Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Prabowo: Kekuasaan Harus Bekerja untuk Rakyat, Bukan Diri Sendiri

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 20 October 2024 | Penulis: Moh. Alpin Pulungan | Editor: Redaksi
Prabowo: Kekuasaan Harus Bekerja untuk Rakyat, Bukan Diri Sendiri

KABARBURSA.COM - Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka resmi dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029. Dalam pidato perdananya di Sidang Paripurna MPR, Prabowo menegaskan kekuasaan berasal dari rakyat dan harus dijalankan demi kepentingan rakyat. Pidato ini disampaikan Prabowo usai mengucapkan sumpah di hadapan 709 dari 731 anggota MPR.

"Kekuasaan itu milik rakyat. Kedaulatan itu adalah kedaulatan rakyat. Kita berkuasa seizin rakyat. Kita menjalankan kekuasaan harus untuk kepentingan rakyat. Kita harus selalu ingat, setiap pemimpin dalam setiap tingkatan harus selalu ingat, pekerjaan kita harus untuk rakyat, bukan kita bekerja untuk diri kita sendiri, bukan kita bekerja untuk kerabat kita, bukan kita bekerja untuk pemimpin-pemimpin kita. Pemimpin harus bekerja untuk rakyat," ucap Prabowo di hadapan anggota MPR di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Ahad, 20 Oktober 2024.

Acara pelantikan turut dihadiri oleh Presiden ke-7 RI Joko Widodo, Wakil Presiden ke-13 RI Ma’ruf Amin, serta sejumlah tokoh nasional, mantan presiden, dan wakil presiden. Hadir pula pemimpin partai politik, para kompetitor di Pilpres 2024 seperti Anies Baswedan, serta tamu undangan internasional yang meliputi 19 kepala negara dan 15 utusan khusus dari negara-negara sahabat.

Dalam pidatonya, Prabowo mengingatkan bahwa banyak tantangan bangsa yang masih perlu diselesaikan, seperti kemiskinan, kelaparan, dan pendidikan yang tertinggal. Ia menekankan pentingnya pemimpin di semua tingkatan untuk fokus bekerja demi kepentingan masyarakat.

"Kita sebagai pemimpin politik jangan terlalu senang melihat angka-angka statistik yang membuat kita terlalu cepat puas. Padahal, kita belum melihat gambaran sepenuhnya," ujarnya.

Prabowo juga menyoroti bahwa meskipun Indonesia sudah masuk dalam kelompok G20, masih banyak persoalan yang belum terselesaikan, terutama dalam hal kemiskinan dan gizi buruk. Menurutnya, banyak rakyat yang belum mendapatkan pekerjaan layak dan masih banyak sekolah yang kondisinya memprihatinkan.

"Kita merasa bangga diterima di kalangan G20, ekonomi ke-16 terbesar di dunia, tapi apakah kita sungguh paham dan melihat gambaran utuh dari keadaan kita? Apakah kita sadar kemiskinan masih terlalu besar? Apakah kita sadar rakyat dan anak-anak banyak yang kurang gizi? Banyak rakyat kita tak dapat pekerjaan yang baik. Banyak sekolah tak terurus," tambahnya.

Untuk mengatasi berbagai masalah ini, Prabowo mengajak seluruh elemen bangsa bersatu dan saling bekerja sama. Menurutnya, persatuan, kolaborasi, dan suasana kebersamaan jauh lebih penting dibanding perdebatan yang tak berujung.

"Sejak awal bangsa berdiri, kita ingin menjadi bangsa yang berdemokrasi, kedaulatan rakyat setinggi-tingginya. Kita menghendaki demokrasi, demokrasi yang khas untuk Indonesia, demokrasi yang santun. Berbeda pendapat harus tanpa permusuhan, mengoreksi tanpa harus caci maki. Bertarung tanpa membenci. Bertanding tanpa berbuat curang," kata Prabowo.

Ia juga mencontohkan momen saat Jokowi mengalahkannya di Pilpres 2014 dan 2019, namun kemudian mengajak dirinya bergabung di pemerintahan setelah Pilpres 2019. "Dan saya menerima ajakan itu. Sekarang saya yang menang, dan saya mengajak semua pihak untuk bersatu," kata Prabowo.

Serukan Keberanian dan Perbaikan Sistem

Dalam pidatonya, Prabowo Subianto menekankan bangsa Indonesia menghadapi berbagai tantangan di tengah perubahan global. Untuk mengatasinya, ia mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk ulama, pengusaha, politisi, pemuda, dan mahasiswa, untuk berani dan optimistis menghadapi tantangan tersebut.

"Saya ajak semua unsur, dari kalangan ulama, pengusaha, pemimpin politik, pemuda, dan mahasiswa, kita berani untuk menghadapi tantangan-tantangan yang ada," ucapnya.

Prabowo mengingatkan tantangan bukan hanya datang dari luar, tetapi juga banyak masalah yang muncul dari dalam negeri sendiri.

Ia menyoroti sering kali, kesulitan terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan ketidakmampuan dalam mengelola kekayaan bangsa. "Ada tantangan-tantangan, kesulitan yang terjadi karena kita kurang waspada karena kadang-kadang kita tidak andal dan tidak piawai dalam mengurus kekayaan kita sendiri. Marilah kita berani mawas diri, berani menatap wajah kita sendiri, dan berani memperbaiki diri sendiri," ujarnya.

Salah satu tantangan terbesar menurut Prabowo adalah masih maraknya kebocoran anggaran dan praktik korupsi, serta kolusi antara pejabat pemerintah dengan pengusaha di berbagai level. Dalam hal pemberantasan korupsi, Prabowo menegaskan pentingnya reformasi sistem, penegakan hukum yang tegas, serta pemanfaatan teknologi digital. Ia juga menekankan semua pemimpin harus menjadi teladan.

"Kalau ikan menjadi busuk, busuknya mulai dari kepala. Maka, semua pejabat dari semua tingkatan harus memberi contoh untuk menjalankan kepemimpinan pemerintahan yang bersih. Mulai dengan contoh dari atas dan setelah itu penegakan hukum yang tegas dan keras," katanya.

Apresiasi dari MPR

Pidato pembukaan oleh Ketua MPR, Ahmad Muzani, menyampaikan harapan agar kepemimpinan Prabowo-Gibran mampu membawa visi besar dan kebijakan yang mengutamakan kepentingan rakyat.

"Mari kita ciptakan Indonesia yang lebih adil, sejahtera, dan berdaya saing, di mana setiap lapisan masyarakat merasa dihargai dan terlibat. Bersama-sama, kita bisa mengukir prestasi demi kemajuan bangsa," ujarnya.

MPR juga menyampaikan penghargaan kepada Jokowi-Ma’ruf Amin atas pencapaian selama periode pemerintahan mereka, terutama dalam pembangunan di berbagai sektor. Muzani menilai Indonesia berhasil melalui berbagai tantangan berat, seperti pandemi Covid-19, ketegangan geopolitik global, dan isu perubahan iklim.

Dalam urusan internasional, Muzani menyoroti dukungan berkelanjutan Indonesia terhadap perjuangan Palestina untuk meraih kemerdekaan dan hak asasi mereka. "Kita semua tahu bahwa Palestina tidak hanya masalah regional, tetapi juga merupakan persoalan kemanusiaan yang membutuhkan perhatian dan dukungan kita semua," kata Muzani.(*)