Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Uji Coba Tram Baterai di Solo, Gibran Beri Dukungan Penuh

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 02 November 2024 | Penulis: Pramirvan Datu | Editor: Redaksi
Uji Coba Tram Baterai di Solo, Gibran Beri Dukungan Penuh

KABARBURSA.COM - Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, meninjau uji coba tram bertenaga baterai atau battery tram di Stasiun Purwosari, Solo, Jawa Tengah, pada Sabtu.

Ini merupakan kepulangan perdana Gibran ke Solo setelah resmi dilantik sebagai Wakil Presiden RI pada 20 Oktober lalu.

Gibran tiba dengan kendaraan Maung Pindad sekitar pukul 07.11 WIB. Dalam peninjauannya, ia didampingi oleh Direktur Pengembangan PT INKA Roppiq Lutzfi Azhar, Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana, Kepala Daop VI Bambang Respationo, serta Pengageng Pura Mangkunegaran Surakarta, KGPAA Mangkunegara X.

Begitu tiba, Gibran langsung meninjau ke dalam tram dan menerima penjelasan mengenai teknologi battery tram. Kunjungan singkat tersebut berlangsung sekitar 20 menit.

Manajer Humas dan Protokoler, Nuur Aisyah Murti, menyatakan bahwa kedatangan Gibran adalah untuk meninjau uji coba tersebut. Ia menyebut bahwa battery tram ini bisa menjadi solusi bagi transportasi perkotaan.

“Kami sangat terkejut dengan dukungan beliau, namun jelas agenda kedatangannya adalah internal, fokus pada inovasi teknologi,” ujarnya.

Ia menambahkan, Solo adalah satu-satunya kota di Pulau Jawa yang memiliki jalur tram baterai.

Menurutnya, uji coba tram ini akan berlangsung mulai 4 hingga 22 November 2024. Solo dipilih karena kota ini memiliki jalur yang membelah pusat kota.

“Pengujian ini kami lakukan di sini. Harapannya nanti bisa mendukung transportasi kota, sebagai solusi untuk kemacetan dan kepadatan kendaraan bermotor,” tambahnya.

Dalam kunjungannya, Gibran juga berharap agar PT INKA segera menyelesaikan tahap akhir uji teknologi baterai ini.

“Ini tahap uji coba ketiga, masih banyak pengujian yang perlu dilakukan,” ujarnya.

Pabrik Bahan Anoda

Mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi meresmikan pabrik bahan anoda baterai litium milik PT Indonesia BTR New Energy Material di Kawasan Ekonomi Khusus Kendal pada hari ini, Rabu 7 Agustus 2024.

Pabrik ini, pada fase awal, akan memiliki kapasitas produksi 80 ribu ton material anoda per tahun. Kapasitas ini cukup untuk memasok komponen baterai untuk 1,5 juta mobil listrik setiap tahunnya. Nilai investasi untuk tahap pertama ini mencapai USD478 juta, setara dengan Rp7,69 triliun.

Fase kedua pembangunan pabrik akan meningkatkan kapasitas produksi menjadi 160 ribu ton per tahun, setara dengan bahan baku untuk 3 juta mobil listrik setiap tahun.

“Dengan ini, kita akan menjadi pemasok terbesar baik untuk baterai EV maupun kendaraan listriknya,” ujar Jokowi, Rabu 7 Agustus 2024.

Jokowi menjelaskan bahwa pabrik ini akan mengimpor natural graphite dari negara-negara Afrika. Sementara itu, artificial graphite akan diperoleh dari Kilang Pertamina di Riau, yang akan diolah menjadi bahan anoda baterai.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan bahwa peningkatan kapasitas fase kedua akan dimulai pada awal kuartal IV-2024 dan ditargetkan selesai pada Maret 2025.

Investasi Saham Lewat Pabrik

Luhut menyebutkan bahwa dengan kapasitas produksi 160 ribu ton per tahun, pabrik ini akan menjadi yang terbesar di dunia, menyaingi kapasitas pabrik di China. Saat ini, pabrik terbesar di China hanya memiliki kapasitas 100 ribu ton per tahun, Jepang 10 ribu ton per tahun, dan Korea Selatan 40 ribu ton per tahun.

“Kita akan melampaui kapasitas pabrik terbesar di China dalam waktu dekat,” tegas Luhut.

Perjalanan Anoda Baterai Litium 

Pendirian pabrik anoda baterai litium bermula dari kebutuhan yang semakin meningkat akan baterai berkinerja tinggi untuk kendaraan listrik dan perangkat elektronik lainnya. Awal mula penelitian dan pengembangan anoda baterai litium dapat ditelusuri kembali ke era 1970-an ketika ilmuwan mulai mengeksplorasi potensi litium sebagai material anoda karena kapasitas penyimpanan energinya yang tinggi.

Pada tahun 1980-an, penemuan material grafit sebagai anoda litium-ion oleh Akira Yoshino membuka jalan bagi pembuatan baterai litium-ion yang lebih stabil dan aman. Inovasi ini menjadi dasar pengembangan pabrik anoda baterai litium modern.

Memasuki dekade 1990-an, permintaan akan baterai litium-ion meningkat pesat dengan kemajuan teknologi elektronik portabel seperti ponsel dan laptop. Perusahaan-perusahaan besar seperti Sony dan Panasonic mulai memproduksi baterai litium-ion dalam skala besar, mendorong investasi dalam pembangunan pabrik anoda baterai litium.

Dengan berkembangnya pasar kendaraan listrik di awal 2000-an, produsen baterai mulai memperluas kapasitas produksi anoda baterai litium. Perusahaan seperti Tesla, melalui kemitraan dengan Panasonic, mendirikan Gigafactory untuk memenuhi kebutuhan baterai kendaraan listrik mereka.(*)