Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Harga Emas Merosot, Terjebak Dua Faktor Besar

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 07 November 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Harga Emas Merosot, Terjebak Dua Faktor Besar

KABARBURSA.COM - Harga emas dunia merosot, terjebak dua faktor besar, yaitu kemenangan Trump dan kemungkinan penundaan penurunan suku bunga oleh Federal Reserve atau the Fed.

Harga emas dunia mengalami penurunan tajam pada penutupan perdagangan Kamis pagi WIB, 7 November 2024. Penurunan ini dipicu oleh penguatan dolar AS setelah Donald Trump dinyatakan menang dalam pemilihan presiden Amerika Serikat.

Kemenangan Trump yang berhasil meraih lebih dari 270 suara Electoral College memberikan sentimen positif bagi dolar AS, namun menekan harga emas dan komoditas lainnya di pasar global.

Mengutip CNBC International, harga emas spot turun hingga 3 presen menjadi USD 2.660,1 per ons. Bahkan, harga emas sempat menyentuh level terendah dalam tiga minggu terakhir di USD 2.652,19.

Ini merupakan kerugian terbesar emas dalam lima bulan terakhir. Sementara itu, kontrak emas berjangka AS juga turun sebesar 2,9 persen, ditutup pada level USD 2.669,2 per ons.

Menurut para analis, kemenangan Trump telah mengurangi ketidakpastian di pasar yang sebelumnya khawatir akan hasil pemilu yang lebih kontroversial.

Sebelum hasil pemilu diumumkan, investor berada dalam posisi waspada dan mengantisipasi potensi hasil yang tidak jelas, yang biasanya meningkatkan permintaan terhadap aset-aset safe-haven seperti emas. Namun, dengan kemenangan Trump yang jelas, sentimen risiko di pasar berkurang drastis, yang justru memicu penguatan dolar AS dan melemahkan harga emas.

"Pasar sebelumnya mengantisipasi hasil pemilu yang tidak pasti. Namun, dengan kemenangan Trump yang tegas, ketidakpastian menurun, dan dolar AS langsung menguat, sehingga menekan harga emas," kata Rhona O'Connell, analis dari StoneX.

Penguatan Dolar AS dan Tekanan pada Emas

Penguatan dolar AS menjadi faktor utama yang menekan harga emas. Indeks dolar AS melonjak ke level tertinggi dalam empat bulan terakhir setelah kemenangan Trump.

Penguatan ini membuat emas, yang diperdagangkan dalam dolar AS, menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar negeri, sehingga mengurangi permintaan terhadap logam mulia tersebut.

Selain itu, kemenangan Trump juga memberikan keyakinan bahwa kebijakan ekonominya, yang pro-dolar dan lebih condong ke arah pertumbuhan domestik, akan memperkuat mata uang AS.

Namun, di sisi lain, hal ini bisa mengganggu kebijakan pelonggaran moneter yang selama ini menjadi salah satu faktor pendukung harga emas.

Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, menyatakan bahwa harga emas saat ini terjebak di antara dua faktor besar. Di satu sisi, risiko inflasi yang meningkat akibat kebijakan fiskal Trump bisa mendukung harga emas, namun di sisi lain, harapan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve mungkin akan tertunda.

"Emas berada dalam posisi yang sulit, antara risiko inflasi yang lebih tinggi dan kemungkinan perlambatan dalam pemangkasan suku bunga AS. Keputusan dan pernyataan dari Federal Reserve pada Kamis nanti akan menjadi fokus utama bagi investor," kata Hansen.

Selain itu, pasar kini menantikan keputusan dari Federal Reserve terkait kebijakan suku bunga. Analis memprediksi The Fed akan mengumumkan pemangkasan suku bunga sebesar 0,25 persen pada pertemuan mendatang, setelah sebelumnya memangkas suku bunga sebesar 0,50 persen pada bulan September.

Keputusan ini akan sangat mempengaruhi pergerakan harga emas dalam jangka pendek, mengingat emas cenderung sensitif terhadap perubahan suku bunga.

Kebijakan suku bunga yang lebih rendah biasanya mendukung harga emas karena menurunkan biaya peluang untuk memegang aset tanpa imbal hasil seperti emas. Namun, jika The Fed menunda pemotongan suku bunga, ini bisa semakin menekan harga emas.

Selain emas, komoditas lainnya juga mengalami tekanan akibat penguatan dolar AS. Harga perak spot jatuh 4,6 persenmenjadi USD31,17 per ons.

Platinum turun sebesar 1,4 persen ke harga USD985,74 per ons, sementara paladium merosot 3,6 persen menjadi USD1.036,77 per ons. Ketiga logam mulia ini mencatatkan level terendah dalam minggu terakhir.

Penurunan harga emas yang tajam pada perdagangan pagi WIB ini mencerminkan respons pasar terhadap penguatan dolar AS yang dipicu oleh kemenangan Donald Trump dalam pemilu. Penguatan dolar dan harapan kebijakan ekonomi pro-pertumbuhan dari Trump memberikan tekanan besar pada logam mulia dan komoditas lainnya.

Dengan keputusan Federal Reserve terkait suku bunga yang akan diumumkan dalam waktu dekat, investor akan terus memantau pergerakan pasar dan memposisikan diri untuk menghadapi potensi volatilitas yang lebih besar di masa mendatang.

Pergerakan pasar komoditas ke depan akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter The Fed serta perkembangan lebih lanjut terkait kebijakan ekonomi pemerintahan Trump.(*)