KABARBURSA.COM - Usai sudah pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka. Momen bersejarah ini ditutup dengan pidato kepresidenan RI yang berlangsung selama kurang lebih 45 menit.
Pidato tersebut memiliki makna penting, karena memberikan arahan dan visi bagi masa depan bangsa. Sebagai kepala negara, pidato ini menjadi kesempatan untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan strategis yang akan diambil pemerintah, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun politik.
Pidato Prabowo juga memberikan dorongan semangat bagi rakyat, menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjaga stabilitas dan kesejahteraan negara, serta memperkuat hubungan diplomatik di kancah internasional. Sekaligus merupakan medium komunikasi penting untuk merespon berbagai tantangan nasional dan global yang sedang dihadapi.
Berikut ini pidato lengkap Presiden Prabowo Subianto:
"Hari ini, kita mendapatkan kehormatan yang sangat besar pada acara pentikan Presiden dan Wakil Presiden RI. Hari ini, kita dihadiri 19 kepala negara dan 19 kepala pemerintahan, serta 15 utusan khusus negara-negara sahabat. tokoh-tokoh dari negara sahabat ini terbang dari tempat yang jauh, di tengah kesibukan, di tengah banyak masalah yang dihadapi. Mereka datang ke sini untuk menghormati bangsa dan rakyat Indonesia.
Karena itu, atas nama seluruh bangsa dan rakyat Indonesia, saya ucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua kepala pemerintah, kepala negara, dan perwakilan negara sahabat yang hadir di sini.
Saudara-saudara, beberapa saat yang lalu, di hadapan majelis yang terhormat ini, di hadapan seluruh rakyat Indonesia, dan yang terpenting di hadapan Tuham Yang Maha Kuasa, Allah Swt, saya Prabowo Subianto dan saudara Gibran Rakabuming raha, telah mengucapkan sumpah untuk mempertahankan Undang-undang Dasar (UUD) kita, untuk menjalankan semua undang-undang yang berlaku, untuk berbakti kepada negara dan bangsa. Sumpah tersebut akan kami jalankan dengan sebaik-baiknya, dengan penuh rasa tanggung jawab dan semua kekuatan yang ada pada jiwa dan raga kami.
Kami akan menjalankan kepemimpinan pemerintahan Indonesia, kepemimpinan negara dan bangsa Indonesia, dengan tulus, dengan mengutamakan kepentingan seluruh rakyat Indonesia, termasuk mereka yang tidak memilih. Kami akan mengutamakan kepentingan bangsa dan rakyat Indonesia, bukan kepentingangolongan, apalagi kepentingan pribadi kami.
Tantangan, rintangan, hambatan, dan ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia di tengah dinamika dan pergulatan dunia, tidak ringan. Kita paham, kita mengerti, bahwa karunia yang diberikan Yang Maha Kuasa kepada kita, sungguh sangat besar dan beragam. Kita memiliki luas wilayah daratan dan lautan yang sangat besar, kekayaan alam yang sangat besar.
Kita mengerti, bahwa sumber alam ini terdiri dari sumber-sumber alam yang sangat penting untuk kehidupan manusia di abad ke-21 dan seterusnya. Namun, di tengah segala karunia tersebut, di tengah kelebihan yang kita miliki, yang memang membuat kita harus mengjadapi masa depan dengan optimis, tetapi kita pun harus berani untuk melihat tantangan, rintangan, ancaman, dan kesulitan yang ada di hadapan kita.
Saya selalu mengajak saudara-saudara sebangsa dan setanah air untuk menjadi bangsa yang berani, bangsa yang tidak takut tantangan, bangsa yang tidak takut rintangan, bangsa yang tidak takut ancaman.
Sesungguhnya, sejarah kita adalah sejarah yang penuh kepahlawanan, penuh pengorbanan, penuh keberanian. Tidak hanya pemimpin-pemimpin, tetapi keberanian rakyat kita menghadapi segala tantangan, bahkan invasi-invasi dari bangsa lain.
Kita paham dan mengerti, bahwa kemerdekaan kita bukan hadiah. Kemerdekaan kita dapat dengan pengorbanan yang sangat besar. Dan kita harus paham serta ingat selalu pengorbanan yang paling besar adalah pengorbanan dari rakyat kita yang paling miskin, wong cilik, yang berjuang memberi makan kepada pejuang-pejuang.
Janganlah kita lupa waktu perang kemerdekaan, kita tidak punya anggaran APBN, pasukan tidak digaji. Lalu, siapa yang memberi makan? Yang memberi adalah para petani di desa-desa, para nelayan, dan para pekerja. Terus menerus mereka yang mendirikan republik ini.
