Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Jelang Pilpres AS, Emas akan ke Mana?

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 04 October 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Jelang Pilpres AS, Emas akan ke Mana?

KABARBURSA.COM - Jumat, 4 Oktober 2024, harga emas bertahan stabil karena permintaan aset safe haven meningkat lantaran ketegangan di Timur Tengah. Harga emas dunia di pasar spot stabil di level USD2.657,89 per ons setelah mencapai rekor tertinggi USD2.685,42 per ons pada minggu lalu.

Sementara, harga emas berjangka AS ditutup 0,4 persen lebih tinggi ke level USD2.679,2 per ons.

Menurut Wakil Presiden dan Ahli Strategi Logam Senior Zaner Metals Peter A Gran, ada semacam keseimbangan antara faktor-faktor dalam hal ketegangan geopolitik versus pergeseran ekspektasi kebijakan moneter dan kenaikan dolar yang diakibatkannya.

Pertanyaannya sekarang, apakah harga emas akan tetap stabil menjelang kontestasi politik pemilihan presiden AS?

Head of Corporate Communication & Market Analyst  PT International Business Futures Andri Darmawan, dalam tulisannya mengatakan, eskalasi politik dalam negeri Amerika Serikat tengah menghangat sejak awal tahun 2024 menjelang pemilihan presiden yang bakal diselenggarakan pada bulan Oktober 2024 nanti.

Joe Biden, yang sebelumnya mencalonkan diri, memilih mundur dan menunjuk Kamala Harris sebagai penggantinya. Kamala sendiri adalah perempuan berusia 69 tahun keturunan India-Amerika. Dia ditunjuk lantaran dianggap kompeten untuk meraih suara terbanyak, khususnya dari kalangan anak muda, Afro Amerika dan Latin.

Kamala akan berhadapan dengan rival terkuat, Donald Trump. Di sinilah kemudian pertanyaan muncul, apakah pertarungan tersebut pada akhirnya mempengaruhi harga emas ?

Para spekulan saat ini masih menunggu hasil akhir Pemilu AS, namun demikian dari beberapa kebijakan ekonomi yang disampaikan. Apabila Trump yang terpilih, kemungkinan harga emas akan kembali melonjak. Sebab, Trump yang sempat menabuh genderang perang dagang dengan Tiongkok secara terang-terangan telah mengusulkan tarif baru sebesar 10-20 persen untuk sebagian besar barang impor. Khusus untuk barang dari Tiongkok diusulkan tarif yang lebih tinggi.

Berikutnya soal pengendalian inflasi, baik Harris maupun Trump belum jelas soal arah kebijakan penurunan inflasi di Amerika Serikat.

Proyeksi Harga Emas

Sebenarnya, faktor pendorong harga emas menjelang akhir tahun cukup variatif. Selain pemilu di AS , tensi geopolitik di Timur Tengah yang belum mendingin dan hari raya Divali yang jatuh pada 30 Oktober 2024, turut menjadi bahan bakar untuk emas terus meroket.

"Sebagian analis memprediksi harga emas bisa terbang jauh hingga ke level USD3.000/toz di tahun ini. Namun menurut saya, paling jauh harga emas akan menyentuh level USD2.750/toz hingga menutup tahun 2024. Setelah Pemilu AS, ada kemungkinan harga dollar akan menguat sehingga membuat harga emas naik terbatas," kata Andri, dalam analisisnya yang diterima Kabarbursa.com, Jumat, 4 Oktober 2024.

Lebih lanjut dia menyarankan untuk para investor atau trader mengambil posisi long buy dari area USD2.620-2.640 dengan target USD2.700/toz sebelum pemilu AS. Apalagi secara teknikal tren harga emas masih bullish meski saat ini terjadi koreksi terlebih dahulu untuk kembali ke titik support di area USD2.620/toz sampai USD2.590/toz.

Pada penutupan perdagangan Kamis, 3 Oktober 2024, waktu Indonesia Barat (WIB), emas spot turun sebesar 0,5 persen menjadi USD2.649,41 per ons, setelah sebelumnya sempat mencatat kenaikan lebih dari 1 persen sehari sebelumnya. Ketegangan antara Iran dan Israel, menyusul serangan misil balistik Iran terhadap Israel, telah menimbulkan kekhawatiran yang membuat pelaku pasar berhati-hati. Meski demikian, tekanan terhadap emas datang dari penguatan dolar AS, yang mengurangi daya tarik logam mulia tersebut.

Kontrak emas berjangka AS juga mencatat pelemahan yang lebih besar, dengan penurunan sebesar 0,8 persen menjadi USD2.669,7 per ons. Penguatan dolar AS yang lebih tinggi memberikan tekanan pada harga emas. Dolar yang lebih kuat biasanya membuat emas, yang dihargai dalam mata uang ini, menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga permintaan pun cenderung menurun.

Bob Huberkorn, Senior Market Strategist di RJO Futures, mengatakan bahwa meskipun koreksi harga emas sebagian besar disebabkan oleh penguatan dolar, ketidakpastian di pasar tetap tinggi.

“Ada banyak ketidakpastian ke depan. Sangat mungkin harga emas melampaui USD2.700 per ons, terutama jika Israel benar-benar menyerang Iran,” ungkap Huberkorn.

Selain ketegangan geopolitik, prospek suku bunga yang rendah di Amerika Serikat turut mendukung kenaikan harga emas sepanjang tahun ini. Daniel Hynes, Senior Strategist di ANZ, menjelaskan bahwa suku bunga riil yang rendah akan terus menjadi faktor yang mendorong harga emas ke depannya. Pelaku pasar kini memperkirakan kemungkinan 61 persen bahwa Federal Reserve akan memotong suku bunga sebesar 25 basis poin pada November.

Sentimen pasar juga didorong oleh data ekonomi terbaru. Laporan ADP National Employment menunjukkan peningkatan 143.000 pekerjaan di sektor swasta selama bulan September, yang menjadi sinyal positif bagi ekonomi AS. Data ini dinantikan oleh investor sebagai petunjuk penting jelang rilis laporan nonfarm payrolls pada Jumat, 4 Oktober 2024. Laporan tersebut akan memberikan gambaran lebih jelas tentang kondisi tenaga kerja dan kemungkinan langkah selanjutnya dari kebijakan moneter The Fed.(*)