Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

KSP Ungkap Tantangan jika Prabowo Ingin Jadikan Indonesia Lumbung Pangan Dunia

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 05 October 2024 | Penulis: Ayyubi Kholid | Editor: Redaksi
KSP Ungkap Tantangan jika Prabowo Ingin Jadikan Indonesia Lumbung Pangan Dunia

KABARBURSA.COM - Presiden Terpilih Prabowo Subianto berambisi menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia, mengingat situasi produksi pangan dalam negeri, khususnya beras, yang terus menurun.

Deputi III Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Bidang Perekonomian, Edy Priyono, sektor pertanian saat ini menghadapi tantangan besar, terutama terkait penurunan luas tanam dan panen yang berimbas pada produksi.

"Kita di kantor stabilitas sudah lihat bahwa sumbernya adalah karena penurunan luas panen. Luas panen kita berkurang. Dan luas panen ini berkurang karena luas tanamnya berkurang," kata Edy dalam Seminar Nasional Evaluasi 1 Dekade Pemerintahan Jokowi, Jakarta, Kamis 3 Oktober 2024.

Akibatnya, penurunan luas tanam dan panen ini berimplikasi pada merosotnya produksi beras. Dia mengatakan hal itu menyebabkan produktivitas pertanian bergerak stagnan, meskipun hingga saat ini Indonesia masih berada dalam posisi surplus.

"Jadi ketika produktivitas cenderung stagnan, maka penurunan luas tanam dan penurunan luas panen pasti akan berimplikasi pada penurunan produksi pangan khususnya beras. Sampai saat ini kalau hitung-hitungan besarnya kita masih surplus," kata dia.

Meski saat ini Indonesia masih berada dalam kondisi surplus beras dengan produksi sekitar 31 juta ton per tahun dan kebutuhan sekitar 30 juta ton, surplus ini terus menyusut. Jika tidak ada langkah yang cepat, defisit beras bisa menjadi ancaman serius.

"Surplus ini semakin lama semakin berkurang. Kalau tidak segera ditangani, kita mungkin akan segera masuk kepada era defisit beras,"

Edy menegaskan dalam menghitung surplus tersebut Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan metode perhitungan baru yaitu Metode Kerangka Sampel Area (KSA).

"Metode KSA yang dipakai oleh BPS itu metode yang jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Dan masih menunjukkan kita surplus. Tapi surplusnya semakin lama semakin berkurang," katanya.

Survei KSA merupakan salah satu tugas dari BPS untuk mendapatkan data mengenai luas panen tanaman pangan padi dan jagung. Survei KSA ini juga untuk mengetahui perkembangan fase tanaman pangan padi dan jagung, serta sebagai rujukan dasar untuk sampel ubinan padi.

Menurutnya metode ini menunjukkan angka produksi yang lebih akurat, meskipun beberapa pihak masih meragukan validitas surplus tersebut.

"Ada yang tidak percaya. Tidak percaya bahwa kita surplus. Nah terus kalau tidak percaya, terus bagaimana? Karena penghitungan produksi beras sekarang itu sudah memakai metode yang lebih baik dibanding sebelumnya," terang dia.

Lebih lanjut dia mengungkapkan tantangan di sektor pertanian tidak hanya ada pada beras, namun meluas ke komoditas lain, seperti bawang putih dan kedelai, yang sebagian besar masih diimpor.

Dia mengatakan bawang putih 95 persen masih impor, begitu juga kedelai yang merupakan bahan pokok tahu dan tempe, mayoritas berasal dari impor.

"Nah ini menjadi tantangan tersendiri. Bukan hanya beras sebenarnya. Jadi ada beberapa komunitas lain," kata Edy.

Program Quick Wins

Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi sektor pertanian, termasuk ancaman penurunan produksi beras, pemerintah tengah menyusun langkah strategis guna meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Salah satunya melalui program cetak sawah baru dan perbaikan infrastruktur irigasi yang didukung oleh alokasi anggaran signifikan. Upaya ini diharapkan dapat mendorong peningkatan hasil pertanian sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor komoditas pangan.

Sejalan dengan itu, Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp20 triliun untuk program Quick Wins Percetakan dan Peningkatan Produktivitas Lahan Pertanian pada tahun 2025. Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan dana tersebut akan digunakan untuk mencetak sawah hingga 100 ribu hektare di Merauke dan meningkatkan jaringan irigasi tersier di berbagai wilayah.

“Dari anggaran itu, Rp5 triliun akan dialokasikan untuk cetak sawah di Merauke, yang akan dilaksanakan oleh BUMN atau instansi yang ditunjuk,” ujar Amran dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Jumat, 6 September 2024.

Selain itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan mendapatkan Rp7 triliun untuk meningkatkan jaringan irigasi tersier di lahan pertanian yang menjadi bagian dari program ini. Amran berharap produktivitas pertanian dapat meningkat secara signifikan pada tahun depan.

Orang dekat Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini menambahkan, sebanyak Rp7,5 triliun dari anggaran tersebut akan digunakan Kementan untuk memperluas lahan sawah dan mengolah 150 ribu hektare lahan pertanian yang sudah ada. “Kami akan fokus pada pengolahan lahan dan intensifikasi pertanian di wilayah yang potensial, untuk memastikan target produksi pangan nasional tercapai,” kata Amran.

Tambahan Anggaran Rp68,9 Triliun untuk

Dorong Swasembada Pangan

Dalam kesempatan yang sama, Amran juga mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp68,9 triliun untuk mendukung pencapaian swasembada pangan dan menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Tambahan anggaran tersebut akan dialokasikan ke berbagai sektor strategis dalam pertanian.

“Dari tambahan anggaran ini, sebesar Rp7,48 triliun akan digunakan untuk mendukung tanaman pangan, Rp1,25 triliun untuk hortikultura, Rp2,39 triliun untuk perkebunan, dan Rp2,4 triliun untuk peternakan serta kesehatan hewan,” ungkap Amran.

Yang terbesar, kata dia, adalah alokasi Rp51,68 triliun untuk pengembangan sarana dan prasarana pertanian, termasuk cetak sawah hingga 1 juta hektare. Selain itu, anggaran ini juga mencakup standarisasi instrumen pertanian sebesar Rp742,16 miliar, pengembangan sumber daya manusia pertanian Rp2,52 triliun, serta penguatan pengawasan dan pengendalian sebesar Rp110 miliar.(*)