KABARBURSA.COM - Daftar kekayaan orang-orang terkaya di Indonesia mengalami perubahan signifikan sepanjang tahun 2024. Dari sektor komoditas, perbankan, teknologi, hingga manufaktur, perubahan ini menunjukkan fluktuasi yang mencolok dalam kekayaan para konglomerat. Data terbaru dari beberapa media bisnis ternama, menunjukkan dinamika menarik dalam daftar orang terkaya Indonesia per 4 September 2024.
Low Tuck Kwong, pemilik Bayan Resources, mengalami penurunan kekayaan yang cukup besar. Kekayaannya menyusut hingga mencapai USD 24,4 miliar (sekitar Rp 377,94 triliun), mencatat penurunan 13,3 persen dari sebelumnya. Dengan nilai tukar Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia pada 4 September sebesar Rp15.490 per USD, posisi Low Tuck Kwong turun menjadi peringkat ke-80 orang terkaya dunia, dan posisi ketiga di Indonesia.
Prajogo Pangestu
Prajogo Pangestu tetap berada di puncak daftar orang terkaya Indonesia. Kekayaannya mencapai USD 34,7 miliar (sekitar Rp 513,12 triliun), menjadikannya sebagai orang terkaya ke-45 di dunia dan urutan ke-9 di Asia. Prajogo adalah pemilik grup Barito Pacific, perusahaan yang bergerak di bidang petrokimia dan energi panas bumi, serta memiliki saham dominan di Barito Renewables Energy dan Chandra Asri Petrochemical. Kekayaannya meningkat sebesar 11,8 persen sepanjang tahun ini.
Dilahirkan pada 13 Mei 1944, Prajogo, yang saat lahir bernama Phang Djun Phen, adalah anak dari Phang Siu On, seorang pedagang getah karet. Nama lahirnya memiliki arti "Burung besar terbang tinggi di awan mendung" dalam mitologi suku Khek dari Taiwan.
Pendidikan Prajogo berhenti di SMP Nan Hua, sekolah Mandarin di Singkawang. Usai lulus, ia mencoba peruntungannya di Jakarta namun gagal. Kembali ke Kalimantan, ia sempat menjadi sopir angkutan umum sebelum merambah bisnis kecil-kecilan, seperti ikan asin dan bumbu dapur.
Pada tahun 1960-an, pertemuan tak terduga dengan Burhan Uray, seorang pengusaha kayu Malaysia, mengubah nasib Prajogo. Pada 1969, ia bergabung dengan PT Djajanti Grup milik Burhan dan dalam tujuh tahun kemudian, diangkat sebagai General Manager di Pabrik Plywood Nusantara, Gresik.
Setahun kemudian, Prajogo meninggalkan posisinya untuk membeli CV Pacific Lumber Coy yang mengalami krisis keuangan. Ia meminjam uang dari bank, membeli perusahaan, dan mengubah namanya menjadi PT Barito Pacific. Dalam waktu singkat, ia berhasil melunasi pinjaman tersebut.
Pada 1970-an, PT Barito Pacific berubah nama menjadi Barito Pacific Timber (BRPT) dan pada 2007 mengurangi bisnis kayunya. BRPT kemudian mengakuisisi 70 persen saham Chandra Asri, perusahaan petrokimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Prajogo melanjutkan ekspansi dengan mendirikan PT Chandra Asri Petrochemical Center dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk. Pada 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia, menjadi produsen petrokimia terbesar di Indonesia. Thaioil membeli 15 persen saham Chandra Asri pada Juli 2021. Pada 2023, Prajogo berhasil membawa CUAN dan BREN, dua perusahaannya, melantai di bursa Indonesia.
Budi Hartono
Budi Hartono berada di posisi kedua dengan kekayaan USD 24,8 miliar (sekitar Rp 384,14 triliun), menjadikannya sebagai orang terkaya ke-75 di dunia. Kekayaan Budi berasal dari Grup Djarum serta berbagai investasinya di Bank Central Asia dan operator menara telekomunikasi Sarana Menara Nusantara. Sejak awal tahun, kekayaannya meningkat 7,8 persen, setara dengan USD 1,8 miliar (sekitar Rp 27,88 triliun).
Low Tuck Kwong
Low Tuck Kwong, yang dikenal sebagai pemilik Bayan Resources, mengalami penurunan kekayaan hingga USD 3,7 miliar (sekitar Rp 57,31 triliun) sepanjang tahun ini. Dengan total kekayaan yang kini berada di angka USD 24,4 miliar (sekitar Rp 377,94 triliun), Low Tuck Kwong kini menempati posisi ketiga di Indonesia. Kekayaannya juga mencakup kepemilikan saham di Metis Energy di Singapura.
Michael Hartono
Michael Hartono, saudara Budi Hartono, berada di posisi keempat dengan kekayaan mencapai USD 23,7 miliar (sekitar Rp 367,1 triliun). Michael, yang juga bagian dari Grup Djarum, mengalami peningkatan kekayaan sebesar USD 1,9 miliar (sekitar Rp 29,43 triliun) atau 8,9 persen sejak awal tahun. Dia memegang saham signifikan di Bank BCA dan operator menara telekomunikasi TOWR.
Anthoni Salim
Anthoni Salim, pemilik Group Indofood dan Salim Group, berada di posisi kelima dengan kekayaan USD 14 miliar (sekitar Rp 216,85 triliun). Selama tahun ini, kekayaannya meningkat sebesar USD 4 miliar (sekitar Rp 61,95 triliun), atau 39,7 persen. Mayoritas kekayaannya berasal dari kepemilikan saham di Amman Mineral Internasional dan berbagai investasi lainnya.
Sri Prakash Lohia
Sri Prakash Lohia, pemilik Indorama, menempati urutan keenam dengan kekayaan mencapai USD 8,5 miliar (sekitar Rp 131,66 triliun). Selama tahun ini, kekayaannya meningkat USD 1,1 miliar (sekitar Rp 17,03 triliun), atau 14,6 persen. Indorama, yang berbasis di Singapura, memiliki bisnis di tekstil, polyester, dan bahan kimia industri di 35 negara. (*)
Artikel ini disediakan untuk tujuan informasi semata dan bukan merupakan ajakan, rekomendasi, atau instruksi untuk membeli atau menjual saham. Segala bentuk analisis dan rekomendasi saham sepenuhnya berasal dari pihak analis atau sekuritas yang bersangkutan. KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi, kerugian, atau keuntungan yang timbul akibat penggunaan informasi dalam artikel ini. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab investor. Investor diharapkan melakukan riset independen dan mempertimbangkan risiko dengan cermat sebelum mengambil keputusan investasi.