Sekarang, saya mengajak saudara-saudara, terutama unsur pimpinan dari semua kalangan, dari kalangan cendekiawan, ulama, pengusaha, pemimpin politik, pemuda dan mahasiswa, mari berani menghadapi tantangan-tantangan tersebut.
Tantangan besar yang kita hadapi ada yang berasal dari luar. Tapi, kita harus berani mengakui banyak tantangan, kesulitan, rintangan yang berasal dari diri kita sendiri. Ada tantangan dan kesulitan yang terjadi karena kita kurang waspada, karena terkadang kita tidak adil dan piawai dalam mengurus kekayaan kita sendiri.
Marilah kita berani mawas diri, menatap wajah sendiri, dan mari berani memperbaiki diri sendiri, berani mengoreksi diri kita sendiri.
Kita harus menghadapi kenyataan bahwa masih terlalu banyak kebocoran dan penyelewengan korupsi di negara kita. Ini membahayakan masa depan kita dan generasi mendatang. Kita harus berani mengakui adanya kebocoran dalam anggaran, penyimpangan, dan kolusi antara para pejabat politik, pejabat pemerintah di semua tingkatan, dan pengusaha-pengusaha yang tidak bertanggung jawab. Jangan takut untuk melihat realitas ini.
Masih ada sebagian saudara-saudara kita yang belum menikmati hasil kemerdekaan. Terlalu banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Terlalu banyak anak-anak yang pergi ke sekolah tanpa sarapan. Terlalu banyak yang tidak memiliki pakaian layak untuk bersekolah.
Sebagai pemimpin politik, kita tidak boleh terbuai dengan angka-angka statistik yang membuat kita cepat merasa puas. Kita merasa bangga diterima di kalangan G20 dan disebut sebagai ekonomi terbesar ke-16 di dunia, tetapi apakah kita benar-benar memahami gambaran utuh keadaan kita?
Apakah kita sadar bahwa kemiskinan di Indonesia masih terlalu besar? Banyak rakyat kita dan anak-anak yang kekurangan gizi serta tidak mendapatkan pekerjaan yang layak. Banyak sekolah yang tidak terurus. Kita harus berani melihat kenyataan ini dan menyelesaikan masalahnya.
Saya mengajak kita semua untuk berani melihat kenyataan. Kita boleh bangga dengan prestasi, tetapi jangan terlalu cepat merasa puas dan menutup mata terhadap tantangan dan penderitaan saudara-saudara kita.
Kita tidak boleh bersikap seperti burung unta yang mengubur kepala di tanah saat menghadapi hal-hal tidak menyenangkan. Mari kita menatap ancaman dan bahaya dengan berani, serta bersatu untuk mencari solusi.
Saya mencanangkan bahwa Indonesia harus segera mencapai swasembada pangan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kita tidak boleh tergantung pada sumber makanan dari luar. Dalam keadaan genting, tidak ada yang akan mengizinkan barang-barang mereka untuk kita beli. Karena itu, dalam waktu 4-5 tahun, kita harus mencapai swasembada pangan dan siap menjadi lumbung pangan dunia.
Kita juga harus swasembada energi. Dalam situasi ketegangan atau kemungkinan perang, kita harus siap menghadapi kemungkinan terburuk. Negara-negara lain akan memikirkan kepentingan mereka sendiri jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, kita harus mengandalkan sumber energi kita sendiri.
Kita diberkati oleh Tuhan dengan tanaman-tanaman seperti kelapa sawit yang dapat menghasilkan solar dan bensin, serta tanaman lain seperti singkong, tebu, sagu, dan jagung. Kita juga memiliki potensi energi bawah tanah, geothermal, dan sumber air yang melimpah. Pemerintah yang saya pimpin akan fokus untuk mencapai swasembada energi.
Pengelolaan air juga sangat penting. Alhamdulillah, kita memiliki sumber air yang cukup dan teknologi untuk menghasilkan air dengan biaya terjangkau.
Semua subsidi bantuan untuk rakyat yang membutuhkan harus tepat sasaran. Kita harus berani meneliti dan, jika perlu, mengubah sistem subsidi agar langsung sampai ke keluarga yang membutuhkan. Dengan teknologi digital, kita dapat memastikan subsidi ini sampai ke setiap keluarga yang membutuhkan.
Anak-anak kita harus mendapatkan makanan bergizi setidaknya satu kali sehari, dan itu dapat kita wujudkan.
Kita harus melindungi mereka yang paling lemah untuk mencapai kesejahteraan sejati. Hilirisasi komoditas yang kita miliki harus dilakukan, sehingga nilai tambah dapat meningkatkan kekuatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
Saya telah menegaskan bahwa kita harus berani memberantas korupsi melalui perbaikan sistem, penegakan hukum yang tegas, dan digitalisasi. Insya Allah, kita akan mengurangi korupsi secara signifikan.
