KABARBURSA.COM - Strategi ekonomi China dapat dikatakan gagal total. Stimulus yang dilancarkan tidak mampu mencapai target yang disiapkan. Karena itu, China berencana untuk mengeluarkan stimulus jumbo sebagai langkah perbaikan.
Data terbaru terkait ekspor dan impor pada September 2024 menandakan tantangan besar bagi ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut. Ekspor China hanya meningkat sebesar 2,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya, jauh di bawah ekspektasi sebesar 6 persen dan turun dari 8,7 persen pada Agustus.
Ini merupakan laju paling lambat dalam lima bulan terakhir. Impor juga mencatatkan kenaikan yang sangat rendah, hanya 0,3 persen, lebih kecil dari proyeksi sebesar 0,9 persen. Hal ini menunjukkan pelemahan dalam sektor ekspor ulang yang merupakan bagian penting dari total ekspor China.
Salah satu sektor yang sebelumnya memberikan dorongan bagi perekonomian China yang melambat, justru mulai menunjukkan perlambatan. Penurunan ekspor ini dapat dipicu oleh beberapa faktor, seperti:
Dalam menghadapi tantangan ini, analis Citi memprediksi bahwa pemerintah China kemungkinan akan merilis langkah-langkah stimulus yang lebih besar dalam waktu dekat. Meskipun pemerintah telah meluncurkan serangkaian kebijakan stimulus untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, termasuk target Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan sebesar 5 persen untuk 2024, data terbaru menunjukkan bahwa stimulus yang lebih besar diperlukan untuk mempertahankan momentum tersebut.
Langkah-langkah yang diantisipasi meliputi:
Meskipun ada ekspektasi stimulus yang lebih besar, investor masih merasa kecewa dengan kurangnya langkah eksplisit yang mendukung konsumsi pribadi. Permintaan domestik, terutama belanja konsumen, tetap lesu meski ada upaya pemerintah untuk meningkatkan aktivitas ekonomi. Ketidakpastian tentang waktu dan cara implementasi langkah-langkah stimulus juga menambah kekhawatiran.
Dengan penurunan ekspor dan lemahnya pertumbuhan impor, beberapa analis, termasuk dari Citi, memperkirakan bahwa momentum ekonomi China mungkin sudah mencapai puncaknya pada bulan-bulan sebelumnya. Penurunan ekspor juga diantisipasi akan mendorong pemerintah untuk memperkuat langkah-langkah stimulus agar ekonomi tidak semakin melemah.
Secara keseluruhan, meskipun China telah mengambil langkah-langkah untuk menjaga stabilitas ekonominya, tantangan global dan domestik masih membayangi. Tanpa adanya dorongan yang lebih besar melalui stimulus fiskal yang efektif dan kebijakan yang mendukung konsumsi, risiko perlambatan ekonomi yang lebih dalam bisa semakin besar.
Stimulus China sebenarnya memberi dampak besar pada global. Salah satunya terhadap perdagangan tembaga. Diketahui, tembaga tersungkur pada perdagangan Selasa, 15 Oktober 2024.
Harga tembaga tertekan penguatan dolar dan ketidakpastian tentang pemulihan ekonomi konsumen utama China, menyusul data yang lemah dan minimnya rincian tentang rencana stimulus negara tersebut.
Diketahui, harga tembaga untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) merosot 1,2 persen menjadi USD9.547 per metrik ton, mencapai level terendal dalam tiga minggu. Sementara, kontrak tembaga November yang paling aktif diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange (SHFE) melorot 1,3 persen menjadi 76.520 yuan (USD10.747,34) per ton.
Sabtu, 19 Oktober 2024 China berjanji untuk menambah secara signifikan utang, tetapi tidak memberikan informasi spesifik tentang besarannya.
Fokus sekarang tertuju pada pertemuan Standing Committee of the National People's Congress yang akan digelar akhir bulan ini. Media lokal melaporkan, Beijing mungkin akan menambah USD850 miliar dari obligasi treasury selama tiga tahun.
Sementara, logam dasar lainnya seperti alumunium, menyusut 1,4 persen menjadi USD2.557 per ton. Selain itu, nikel kehilangan 1,4 persen menjadi USD17.415, seng (zinc) anjlok 2,1 persen ke posisi USD3.018,5. Timbal (lead) turun 1 persen menjadi USD2.043,5 dan timah melemah 1 persen ke level USD32.125.
Di bursa berjangka Shanghai, aluminium melorot 1,3 persen menjadi 20.605 yuan per ton, nikel berkurang 1,9 persen menjadi 132.680 yuan, seng menyusut 2,1 persen ke level 24.955 yuan. Sementara, timbal jatuh 1,6 persen menjadi 16.505 yuan dan timah merosot 1,5 persen ke posisi 264.110 yuan.(*)