT, mempercepat penyelesaian pembangunan Bendungan Temef di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Secara fisik, pembangunan Bendungan Temef telah mencapai progres 98 persen . Dengan begitu masyarakat NTT, khususnya wilayah Kabupaten Timur Tengah Selatan segera mendapatkan manfaat dengan hadirnya bendungan tersebut.
SVP Corporate Secretary Perseroan Ermy Puspa Yunita menjelaskan, Bendungan Temef terletak di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang mencakup tiga desa pada dua kecamatan yaitu Desa Oenino dengan Desa Pane Utara, Kecamatan Oenino dan Desa Konbaki, Kecamatan Polen.
“Bendungan Temef menjadi satu-satunya bendungan terbesar di Provinsi NTT yang memiliki panjang 550 meter dan tinggi 55 meter dan menempati lahan seluas 45 hektare yang mampu menampung air hingga 45 juta meter kubik,” jelas Ermy , Jumat 31 Mei 2024.
Bendungan Temef digunakan untuk mensuplai irigasi untuk persawahan sebesar 4.500 hektare, sebagai air baku dengan debit air 131 liter/ detik untuk 28.000 keluarga, pengendali banjir dengan reduksi Banjir hingga 15 persen dan pembangkit listrik tenaga mikrohidro 2 x 1,0 MW.
Bendungan Temef mulai dibangun pada tahun 2018. Waskita Karya mengerjakan Paket I yang sudah rampung pada saat itu terdiri atas pekerjaan persiapan, pekerjaan bangunan pengelak, pekerjaan hidromekanikal dan pekerjaan bangunan pengambilan.
Nilai anggarannya untuk Paket I mencapai Rp934 miliar dan pembangunannya selesai lebih cepat dari target yang ditentukan pada tahun 2023.
Selanjutnya Waskita Karya melanjutkan pembangunan bendungan tersebut di paket empat dengan nilai anggaran mencapai Rp468 miliar.
Sejumlah pekerjaan yang dilakukan di paket empat adalah timbunan bendungan utama, pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan hidromekanikal, pekerjaan bangunan pengambilan serta pekerjaan bangunan fasilitas.
Melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Waskita Karya dipercaya untuk membangun sejumlah bendungan di Indonesia.
Bendungan yang telah diselesaikan pekerjaannya antara lain, Bendungan Karian Banten, Bendungan Tapin Kalimantan Selatan, Bendungan Leuwikeris Jawa Barat, Bendungan Way Sekampung dan Bendungan Margatiga Lampung.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.