KABARBURSA.COM - Nasib Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih berada di tangan Erick Thohir yang kini kembali menduduki jabatan sebegai Menteri BUMN era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Erick mengatakan, perampingan BUMN masih menjadi prioritasnya agar terjadi efektivitas dan memiliki daya saing. Rencnanya, dari 41 BUMN yang saat ini masih bertahan, ia akan menguranginya lagi hingga tersisa 30 perusahaan.
Program perampingan BUMN ini bukanlah hal baru. Pada Juni 2020, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Erick Thohir berhasil mengurangi jumlah BUMN dari 142 menjadi 107. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan perusahaan negara agar lebih fokus, kompetitif, dan memiliki dampak yang signifikan bagi perekonomian nasional.
Dengan meneruskan program ini di era kepresidenan Prabowo, Erick berupaya menciptakan keseimbangan antara sektor swasta, UMKM, dan investasi dalam dan luar negeri. Erick percaya bahwa dengan jumlah BUMN yang lebih sedikit, koordinasi dan fokus perusahaan akan lebih baik, sehingga mampu menghadapi tantangan persaingan di pasar terbuka.
Sepanjang tahun 2024, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah kepemimpinan Erick Thohir melanjutkan program perampingan BUMN dengan membubarkan beberapa perusahaan yang dianggap tidak efisien atau tidak lagi relevan dengan tujuan strategis pemerintah. Hingga kini, BUMN yang dibubarkan sepanjang 2024 mencakup beberapa perusahaan, antara lain:
Erick Thohir menekankan bahwa pembubaran BUMN dilakukan untuk menciptakan perusahaan-perusahaan yang lebih sehat, efisien, dan mampu berkontribusi lebih besar pada perekonomian nasional. Selain itu, pembubaran ini juga dimaksudkan untuk mengurangi beban keuangan negara akibat perusahaan-perusahaan yang terus merugi.
Beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang saat ini masih menghadapi masalah keuangan atau dikenal sebagai "BUMN sakit" meliputi perusahaan-perusahaan yang mengalami kerugian besar, beban utang tinggi, atau kesulitan operasional yang terus berlangsung. Berikut adalah beberapa BUMN yang dikategorikan "sakit" atau dalam kondisi kurang sehat pada 2024:
BUMN-BUMN yang tergolong "sakit" ini masih terus menjalani proses perbaikan, baik melalui restrukturisasi utang, perampingan bisnis, atau upaya lainnya untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi agar dapat kembali berkontribusi positif pada ekonomi nasional.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.