Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Ketika Olahraga Menjadi Mematikan: Kok Bisa!

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 13 October 2024 | Penulis: Pramirvan Datu | Editor: Redaksi
Ketika Olahraga Menjadi Mematikan: Kok Bisa!

KABARBURSA.COM - Saat tubuh mulai merasakan tanda-tanda sakit, biasanya akan muncul gejala spesifik yang bisa menjadi penanda batas aman untuk berolahraga.

Menurut laporan Channel News Asia seperti dikutip di Jakarta, Minggu 13 Oktober 2024, Dr. Amy Comander, direktur program pengobatan gaya hidup di Rumah Sakit Umum Massachusetts, merekomendasikan untuk mengevaluasi kondisi tubuh secara keseluruhan dan melakukan "neck check" atau pemeriksaan pada bagian leher.

Jika gejala berada di atas leher—seperti hidung meler, hidung tersumbat, atau sakit tenggorokan—berolahraga mungkin masih aman dilakukan, selama Anda merasa cukup kuat. Namun, jika gejala berada di bawah leher, seperti nyeri otot atau detak jantung yang meningkat, itu bisa menjadi tanda bahwa tubuh sedang bekerja keras melawan infeksi. Berolahraga dalam kondisi ini justru dapat memperlambat proses pemulihan.

Baca juga: Ahli sarankan olahraga untuk meredakan sakit pinggang

Baca juga: Naik tangga turunkan risiko penyakit jantung hingga 20 persen

Demam dengan suhu 100 derajat Fahrenheit (37,7 derajat Celsius) atau lebih tinggi, menurut Dr. Greg Summerville, dokter olahraga di Universitas North Carolina di Chapel Hill, adalah indikasi kuat untuk beristirahat, bahkan jika gejalanya ringan.

Dokter juga memperingatkan untuk lebih berhati-hati jika mengalami muntah atau diare, yang bisa menyebabkan dehidrasi berat. Dr. Comander menyarankan untuk menunggu setidaknya 24 jam setelah pulih dari penyakit gastrointestinal sebelum kembali berolahraga.

Bagi yang mengalami gejala mirip flu, seperti nyeri otot, kelelahan, dan nyeri sendi, olahraga bisa dimulai kembali secara bertahap setelah gejala mereda. Namun, jika pemulihan dari penyakit serius seperti pneumonia, atau jika pasien dirawat di rumah sakit, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter mengenai kapan aman untuk kembali berolahraga.

Untuk penyakit pernapasan seperti COVID-19, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memberikan panduan untuk kembali beraktivitas normal dengan memperhatikan tingkat keparahan penyakit. Jika tidak ada gejala, pasien dapat mencoba berolahraga tiga hari setelah hasil tes positif. Namun, jika gejala yang dialami berkaitan dengan jantung atau paru-paru, seperti tekanan di dada atau batuk yang tak kunjung reda, sebaiknya tunggu hingga gejala hilang sebelum memulai latihan fisik.

Dr. Tanya Melnik, salah satu direktur Klinik Post-COVID Dewasa di M Health Fairview, Minnesota, menyarankan untuk menguji kemampuan tubuh sebelum berolahraga dengan melakukan aktivitas sederhana seperti naik turun tangga atau berdiri selama beberapa menit. Jika aktivitas tersebut membuat Anda merasa lelah, mungkin itu pertanda bahwa tubuh belum siap untuk berolahraga.

Saat mulai meningkatkan intensitas olahraga, disarankan untuk melakukan tes bicara. Jika Anda kesulitan berbicara selama latihan, mungkin intensitasnya perlu dikurangi.

Kompetisi Olahraga Semakin Marak

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa kompetisi olahraga yang semakin marak di tingkat nasional dan internasional menjadi peluang besar bagi industri domestik untuk meningkatkan penyerapan produk lokal di pasar.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa kompetisi olahraga yang semakin marak di tingkat nasional dan internasional menjadi peluang besar bagi industri domestik untuk meningkatkan penyerapan produk lokal di pasar.

Menurutnya, tren meningkatnya partisipasi masyarakat dalam aktivitas olahraga membuka kesempatan emas bagi brand lokal, terutama produsen pakaian dan alat olahraga, untuk bersaing dengan produk impor.

Agus Gumiwang menekankan bahwa sektor yang paling berpotensi untuk dikembangkan melalui peningkatan kompetisi olahraga adalah industri alat olahraga, seperti sepatu, pakaian, dan perlengkapan lainnya.

Beliau juga mengungkapkan bahwa event olahraga besar, seperti Pekan Olahraga Nasional (PON), Indonesia Basketball League (IBL), dan kompetisi internasional seperti FIFA World Cup, bisa dimanfaatkan sebagai momen untuk memperluas jangkauan pasar, termasuk ke pasar nontradisional.

Menurut data yang disampaikan, sepatu olahraga merupakan salah satu dari sembilan produk industri pengolahan nonmigas yang memberikan kontribusi signifikan terhadap ekspor.

Dari Januari hingga Mei 2024, kontribusi ekspor sepatu olahraga mencapai 1,86 miliar dolar AS, meningkat 1,04 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023 (year on year/yoy).

Saat ini, terdapat 65 unit usaha skala besar dan sedang di sektor industri alat olahraga, yang mempekerjakan sekitar 12 ribu orang. Pada periode Januari-Mei 2024, ekspor dari sektor ini mencapai 107,4 juta dolar AS.

Untuk mendorong lebih lanjut perkembangan industri olahraga, Menperin menekankan pentingnya Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI).

Ia mengajak masyarakat untuk lebih memilih produk lokal dan menghindari produk luar negeri versi bajakan yang dijual dengan harga murah. Agus juga mengingatkan bahwa kampanye Bangga Buatan Indonesia harus terus diperkuat di semua sektor, khususnya di sektor olahraga.