KABARBURSA.COM - Dalam sepekan terakhir, pasar saham Indonesia, khususnya sektor energi, menunjukkan dinamika yang menarik. Beberapa emiten energi, seperti PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) dan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), mencatatkan perkembangan signifikan, baik dalam hal proyek strategis maupun kinerja saham.
PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) menjadi sorotan utama setelah anak perusahaannya, PT Pertrotech Penta Nusa (PETRO), bersama konsorsium PT Citra Panji Manunggal (CPM) dan PT Bakrie Pipe Industries (BPI), menandatangani perjanjian penting dengan PT Pertamina Patra Niaga untuk proyek pembangunan jaringan pipa Bahan Bakar Minyak (BBM) sepanjang 120 kilometer. Proyek senilai Rp3 triliun ini dijadwalkan mulai konstruksi pada kuartal IV 2024 dan ditargetkan beroperasi pada kuartal IV 2026.
Direktur Utama RAJA, Djauhar Maulidi, menyatakan bahwa proyek ini sejalan dengan strategi jangka panjang perusahaan untuk memperluas distribusi energi dan akan menghasilkan pendapatan tahunan sebesar Rp225 miliar. Saham RAJA pun merespons positif dengan kenaikan sebesar 9,76 persen, berada di harga Rp1.800 per lembar saham pada 9 Oktober 2024, setelah mencapai harga tertinggi Rp1.880.
Di sisi lain, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengumumkan divestasi dua aset Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan nilai transaksi mencapai USD 144,8 juta. Langkah ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2030. Direktur TOBA, Juli Oktarina, menyatakan bahwa hasil dari divestasi akan digunakan untuk investasi di sektor berkelanjutan dan memperkuat struktur permodalan.
Meskipun langkah ini berpotensi menimbulkan kerugian non-kas sekitar USD 77 juta dari perspektif akuntansi, TOBA tetap optimis karena dapat mengurangi utang konsolidasi lebih dari 70 persen. Dalam konteks ini, TOBA fokus pada pengembangan energi terbarukan dan kendaraan listrik, yang diperkirakan akan memberikan kontribusi positif terhadap kinerja jangka panjang.
Sementara itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan fluktuasi harga minyak mentah juga mempengaruhi pasar energi. Liza Camelia Suryanata, Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Indonesia, mengindikasikan bahwa pola bullish reversal pada harga minyak membuka peluang penguatan harga saham energi. Konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah berpotensi menyebabkan keterbatasan pasokan energi, yang dapat menguntungkan perusahaan-perusahaan energi di Indonesia.
Berdasarkan analisis pasar, Liza merekomendasikan saham Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan AKR Corporindo Tbk (AKRA) sebagai saham energi dengan potensi penguatan. Di sektor batu bara, Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) juga dinilai menarik untuk diperhatikan.
Dalam konteks perkembangan terbaru, emiten energi seperti RAJA dan TOBA menunjukkan respons positif terhadap proyek dan strategi baru yang diambil. Meskipun pasar menghadapi tantangan dari ketegangan geopolitik dan volatilitas harga minyak, potensi pertumbuhan jangka panjang masih tetap ada. Para investor perlu mencermati dinamika ini dan mempertimbangkan peluang yang muncul di sektor energi Indonesia.
Sementara itu, pemerintah memangkas target bauran energi baru terbarukan (EBT) untuk tahun 2025 menjadi 16 hingga 17 persen. Target ini sebelumnya telah direvisi dari 23 persen menjadi 17 hingga 19 persen pada awal tahun 2024.
Kepala Balai Besar Survei dan Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (BBSP KEBTKE) Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Harris, mengatakan saat ini bauran EBT di Indonesia masih berada di bawah 14 persen. Angka tersebut diperkirakan tidak akan mengalami banyak perubahan hingga akhir tahun 2024.
“Tahun depan mungkin hanya di 16 hingga 17 persen, jadi belum bisa mencapai 23 persen,” ungkap Harris dalam diskusi bertajuk ‘Developing National Energy Security, While Driving Indonesia’s Green Economy’ di BNI Investor Daily Summit 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Selasa, 8 Oktober 2024.
Pemerintah sebelumnya telah mematok target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (PP KEN). Untuk itu, pemerintah berencana menyesuaikan target yang lebih relevan di masa mendatang dengan merevisi aturan yang berlaku saat ini.
“Sebelum 20 hari ini, mudah-mudahan bisa ditetapkan Kebijakan Energi Nasional menggantikan PP 79/2014 yang sudah akan diganti,” kata Harris.
Pada awal tahun ini, pemerintah juga sempat mengumumkan perubahan target bauran EBT dari 23 persen menjadi 17 hingga 19 persen untuk tahun 2025. Hal ini sejalan dengan peta jalan transisi energi dalam revisi PP KEN yang menargetkan bauran energi primer EBT pada 2030 mencapai 19 hingga 30 persen. Secara bertahap, pada 2060, target bauran EBT ditetapkan mencapai 70 hingga 72 persen.
“Pada 2060 ditargetkan energi terbarukan mencapai porsi 72 persen. Tentu masih ada energi fosilnya, tetapi energi fosil yang rendah emisi seperti gas,” kata Harris.
Harris mengimbuhkan, pemerintah akan menerapkan teknologi penyerap karbon guna memastikan energi yang dimiliki dapat disiapkan dengan ketahanan dan kecukupan yang optimal.
Ia mengatakan pemerintah telah menetapkan target jangka panjang menuju Indonesia Emas 2045 dan net zero carbon (NZE) pada 2060, yang dijabarkan dalam peta jalan. Langkah-langkah telah disiapkan, di antaranya mengganti energi fosil dengan energi terbarukan dari sisi suplai. Dari sisi permintaan, pemerintah mengurangi ketergantungan terhadap minyak dan beralih ke listrik serta bahan bakar nabati.
“P-program besar yang akan kita capai dan laksanakan untuk mengawal Indonesia menuju NZE di masa depan. Indonesia sudah berkomitmen dalam Perjanjian Paris 2016, dan kini juga sudah ada regulasi untuk NZE 2060,” kata Harris.(*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.