KABARBURSA.COM - Harga emas menunjukkan tren penguatan yang signifikan sepanjang tahun 2024, bahkan mencatatkan beberapa rekor tertinggi dalam beberapa bulan terakhir.
Per 7 Oktober 2024, harga emas Antam telah mengalami kenaikan sekitar 30,9 persen, mencapai Rp1,48 juta per gram. Kenaikan ini mencerminkan tingginya minat terhadap logam mulia tersebut di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Dengan berakhirnya era suku bunga tinggi yang diterapkan oleh bank sentral, muncul pertanyaan apakah tren positif ini akan berlanjut?
Secara historis, penurunan suku bunga cenderung berbanding lurus dengan peningkatan harga emas, karena logam ini sering dianggap sebagai aset aman saat kondisi ekonomi memburuk.
Aliyah Natasha, seorang perencana keuangan, berpandangan bahwa harga emas masih memiliki potensi untuk terus menguat hingga akhir tahun 2024. Namun, dia mengingatkan bahwa laju kenaikan tidak akan secepat tiga kuartal pertama tahun ini.
"Saya perkirakan kenaikan di kisaran 5-10 persen dari level saat ini menjelang akhir tahun," kata Aliyah dalam acara Media Gathering BCA Syariah di Jakarta, Senin, 7 Oktober 2024.
Salah satu faktor pendorong utama pergerakan harga emas adalah tingginya permintaan dari bank sentral di berbagai negara.
Dalam situasi di mana rasio utang pemerintah meningkat, banyak bank sentral mempertimbangkan untuk menambah cadangan emas mereka sebagai langkah antisipatif terhadap risiko yang mungkin ditimbulkan oleh kepemilikan surat utang negara.
Ketidakpastian yang terus berlanjut di pasar global membuat banyak bank sentral beralih kepada emas sebagai alternatif yang lebih stabil.
Aliyah juga mencatat adanya strategi dedolarisasi yang diterapkan oleh negara-negara seperti Brasil, India, dan China. Negara-negara ini berusaha mengurangi ketergantungan mereka terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dan salah satu langkah yang diambil adalah dengan berinvestasi lebih banyak dalam emas. Langkah ini semakin meningkatkan permintaan global untuk logam mulia, yang pada gilirannya turut mendongkrak harga emas.
Sejumlah analis di pasar juga melihat peluang bagi harga emas untuk mencapai level tertinggi baru. Aliyah mengindikasikan bahwa potensi penembusan harga tertinggi dapat terjadi antara kuartal IV 2024 hingga kuartal I 2025, terutama selama musim perayaan yang biasanya meningkatkan permintaan emas.
Dengan berbagai sentimen positif ini, banyak pihak optimis bahwa harga emas akan terus mengalami penguatan di pasar. Para investor yang mengamati dinamika ini perlu mempertimbangkan faktor-faktor global yang dapat mempengaruhi tren harga emas ke depan, termasuk kebijakan moneter bank sentral dan kondisi ekonomi makro di negara-negara besar.
Secara keseluruhan, meskipun ada potensi kenaikan yang lebih moderat, harga emas masih menunjukkan daya tarik yang kuat sebagai investasi. Di tengah ketidakpastian dan fluktuasi ekonomi, logam mulia ini tetap menjadi pilihan menarik bagi para investor yang mencari perlindungan nilai.
Emas dinilai sebagai investasi yang tepat di tengah gejolak geopolitik. Selain aman, investasi ini juga diklaim likuid dan menguntungkan.
Berdasarkan data dari Goldprice.org, perubahan harga emas dalam sepuluh tahun terakhir sudah mencapai lebih dari 110 persen. Emas dianggap sebagai aset likuid, karena dapat dengan cepat dicairkan dalam bentuk uang tunai dalam kondisi mendesak.
Financial Planner Aliyah Natasya mengatakan generasi muda harus melek investasi untuk mendapatkan keamanan finansial di masa depan.
"Di tengah gejolak geopolitik yang mempengaruhi kondisi ekonomi saat ini, masyarakat perlu memahami pilihan instrumen tepat untuk berinvestasi," ujar dia dalam acara media gathering bertajuk 'Cerdas Berinvestasi Emas' di Jakarta, Senin, 7 Oktober 2024.
Sementara itu, Direktur BCA Syariah Pranata, menuturkan generasi muda selalu mengharapkan investasi yang mudah, cepat dan menguntungkan.
"Selain proses pengajuan pembiayaan yang sangat mudah, keunggulan dari pembiayaan emas kami antara lain kepastian gramasi dan angsuran hingga akhir pembiayaan dengan jangka waktu yang dapat disesuaikan dengan kemampuan nasabah," ungkap Pranata.
Pada Agustus 2024, BCA Syariah berhasil membukukan pertumbuhan positif mencapai 89,1 persen untuk pembiayaan konsumer. Pembiayaan Emas iB sebagai salah satu produk konsumer BCA Syariah berhasil memperoleh pertumbuhan yang tertinggi, mencapai 210,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pencapaian tersebut turut mencerminkan meningkatnya minat masyarakat untuk berinvestasi melalui pembiayaan emas di BCA Syariah.
Jika dilihat dari segmentasi nasabah, 42 persen dari nasabah pembiayaan merupakan kaum milenial dengan ticket size pembiayaan sebesar Rp21 juta dan jangka waktu pembiayaan yang paling diminati adalah satu tahun.
"Melalui pembiayaan Emas iB, kami ingin meningkatkan akses masyarakat terhadap produk investasi di bank syariah sekaligus membantu mengamankan masa depan finansial mereka dengan tetap mematuhi prinsip-prinsip syariah,” Pranata menambahkan. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.