Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Ekonomi Zona Euro Naik 0,4 Persen: Prospek Suram Akibat Ancaman Tarif AS

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 31 October 2024 | Penulis: Pramirvan Datu | Editor: Redaksi
Ekonomi Zona Euro Naik 0,4 Persen: Prospek Suram Akibat Ancaman Tarif AS

KABARBURSA.COM - Ekonomi zona euro tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal terakhir, namun bayangan tarif besar dari kandidat Presiden Trump dan ketegangan dagang yang kian memanas dengan Tiongkok membuat prospeknya tetap gelap.

Produk domestik bruto di 20 negara pengguna euro tercatat naik 0,4 persen pada kuartal ketiga dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Angka ini melampaui ekspektasi 0,2 persen, namun masih mengindikasikan pelemahan di sejumlah sektor, terutama karena industri mengalami resesi dan konsumsi rumah tangga hampir stagnan, menurut data dari Eurostat. Seperti dikutip di Jakarta, Kamis 31 Oktober 2024.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, ekspansi blok ini meningkat menjadi 0,9 persen dari 0,6 persen pada kuartal sebelumnya. Meski demikian, tingkat pertumbuhan tahunan tetap berada di atau sedikit di bawah satu persen, jauh dari apa yang ekonom nilai sebagai 'potensial' atau laju ekspansi alami tanpa gangguan atau stimulus tambahan.

Mengutip The Business Times, Kamis, 31 Oktober 2024, kejutan terbesar datang dari Jerman—ekonomi terbesar blok ini—yang tumbuh 0,2 persen. Pertumbuhan ini bertolak belakang dengan perkiraan resesi akibat tekanan berat yang dialami sektor industri besar mereka.

Prancis dan Spanyol juga menunjukkan ketahanan yang tidak terduga, meski data tersebut tetap menunjukkan bahwa zona euro tertinggal di belakang AS, yang selama beberapa dekade mencatat kinerja ekonomi lebih kuat dengan kesenjangan keuntungan yang makin lebar dalam beberapa tahun terakhir.

Donald Trump, kandidat Presiden AS, telah bersumpah untuk menerapkan tarif 10 persen pada semua impor dan bea masuk 60 persen khususnya untuk barang dari Tiongkok. Ia memperingatkan bahwa Eropa akan menanggung konsekuensi berat jika ia terpilih.

Setiap tarif baru berpotensi memicu aksi balasan, meningkatkan biaya dan melemahkan perdagangan global—pilar utama bagi Eropa, yang ekonominya sangat bergantung pada kelancaran arus barang tanpa hambatan.

Prediksi Para Ekonom

Data terbaru dari Badan Statistik Eurostat menunjukkan inflasi di zona euro merosot ke 1,8 persen pada September, jauh di bawah target 2 persen yang ditetapkan oleh Bank Sentral Eropa (ECB). Angka ini sejalan dengan prediksi para ekonom yang disurvei oleh Reuters, setelah inflasi tahunan pada Agustus tercatat di level terendah tiga tahun sebesar 2,2 persen.

Mengutip laporan CNBC International, inflasi inti—yang tidak memperhitungkan harga energi, makanan, alkohol, dan tembakau yang lebih volatile—berada di kisaran 2,7 persen. Angka ini stabil jika dibandingkan dengan inflasi inti pada Agustus yang mencapai 2,8 persen. Seperti dikutip di Jakarta, Rabu 2 September 2024.

Sektor jasa, salah satu kontributor utama inflasi zona euro, menunjukkan penurunan pada September menjadi 4 persen, sedikit lebih rendah dari 4,1 persen di bulan sebelumnya, menurut data yang dirilis. Penurunan ini terjadi bersamaan dengan meredanya tekanan inflasi di beberapa ekonomi utama zona euro seperti Prancis dan Jerman, di mana tingkat inflasi yang diselaraskan juga turun lebih dari perkiraan menjadi 1,8 persen secara tahunan.

Meski begitu, para analis memproyeksikan kemungkinan adanya lonjakan inflasi sementara dalam beberapa bulan ke depan. Namun, angka inflasi keseluruhan diperkirakan akan tetap di bawah 2 persen sepanjang tahun mendatang. “Meski ada potensi kenaikan sementara, inflasi utama akan cenderung tetap di bawah target ECB,” ujar Franziska Palmas, Ekonom Senior Eropa di Capital Economics.

Di sisi lain, Bert Colijn, Kepala Ekonom untuk Belanda di ING, menggarisbawahi ketidakpastian terkait proyeksi kenaikan inflasi. “Meski peningkatan inflasi pada kuartal keempat telah diprediksi sebelumnya, pertanyaannya adalah seberapa besar dampaknya mengingat harga bensin telah jatuh tajam seiring penurunan harga minyak global,” jelasnya.

Dengan tren inflasi yang melandai ini, tekanan terhadap ECB untuk terus menaikkan suku bunga kemungkinan berkurang, membuka ruang bagi bank sentral untuk mempertimbangkan kebijakan moneter yang lebih longgar di masa depan.

Global Menuju Pelonggaran Kebijakan Moneter

Bank Sentral Eropa (ECB) mungkin akan mengambil langkah strategis dengan memangkas suku bunga. Langkah ini dipandang sebagai pendahulu bagi Amerika Serikat, yang diprediksi akan mengikuti langkah serupa minggu depan. Dengan kecenderungan global menuju pelonggaran kebijakan moneter yang lebih terkoordinasi, negara-negara maju kini terlihat bergeser untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah risiko inflasi yang mulai mereda.

Para pejabat zona euro telah memberikan sinyal kuat bahwa mereka akan memberikan pengurangan biaya pinjaman kedua, setelah pemotongan yang dilakukan pada Juli. Investor akan dengan cermat mengamati langkah ini untuk mengukur kemungkinan adanya pemotongan suku bunga lebih lanjut menjelang akhir 2024. Setidaknya, satu penurunan lagi diperkirakan akan terjadi tahun ini.

Langkah ini terjadi bersamaan dengan pengurangan suku bunga oleh Bank of Canada pada 4 September, dan mempertegas pergeseran kebijakan di negara-negara maju, terutama menjelang langkah Federal Reserve yang diantisipasi pada 18 September.

Pelonggaran dalam pertumbuhan upah zona euro pada kuartal kedua memberi ruang bagi para pembuat kebijakan untuk bertindak. Di sisi lain, laporan harga konsumen AS yang akan diumumkan pada Rabu, 11 September 2024 diperkirakan akan memperkuat keyakinan para pejabat Federal Reserve bahwa tekanan inflasi mulai terkendali, sejalan dengan data perekrutan tenaga kerja AS yang tidak memenuhi ekspektasi.(*)