Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Harga Emas Dunia Turun 1 Persen, Dua Sentimen ini Mempengaruhi

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 24 October 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Harga Emas Dunia Turun 1 Persen, Dua Sentimen ini Mempengaruhi

KABARBURSA.COM - Harga emas dunia mengalami penurunan tajam lebih dari 1 persen pada penutupan perdagangan Kamis dini hari WIB, 24 Oktober 2024, setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi sepanjang masa. Penurunan ini dipicu oleh menguatnya dolar AS dan kenaikan yield obligasi AS, yang menekan permintaan emas sebagai aset safe haven menjelang pemilihan presiden AS pada 5 November mendatang.

Mengutip laporan CNBC International, emas spot turun 1 persen menjadi USD2.721,12 per ons pada pukul 12.25 WDT atau pukul 14.10 GMT, setelah sebelumnya sempat menyentuh harga tertinggi sepanjang masa di USD2.758,37 per ons. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS juga turun 0,9 persen ke level USD2.734,60.

Penurunan harga ini terjadi meskipun sepanjang tahun 2024, emas telah melonjak lebih dari 31 persen, mencetak berbagai rekor baru. Emas selama ini dikenal sebagai pelindung nilai dalam situasi ketidakpastian politik dan ekonomi. Pemotongan suku bunga yang dilakukan Federal Reserve AS bulan lalu, serta lonjakan permintaan dari investor untuk aset safe haven, menjadi faktor pendorong utama kenaikan harga emas sepanjang tahun ini.

Namun, dengan menguatnya dolar AS, yang naik 0,3 persen mendekati level tertinggi dalam tiga bulan, emas menjadi kurang menarik bagi investor yang menggunakan mata uang selain dolar. Selain itu, kenaikan yield obligasi AS juga menambah tekanan pada logam mulia ini. Yield yang lebih tinggi mengurangi daya tarik emas, karena logam mulia tidak memberikan bunga seperti obligasi.

Menurut Senior Strategi Pasar di RJO Futures Bob Haberkorn, pengambilan keuntungan oleh investor turut menjadi alasan penurunan harga emas.

"Dengan naiknya yield obligasi, emas akan menghadapi kesulitan untuk terus bergerak lebih tinggi," ujarnya.

Meski begitu, Haberkorn optimis bahwa harga emas masih berpotensi menyentuh level USD2.800 per ons pada akhir minggu ini, karena permintaan aset safe haven yang tetap tinggi.

Di sisi lain, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank Ole Hansen, menjelaskan bahwa ketidakpastian menjelang pemilihan presiden AS dan beban utang yang terus meningkat menjadi faktor signifikan yang memengaruhi pasar.

"Jelang pemilu, pemerintah AS perlu menerbitkan miliaran dolar utang di tengah kondisi pasar yang tipis dan penuh kecemasan," kata Hansen.

Hal ini menambah tekanan terhadap harga emas di tengah ketidakpastian politik yang sedang berlangsung.

Selain emas, harga perak juga mencatat penurunan signifikan, turun 3,1 persen menjadi USD33,74 per ons. Perak sebelumnya telah mencapai harga tertinggi sejak akhir 2012 di USD34,87 per ons pada Selasa, 22 Oktober 2024. Platinum juga turun 1 persen menjadi USD1.018,65, sementara paladium merosot 1,9 persen menjadi USD1.055,98.

Dengan pasar yang terus bergerak dinamis menjelang pemilihan presiden AS, para analis memprediksi bahwa volatilitas harga emas dan logam mulia lainnya masih akan berlanjut. Hal ini menambah ketidakpastian di pasar global, yang membuat investor terus mencari perlindungan dalam aset-aset aman, meskipun tekanan jangka pendek dari dolar AS dan obligasi tetap memengaruhi harga.

Sehari sebelumnya, harga emas dunia melonjak lebih dari 1 persen, mencapai rekor tertinggi baru. Lonjakan ini dipicu oleh permintaan aset safe haven yang meningkat, seiring ketidakpastian pemilu Presiden Anerika Serikat (AS) dan konflik di Timur Tengah. Selain itu, ekspektasi pelonggaran moneter turut memperkuat kenaikan harga emas.

Emas spot naik 1,08 persen ke level USD2.749,01 per ons, mencatatkan rekor tertinggi terbaru. Sementara, kontrak berjangka emas AS meningkat 0,6 persen menjadi USD2.754,3.

Sepanjang tahun ini, harga emas sudah naik lebih dari 32 persen dan berkali-kali mencapai puncak tertinggi. Sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, emas semakin diminati. Rendahnya suku bunga turut memperkuat daya tarik logam mulia ini sebagai investasi.

“Ketegangan geopolitik adalah pendorong utama. Dua minggu menjelang pemilu AS, persaingan ketat membuat ketidakpastian politik semakin tinggi, sehingga mendorong minat pada safe haven seperti emas,” kata Peter A Grant, Wakil Presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals.

Grant menambahkan, bila konflik di Timur Tengah terus memanas, harga emas bisa menembus USD3.000 sebelum akhir tahun. Namun, ia lebih memperkirakan kenaikan tersebut terjadi pada kuartal pertama tahun depan. Pelonggaran moneter oleh banyak bank sentral besar juga menjadi faktor pendorong kenaikan harga emas.

Secara teknikal, Indeks Kekuatan Relatif (RSI) emas saat ini berada di angka 74, menandakan harga emas telah memasuki area ‘overbought’ atau jenuh beli.

Tak hanya emas, perak juga mengalami lonjakan harga sebesar 2,8 persen, mencapai USD34,72 per ons, yang merupakan level tertinggi sejak akhir 2012. Menurut Han Tan, Kepala Analis Pasar di Exinity Group, perak diperkirakan bisa menembus USD35 sebelum hari pemilu pada 5 November, asalkan situasi positif bagi logam mulia tetap terjaga.

Sementara itu, logam mulia lain juga mencatatkan kenaikan. Platinum naik sekitar 2,6 persen ke USD1.029,10 per ons, dan palladium menguat 2,2 persen, mencapai USD1.074,38 per ons.(*)