Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Menunggu Nasib BUMN di Tangan Erick Thohir

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 21 October 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Menunggu Nasib BUMN di Tangan Erick Thohir

KABARBURSA.COM - Nasib Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih berada di tangan Erick Thohir yang kini kembali menduduki jabatan sebegai Menteri BUMN era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Erick mengatakan, perampingan BUMN masih menjadi prioritasnya agar terjadi efektivitas dan memiliki daya saing. Rencnanya, dari 41 BUMN yang saat ini masih bertahan, ia akan menguranginya lagi hingga tersisa 30 perusahaan.

Program perampingan BUMN ini bukanlah hal baru. Pada Juni 2020, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Erick Thohir berhasil mengurangi jumlah BUMN dari 142 menjadi 107. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan perusahaan negara agar lebih fokus, kompetitif, dan memiliki dampak yang signifikan bagi perekonomian nasional.

Dengan meneruskan program ini di era kepresidenan Prabowo, Erick berupaya menciptakan keseimbangan antara sektor swasta, UMKM, dan investasi dalam dan luar negeri. Erick percaya bahwa dengan jumlah BUMN yang lebih sedikit, koordinasi dan fokus perusahaan akan lebih baik, sehingga mampu menghadapi tantangan persaingan di pasar terbuka.

Sepanjang tahun 2024, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah kepemimpinan Erick Thohir melanjutkan program perampingan BUMN dengan membubarkan beberapa perusahaan yang dianggap tidak efisien atau tidak lagi relevan dengan tujuan strategis pemerintah. Hingga kini, BUMN yang dibubarkan sepanjang 2024 mencakup beberapa perusahaan, antara lain:

  1. PT Kertas Kraft Aceh (Persero) - Perusahaan ini mengalami kesulitan operasional dan tidak mampu berkompetisi secara ekonomi. Pembubarannya dilakukan sebagai bagian dari upaya efisiensi di sektor industri kertas.
  2. PT Industri Sandang Nusantara (Persero) - Perusahaan ini bergerak di sektor tekstil dan pakaian jadi, namun mengalami stagnasi dan kerugian bertahun-tahun, sehingga diputuskan untuk dibubarkan.
  3. PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) - Setelah bertahun-tahun tidak beroperasi dan mengalami masalah keuangan, proses likuidasi Merpati akhirnya diselesaikan pada 2024.
  4. PT Pembiayaan Armada Niaga Nasional (Persero) - Perusahaan ini dibubarkan setelah tidak aktif dan tidak lagi beroperasi dalam bisnis pembiayaan kendaraan niaga.

Erick Thohir menekankan bahwa pembubaran BUMN dilakukan untuk menciptakan perusahaan-perusahaan yang lebih sehat, efisien, dan mampu berkontribusi lebih besar pada perekonomian nasional. Selain itu, pembubaran ini juga dimaksudkan untuk mengurangi beban keuangan negara akibat perusahaan-perusahaan yang terus merugi.

BUMN Sakit

Beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang saat ini masih menghadapi masalah keuangan atau dikenal sebagai "BUMN sakit" meliputi perusahaan-perusahaan yang mengalami kerugian besar, beban utang tinggi, atau kesulitan operasional yang terus berlangsung. Berikut adalah beberapa BUMN yang dikategorikan "sakit" atau dalam kondisi kurang sehat pada 2024:

  1. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). Garuda Indonesia masih dalam proses restrukturisasi utang besar-besaran setelah sebelumnya berada di ambang kebangkrutan. Meskipun pemerintah sudah melakukan beberapa langkah penyelamatan, termasuk restrukturisasi utang, Garuda masih menghadapi tantangan besar dalam pemulihan pasca-pandemi dan menghadapi tekanan keuangan yang signifikan.
  2. PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT). Waskita Karya mengalami tekanan berat akibat beban utang yang sangat besar, terutama dari proyek-proyek infrastruktur. Perusahaan ini sedang dalam proses restrukturisasi utang dan mencari solusi untuk menjaga keberlangsungan bisnis, namun tekanan likuiditas masih tinggi.
  3. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS). Meski sudah menjalani restrukturisasi utang dan melakukan berbagai upaya efisiensi, PT Krakatau Steel masih berjuang untuk kembali sehat secara finansial. Beban utang yang besar dan ketatnya persaingan global di sektor baja menjadi tantangan utama bagi perusahaan ini.
  4. PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Group. PTPN menghadapi masalah terkait kinerja keuangan, terutama di anak perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan gula dan teh. Mereka sedang dalam proses perbaikan melalui upaya restrukturisasi manajemen dan pembenahan operasional, namun beberapa anak perusahaan masih mencatatkan kerugian.
  5. PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Jiwasraya, salah satu BUMN asuransi, mengalami masalah besar terkait pengelolaan dana nasabah dan kesulitan membayar polis-polis jatuh tempo. Meski sudah ada upaya penyelamatan melalui pembentukan Indonesia Financial Group (IFG), masalah likuiditas masih menjadi tantangan yang belum sepenuhnya teratasi.
  6. PT PANN (Pembiayaan Armada Niaga Nasional). PT PANN, yang bergerak di sektor pembiayaan kapal dan armada niaga, sudah lama dianggap "sakit" karena tidak aktif dalam kegiatan bisnis inti dan mengalami masalah keuangan yang berat.
  7. PT PAL Indonesia (Persero). PT PAL, yang bergerak di sektor pembuatan kapal, mengalami masalah dalam hal pengelolaan proyek dan efisiensi biaya. Meski memiliki potensi besar, perusahaan ini masih menghadapi tantangan dalam hal profitabilitas dan pengelolaan utang.

BUMN-BUMN yang tergolong "sakit" ini masih terus menjalani proses perbaikan, baik melalui restrukturisasi utang, perampingan bisnis, atau upaya lainnya untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi agar dapat kembali berkontribusi positif pada ekonomi nasional.(*)