Namun, ini harus dilakukan oleh semua unsur. Pimpinan harus memberi contoh; ada pepatah yang mengatakan bahwa jika ikan busuk, busuknya dimulai dari kepala. Semua pejabat harus menunjukkan kepemimpinan yang bersih dan transparan, dimulai dari atas dan dilanjutkan dengan penegakan hukum yang tegas.
Kita percaya bahwa kita memiliki kekuatan untuk menghilangkan kemiskinan dari bumi Indonesia. Ini adalah sasaran yang berat, bahkan banyak yang mengatakan tidak mungkin. Namun, pemimpin yang baik dan berani akan mencari jalan untuk mengatasi tantangan yang tampaknya mustahil. Bangsa yang berani dapat mewujudkan yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Di tengah cita-cita besar kita, kita perlu suasana kebersamaan, persatuan, dan kolaborasi. Kita memerlukan pemimpin yang bijaksana, yang mencintai budaya dan sejarah bangsa, dan yang bangga dengan adat dan tradisi kita.
Kita ingin menjadi bangsa yang demokratis, di mana kedaulatan rakyat ditempatkan setinggi-tingginya. Dalam Pancasila, kerakyatan merupakan sendi utama yang harus kita junjung tinggi. Kita menghendaki demokrasi yang khas untuk Indonesia, yang sesuai dengan budaya kita—demokrasi yang santun, di mana perbedaan pendapat tidak disertai permusuhan.
Hanya dengan persatuan dan kerja sama kita akan mencapai cita-cita para pendiri bangsa untuk menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Kita harus ingat bahwa kekuasaan adalah milik rakyat. Kita berkuasa seizin rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Setiap pemimpin harus selalu ingat bahwa pekerjaan kita adalah untuk rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Bangsa yang merdeka adalah bangsa di mana rakyatnya merdeka—bebas dari ketakutan, kemiskinan, kelaparan, kebodohan, penindasan, dan penderitaan. Masih ada saudara-saudara kita yang berusia di atas 70 tahun yang menarik becak; ini bukan ciri bangsa yang merdeka. Kita hanya bisa merasa puas jika rakyat benar-benar merasakan kemerdekaan.
Mari kita bekerja keras dan berjuang tanpa menyerah. Kita harus menjaga kekayaan kita agar tidak diambil murah oleh pihak lain. Semua kekayaan kita harus untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat.
Dalam sejarah politik, ini mudah diucapkan tetapi sulit dicapai. Namun, kita bisa mencapainya jika kita bersatu dan bekerja sama. Marilah kita membangun masa depan bersama, menganggap rekan-rekan kita sebagai sesama anak bangsa, terlepas dari perbedaan suku, partai, agama, atau golongan. Setelah bertanding, mari kita kembali bersatu.
Saya mengajak semua pihak untuk bersatu. Dalam menghadapi dunia internasional, Indonesia memilih jalan bebas aktif nonblok. Kita tidak mau terlibat dalam pakta militer mana pun. Kita ingin menjadi tetangga yang baik, dengan filosofi kuno: seribu kawan terlalu sedikit, satu lawan terlalu banyak.
Dengan prinsip anti penjajahan, anti penindasan, dan anti rasialisme, kita mendukung kemerdekaan rakyat Palestina. Pemerintah Presiden Joko Widodo telah mengirimkan banyak bantuan, termasuk tim medis yang bekerja di Gaza. Kita juga siap untuk mengirimkan bantuan lebih banyak dan mengevakuasi mereka yang terluka.
Kita harus berterima kasih kepada generasi pembebas, seperti Bung Karno dan Bung Hatta, yang berjuang untuk kemerdekaan kita. Kita juga menghargai jasa Presiden Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono dalam mengatasi tantangan yang dihadapi bangsa.
Terima kasih kepada Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin atas kepemimpinan mereka melalui berbagai krisis. Kita semua berutang budi kepada pemimpin kita.
Akhir kata, saya mohon doa restu saudara-saudara. Mari kita bangun Indonesia di atas landasan yang telah dirintis oleh pendahulu kita. Kita harus mengakui dan memperbaiki segala kekurangan. Hentikan dendam, hilangkan kebencian, dan bangun kerukunan serta gotong royong, yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia.
Kami siap melanjutkan estafet kepemimpinan dan bekerja keras menuju Indonesia Emas—sebuah bangsa yang kuat, merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Kita tidak ingin mengganggu siapapun, tetapi kita tidak akan membiarkan bangsa lain mengganggu kita.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita semua dalam perjalanan ini. Mari kita berdoa agar tamu-tamu agung kita kembali ke rumah masing-masing dengan selamat dan bersahabat.
Merdeka!(*)