Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Aksi Warren Buffett Buang Saham Sinyal Bahaya bagi Investor?

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 30 August 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Aksi Warren Buffett Buang Saham Sinyal Bahaya bagi Investor?

KABARBURSA.COM - Warren Buffett, seorang investor legendaris, dikenal karena kemampuannya dalam menemukan nilai di pasar keuangan. Melalui perusahaannya, Berkshire Hathaway, Buffett sering kali menjadi acuan bagi banyak investor dalam membuat keputusan investasi.

Ketika Buffett membeli saham, banyak investor mengikuti langkahnya dengan keyakinan bahwa ia telah menemukan nilai yang signifikan. Namun, apa yang harus dipikirkan investor ketika Buffett justru menjual saham dan menumpuk kas? Apakah ini mengindikasikan bahwa Buffett melihat adanya risiko di pasar?

Pada akhir kuartal kedua tahun ini, saldo kas Berkshire Hathaway mencapai rekor tertinggi, yaitu sekitar US$277 miliar. Angka ini merupakan indikasi bahwa Buffett tidak melihat banyak peluang pembelian yang menarik saat ini. Valuasi saham yang tinggi, seperti yang terlihat pada rasio P/E S&P 500, mungkin menjadi alasan di balik keputusan Buffett untuk tidak menambah posisi baru. Sebaliknya, ia memilih untuk menahan kas, yang memberikan fleksibilitas lebih besar dalam mengambil keputusan investasi di masa depan.

Selain itu, tindakan Berkshire Hathaway yang secara aktif menjual saham dari beberapa perusahaan besar, seperti Apple dan Bank of America, dapat menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor. Apple, yang sebelumnya merupakan hampir setengah dari seluruh portofolio investasi Berkshire, kini hanya menyumbang sekitar 29 persen dari total investasi.

Meskipun tindakan ini dapat membuat beberapa investor khawatir, penting untuk diingat bahwa Buffett telah melewati berbagai kondisi ekonomi yang lebih buruk di masa lalu. Penjualan saham Apple, misalnya, mungkin lebih berkaitan dengan pertimbangan pajak keuntungan modal yang meningkat daripada pandangan negatif terhadap Apple itu sendiri. Apple tetap menjadi perusahaan dominan di pasar dan salah satu investasi terbesar dalam portofolio Berkshire.

Dalam situasi seperti ini, investor sebaiknya tidak mengabaikan valuasi saat memilih saham untuk diinvestasikan. Meskipun prospek jangka panjang suatu perusahaan terlihat optimis, membeli saham dengan valuasi yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan pengembalian yang lambat. Oleh karena itu, kehati-hatian Buffett dalam menahan kas dan menjual saham bisa dilihat sebagai langkah bijak dalam mengelola portofolionya di tengah kondisi pasar yang penuh ketidakpastian.

Berikut aksi Buffet yang membuat khawatir investor:

Buang Saham BoA

Langkah terbaru Warren Buffett melalui Berkshire Hathaway dalam memangkas kepemilikan sahamnya di Bank of America (BoA) menarik perhatian para investor dan analis pasar. Dalam rentang waktu 12 hari berturut-turut, mulai dari 17 Juli hingga 1 Agustus 2024, Berkshire telah melepas sekitar 90,4 juta saham BoA, senilai lebih dari USD3,8 miliar atau sekitar Rp61,9 triliun. Penjualan saham ini menandai pengurangan besar dalam kepemilikan Berkshire di bank tersebut.

Meskipun telah menjual hampir 100 juta saham, Berkshire Hathaway tetap menjadi pemegang saham terbesar di Bank of America dengan kepemilikan sekitar 942,4 juta saham, atau 12,1 persen dari total saham yang beredar, senilai sekitar USD37,2 miliar. Penjualan saham ini terjadi setelah harga saham BoA mengalami lonjakan signifikan, dengan peningkatan sekitar dua pertiga sejak akhir Oktober lalu. Saat ini, saham BoA diperdagangkan lebih dari 1,2 kali nilai buku perusahaan.

Sejak pertama kali berinvestasi di Bank of America pada tahun 2011 dengan membeli saham preferen senilai USD5 miliar, Buffett telah menunjukkan kepercayaannya terhadap kemampuan CEO BoA, Brian Moynihan, dalam memulihkan bank setelah krisis keuangan 2008. Meskipun sekarang mengurangi kepemilikannya, Buffett masih memegang pandangan positif terhadap kepemimpinan Moynihan dan kesehatan jangka panjang Bank of America.

Penjualan saham ini mungkin mencerminkan strategi Buffett untuk mengambil keuntungan dari kenaikan valuasi saham dan mengelola portofolionya dengan lebih konservatif, terutama dalam menghadapi potensi ketidakpastian pasar di masa mendatang. Langkah ini juga sejalan dengan kebiasaan Buffett untuk mempertahankan fleksibilitas finansial, memungkinkan Berkshire untuk tetap responsif terhadap peluang investasi lainnya yang mungkin lebih menarik di masa depan.

Pangkas Saham Apple

Langkah signifikan yang diambil oleh Berkshire Hathaway Inc, di bawah kepemimpinan Warren Buffett, untuk memangkas kepemilikan sahamnya di Apple Inc hampir 50 persen selama kuartal kedua 2024 mengejutkan banyak investor dan pengamat pasar. Penjualan besar-besaran ini berkontribusi pada peningkatan tumpukan uang tunai Berkshire hingga mencapai rekor baru sebesar USD276,9 miliar (sekitar Rp4.479 triliun). Selain itu, laporan yang dirilis pada 3 Agustus 2024 juga mengungkapkan bahwa perusahaan tersebut menjual saham senilai USD75,5 miliar (Rp1.221 triliun) secara neto selama periode tersebut.

Pendapatan operasional Berkshire Hathaway juga mengalami peningkatan signifikan, mencapai USD11,6 miliar, naik dari USD10 miliar pada tahun sebelumnya. Penjualan saham ini dilakukan pada saat indeks saham S&P 500 mencapai rekor tertinggi pada pertengahan Juli, sebelum mengalami penurunan dalam beberapa minggu terakhir. Penurunan ini sebagian besar dipicu oleh kekhawatiran bahwa euforia di sektor kecerdasan buatan (AI) mungkin berlebihan, serta data tenaga kerja yang mengecewakan yang meningkatkan kekhawatiran akan risiko penurunan ekonomi.

Langkah Buffett menjual saham Apple dalam jumlah besar ini menimbulkan pertanyaan di kalangan investor mengenai pandangannya terhadap kondisi pasar saat ini. Menurut Jim Shanahan, analis dari Edward Jones, tingkat aktivitas penjualan yang dilakukan Berkshire jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan, yang bisa menjadi sinyal bahwa Buffett melihat adanya potensi risiko di pasar yang perlu diwaspadai.

Keputusan Buffett untuk mengurangi kepemilikan di Apple, yang sebelumnya merupakan hampir setengah dari seluruh portofolio investasi Berkshire, menandai pergeseran strategi investasi yang signifikan. Meskipun Apple tetap menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar dan paling dominan di dunia, aksi jual ini mungkin mencerminkan evaluasi Buffett terhadap valuasi saham yang dianggap terlalu tinggi, serta keinginan untuk meningkatkan fleksibilitas finansial Berkshire di tengah ketidakpastian pasar yang meningkat.(*)