KABARBURSA.COM - Israel mengonfirmasi tewasnya calon pemimpin Hizbullah dalam serangan udara di Beirut selatan awal Oktober lalu. Dilansir dari The Guardian, melalui pernyataan yang dirilis Selasa, 22 Oktober 2024, malam, militer Israel menyebutkan serangan di kawasan Dahiyeh telah menewaskan Hashem Safieddine dan Ali Hussein Hazima, kepala intelijen kelompok militan itu, tiga minggu lalu.
Ini adalah pertama kalinya Israel mengonfirmasi kematian pejabat politik tertinggi Hizbullah setelah mantan sekretaris jenderal Hassan Nasrallah. Hingga kini, belum memberikan komentar atas klaim Israel tersebut.
Safieddine adalah ketua dewan eksekutif, badan pengambil keputusan tertinggi di Hizbullah. Beberapa tahun lalu ia dilaporkan dipilih sebagai penerus Nasrallah. Ia juga sepupu dari mantan sekretaris jenderal itu dan dikenal memiliki karisma serupa yang memupuk kultus pribadi di sekitar Nasrallah.
Nasibnya tidak diketahui setelah serangan udara Israel di Dahiyeh pada 3 Oktober, yang menurut Israel menargetkan bunker bawah tanah tempat Safieddine tinggal. Sejak serangan tersebut, Hizbullah dikabarkan belum berhasil menghubungi Safieddine, dan tim penyelamat dilarang mengakses lokasi pengeboman.
Dengan tewasnya Safieddine, hanya Naim Qassem, wakil sekretaris jenderal Hizbullah, yang tersisa dari kepemimpinan senior yang dikenal publik. Qassem menjadi wajah kelompok ini sejak pembunuhan Nasrallah, tetapi ia tidak sepopuler mendiang sekretaris jenderal di kalangan pendukung Hizbullah.
Belum jelas siapa yang akan memimpin kelompok ini selanjutnya. Dalam pidato dua minggu lalu, Qassem mengatakan penunjukan pemimpin baru adalah prosedur kompleks yang memerlukan waktu. Selain pukulan terhadap kepemimpinan politiknya, hampir seluruh komando militer senior Hizbullah telah tewas dalam tiga bulan terakhir oleh serangan Israel.
Israel mengklaim serangan yang menewaskan Safieddine juga merenggut nyawa 25 pemimpin Hizbullah lainnya. Pekan lalu, Israel juga membunuh pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, di Gaza.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dalam kunjungannya ke Israel Selasa lalu, menyatakan para pemimpin di sana sebaiknya "memanfaatkan" kematian Sinwar sebagai peluang untuk mengakhiri perang di Gaza dan mengamankan pembebasan sandera yang diambil dalam serangan mematikan Hamas yang memicu perang. Blinken juga menekankan perlunya Israel meningkatkan bantuan kemanusiaan untuk Palestina.
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut pertemuannya dengan Blinken yang berlangsung lebih dari dua jam sebagai "ramah dan produktif".
Meski kehilangan banyak pemimpin, Hizbullah bersikeras kekuatan organisasinya tetap terjaga. Kelompok ini menegaskan hal tersebut dengan menyatakan Israel belum menunjukkan kemajuan signifikan di Lebanon selatan.
Sejak Israel mengumumkan operasi darat ke Lebanon pada 30 September, pertempuran antara pejuang Hizbullah dan pasukan Israel terjadi setiap hari. Tank-tank Israel terlihat di desa-desa sepanjang perbatasan Israel-Lebanon. Seluruh kota di Lebanon selatan telah diratakan oleh ledakan kendali jarak jauh Israel.
Israel mengklaim operasi daratnya di Lebanon selatan bertujuan untuk menghancurkan infrastruktur Hizbullah di sepanjang perbatasan guna mencegah serangan lintas perbatasan ke Israel. Namun, sejauh mana keberhasilan operasi ini belum jelas karena akses media ke Lebanon selatan sangat terbatas.
Safieddine, yang lahir pada 1964 di Lebanon selatan, merupakan salah satu pendiri Hizbullah. Ia diduga menghabiskan bertahun-tahun di Qom, kota religius di Iran, dan dipercayakan berbagai tugas oleh Hizbullah, termasuk mengelola portofolio bisnis legal dan ilegal organisasi tersebut. Pada 2017, Amerika Serikat dan Arab Saudi telah memasukkannya ke daftar teroris.
Berbeda dengan Nasrallah yang selama bertahun-tahun hidup dalam persembunyian, Hashem Safieddine tetap tampil di berbagai acara politik dan keagamaan dalam beberapa waktu terakhir. Selama tahun terakhir konflik dengan Israel, ia menghadiri pemakaman dan acara lain yang sudah lama dihindari oleh Nasrallah karena alasan keamanan.
Dalam beberapa hari terakhir, Israel meningkatkan kampanye udara di Lebanon, menargetkan infrastruktur yang terkait dengan bank Al-Qard Al-Hassan, lembaga keuangan yang dituding Israel mendanai aktivitas Hizbullah. Bank tersebut merupakan bagian dari sayap amal Hizbullah dan memiliki lebih dari 30 gedung di seluruh Lebanon.
Pada Senin, 21 Oktober 2024, malam, Israel juga melancarkan serangan udara di kawasan Beirut Raya yang menewaskan 18 orang termasuk empat anak-anak, serta melukai 60 orang lainnya di Dahiyeh. Serangan ini juga menyebabkan kerusakan besar pada Rumah Sakit Universitas Rafik Hariri, rumah sakit umum terbesar di Lebanon.
Di tengah ketegangan yang meningkat, Hizbullah melancarkan tembakan roket ke arah Kiryat Shmona di utara Israel, serta menembak jatuh drone Israel jenis Hermes 450 dengan rudal darat-ke-udara pada Selasa siang.
Pertempuran antara Hizbullah dan Israel dimulai setelah Hizbullah meluncurkan roket ke Israel pada 8 Oktober 2023, sebagai bentuk solidaritas atas serangan Hamas sehari sebelumnya. Sejak Israel meluncurkan Operasi Panah Utara pada 23 September, eskalasi kekerasan terus meningkat.
Selama setahun terakhir, lebih dari 2.500 orang tewas dan lebih dari 11.850 orang terluka di Lebanon akibat konflik yang berlarut-larut ini.(*)