Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Suku Bunga Acuan BI Turun, tapi Bunga Kredit Naik

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 18 October 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Suku Bunga Acuan BI Turun, tapi Bunga Kredit Naik

KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) mencatat adanya peningkatan suku bunga deposito satu bulan dan suku bunga kredit perbankan pada September 2024, meskipun BI telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 0,25 persen menjadi 6 persen pada bulan yang sama.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan bahwa suku bunga deposito satu bulan naik menjadi 4,75 persen, sedangkan suku bunga kredit mencapai 9,24 persen. Kenaikan ini dibandingkan dengan bulan Agustus 2024, ketika suku bunga deposito berada di level 4,73 persen dan suku bunga kredit di angka 9,21 persen.

“Pergerakan suku bunga perbankan masih relatif stabil jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya,” ujar Perry dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta pada Kamis, 17 Oktober 2024.

Head of Research LPPI Trioksa Siahaan memberikan penjelasan lebih lanjut terkait kenaikan tersebut. Ia menyebutkan bahwa dalam menentukan suku bunga deposito dan kredit, bank tidak hanya memperhitungkan suku bunga acuan BI, tetapi juga faktor lain seperti biaya dana, kondisi likuiditas, dan kebijakan internal manajemen bank. Menurutnya, likuiditas menjadi faktor utama yang mempengaruhi perbankan dalam menyesuaikan suku bunganya.

“Saat ini, perbankan perlu menjaga likuiditasnya, yang menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan suku bunga,” ujar Trioksa.

Data dari BI menunjukkan bahwa rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) membaik sedikit, dari 25,37 persen pada Agustus 2024 menjadi 25,40 persen pada September 2024. Namun, Trioksa menegaskan bahwa meskipun terjadi perbaikan likuiditas, bank tetap harus berhati-hati dalam menurunkan suku bunga simpanan karena harus memastikan dana nasabah tetap tersimpan di bank.

“Dengan menjaga tingkat likuiditas yang baik, bank perlu menaikkan suku bunga simpanan untuk menarik minat nasabah agar terus menempatkan dananya di bank,” jelas Trioksa.

Secara umum, keputusan perbankan untuk menaikkan suku bunga simpanan dan kredit di tengah penurunan suku bunga acuan BI merupakan strategi untuk menjaga stabilitas dana. Bank juga perlu mempertimbangkan kondisi pasar, permintaan kredit, serta faktor eksternal lain yang memengaruhi keputusan penetapan suku bunga.

Dengan kondisi tersebut, meskipun BI telah menurunkan suku bunga acuan, suku bunga perbankan masih mengalami peningkatan, yang mencerminkan perlunya penyesuaian dan langkah hati-hati dari bank untuk menjaga kinerja dan likuiditas di tengah tantangan ekonomi yang ada.

BI Berpeluang Turunkan lagi Bunga Acuan

Di kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengisyaratkan kemungkinan BI akan menurunkan kembali suku bunga acuan BI Rate. Keputusan mengenai penurunan suku bunga akan didasarkan pada pertimbangan inflasi, nilai tukar rupiah, dan pertumbuhan ekonomi nasional.

“Ke depan, Bank Indonesia terus mengkaji ruang untuk penurunan suku bunga kebijakan dengan tetap memperhatikan prospek inflasi, nilai tukar rupiah, dan pertumbuhan ekonomi,” kata Perry.

Perry menjelaskan bahwa dalam waktu dekat, fokus BI adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, mengingat ketidakpastian yang meningkat di pasar keuangan global, yang dipicu oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Perry memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global pada 2024 hanya akan mencapai 3,2 persen, dengan kecenderungan melambat.

Selain itu, inflasi global saat ini menunjukkan tren penurunan, yang mendorong pelonggaran kebijakan moneter di sejumlah negara maju. Di Amerika Serikat (AS), data terbaru mengenai tingkat pengangguran menunjukkan adanya perbaikan, diiringi dengan prospek inflasi yang lebih rendah. Kondisi ini memicu ekspektasi pelaku pasar bahwa suku bunga acuan AS, Fed Funds Rate (FFR), akan lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya.

Namun, Perry mencatat bahwa pergerakan pasar AS ini turut menyebabkan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dengan tenor 2 dan 10 tahun serta penguatan indeks dolar AS (DXY).

“Ke depan, tren penurunan suku bunga kebijakan di negara maju, khususnya di AS, diperkirakan masih akan berlanjut. Meski demikian, dinamika ketegangan geopolitik perlu terus diwaspadai. Perkembangan ini memerlukan langkah kehati-hatian dalam merumuskan kebijakan untuk memitigasi dampak global, termasuk dalam mendorong aliran modal asing dan menjaga stabilitas nilai tukar, guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang stabil,” jelas Perry.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada 15-16 Oktober 2024, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI Rate di level 6 persen. Selain itu, suku bunga deposit facility tetap berada di 5,25 persen, dan suku bunga lending facility dipertahankan di level 6,75 persen.

“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15 dan 16 Oktober 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6 persen,” kata Perry.

Perry menambahkan, keputusan tersebut konsisten dengan kebijakan moneter BI yang bertujuan memastikan inflasi tetap terkendali dalam rentang target 2,5 persen, dengan deviasi plus minus 1 persen pada 2024 dan 2025. Kebijakan ini juga dirancang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Dengan demikian, BI terus berupaya menyeimbangkan antara menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan menciptakan ruang bagi pertumbuhan ekonomi. Langkah-langkah yang diambil tidak hanya untuk merespons dinamika eksternal, tetapi juga untuk memitigasi risiko dari ketidakpastian global yang dapat mempengaruhi ekonomi domestik.

Kebijakan suku bunga yang lebih longgar dari negara-negara maju seperti AS akan membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi asing. Namun, Perry juga menggarisbawahi pentingnya memperhatikan ketegangan geopolitik yang masih berlangsung. Hal ini, menurutnya, perlu dipertimbangkan secara serius dalam merumuskan kebijakan moneter ke depannya.

Langkah penahanan suku bunga pada Oktober ini menandakan bahwa BI masih berada dalam mode “wait and see”, mencermati perkembangan global sebelum memutuskan langkah selanjutnya. Perry memastikan bahwa prioritas BI adalah menjaga stabilitas harga, terutama di tengah volatilitas pasar keuangan yang disebabkan oleh faktor eksternal.

Dalam konteks perekonomian nasional, keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga mencerminkan optimisme lembaga tersebut terhadap inflasi yang diproyeksikan tetap terkendali dalam target yang ditetapkan. Selain itu, BI juga yakin bahwa kebijakan ini akan memberikan dukungan yang cukup bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah tantangan global.

Ke depan, BI berkomitmen untuk terus memantau kondisi ekonomi dan pasar keuangan, baik di dalam negeri maupun global, guna memastikan kebijakan moneter yang diterapkan dapat menjawab tantangan yang ada serta mendukung stabilitas ekonomi nasional. (*)