KABARBURSA.COM - Pengadilan Negeri Niaga Semarang telah memutuskan untuk mempailitkan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), salah satu raksasa tekstil di Asia Tenggara, yang saat ini menghadapi masalah keuangan serius.
Laporan keuangan terbaru menunjukkan bahwa Sritex terjebak dalam utang mencapai USD1,597 miliar, setara dengan Rp25 triliun dengan kurs Rp15.600.
Sejak 2021, perusahaan yang terdaftar di pasar saham dengan kode SRIL ini mengalami kerugian selama empat tahun berturut-turut.
Meskipun demikian, Sritex berencana mengajukan kasasi untuk membatalkan putusan pailit tersebut. Manajemen perusahaan menegaskan bahwa operasional masih berjalan normal dan belum ada rencana untuk pemutusan hubungan kerja.
Jika tetap dipailitkan, maka aset Sritex akan dijual untuk melunasi utang. Perusahaan yang berpusat di Kabupaten Sukoharjo ini digugat oleh vendornya, PT Indo Bharta Rayon, terkait utang yang belum diselesaikan.
Sritex dan perusahaan afiliasinya, termasuk PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya, dianggap gagal memenuhi kewajiban pembayaran kepada PT Indo Bharta Rayon.
Sejarah PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) tidak dapat dipisahkan dari sosok Haji Muhammad Lukminto, atau yang dikenal dengan Ie Djie Shien. Saat ini, perusahaan yang sahamnya dikuasai oleh Keluarga Lukminto telah menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kepemimpinan kini berada di tangan generasi kedua, yaitu kakak beradik Iwan Setiawan dan Iwan Kurniawan Lukminto.
Sritex bermula dari sebuah kios sederhana bernama UD Sri Rejeki yang didirikan Haji Muhammad Lukminto pada tahun 1966 di Pasar Klewer, Kota Solo. Usahanya terus berkembang, memungkinkan pendirian pabrik kain putih dan berwarna pada tahun 1968, diikuti oleh pabrik tenun pada 1982.
Seiring berjalannya waktu, Sritex tumbuh pesat menjadi perusahaan tekstil terintegrasi pada tahun 1992, mencakup seluruh proses dari pemintalan hingga produksi pakaian jadi. Perusahaan ini memainkan peranan penting dalam perekonomian Kabupaten Sukoharjo, dengan puluhan ribu warga bergantung pada keberadaannya.
Pabrik Sritex yang luas berlokasi di Jalan Samanhudi, Sukoharjo, memproduksi berbagai jenis tekstil, termasuk rayon, katun, dan poliester, serta bahan mentah dan produk jadi. Di Jakarta, Sritex juga memiliki kantor besar yang terletak di Jalan Wahid Hasyim Nomor 147, Jakarta Pusat.
Meskipun dikenal sebagai pemilik perusahaan tekstil, Keluarga Lukminto memiliki beragam lini bisnis lainnya. Salah satu yang paling terkenal adalah Gedung Olahraga (GOR) Sritex yang terletak di pusat Kota Solo. GOR ini menjadi arena utama untuk pertandingan bola voli dan basket, serta sering digunakan untuk acara-acara besar.
Saat ini, GOR Sritex masih aktif menyelenggarakan berbagai turnamen olahraga. Baru-baru ini, gedung ini ditunjuk sebagai lokasi pertandingan basket pada Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII Solo 2024.
Selain GOR, Keluarga Lukminto juga mengoperasikan Museum Tumurun, yang menyajikan berbagai seni instalasi, seni kontemporer, lukisan, dan koleksi mobil antik. Museum yang awalnya bersifat pribadi kini telah dibuka untuk umum dengan sistem berbayar.
Di bawah anak perusahaan PT Wisma Utama Binaloka, Sritex Group juga memiliki beberapa hotel dan restoran di berbagai kota, termasuk Restoran Diamond, Grand Orchid, dan @Hom, serta Hotel Grand Quality di Yogyakarta.
Mereka juga mengelola dua Hotel Holiday Inn Express di Yogyakarta dan Bali, serta sejumlah properti lainnya seperti Holiday Inn, Horison, dan Solo Mansion.
Presiden Prabowo Subianto memerintahkan empat menteri di Kabinet Merah Putih untuk menyelamatkan karyawan PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex.
Sritex adalah perusahaan tekstil besar di kawasan Asian Tenggara (ASEAN) dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Niaga Semarang. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan ini telah mencatat kerugian selama empat tahun berturut-turut sejak 2021, dengan utang mencapai USD1,597 miliar, setara dengan Rp25 triliun.
Meskipun keputusan pailit telah dikeluarkan, Sritex berupaya untuk melakukan kasasi. Manajemen perusahaan menyatakan bahwa operasional masih berjalan normal dan belum ada rencana untuk memecat karyawan. Jika pailit terjadi, maka aset perusahaan akan dilelang untuk melunasi utang.
Sritex digugat oleh vendor, PT Indo Bharat Rayon, terkait tunggakan utang. Sritex dan afiliasinya, seperti PT Sinar Pantja Djaja dan PT Bitratex Industries, dianggap tidak memenuhi kewajiban pembayaran kepada Indo Bharat Rayon.
Menghadapi situasi ini, pemerintah tidak tinggal diam. Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, dan Kementerian Tenaga Kerja untuk mencari solusi penyelamatan bagi Sritex.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa pemerintah akan segera mengambil langkah untuk melindungi karyawan Sritex dari pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Kami akan memastikan operasional perusahaan tetap berjalan dan pekerja tetap aman,” kata Agus Gumiwang.
Mengenai cara menyelamatkan Sritex, Agus Gumiwang mengungkapkan bahwa saat ini masih dalam tahap pembahasan dan akan disampaikan setelah empat kementerian merumuskan langkah-langkah konkret. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.