Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Melemah Tipis Kemarin, ini Proyeksi Rupiah Jumat 30 Agustus 2024

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 30 August 2024 | Penulis: KabarBursa.com | Editor: Redaksi
Melemah Tipis Kemarin, ini Proyeksi Rupiah Jumat 30 Agustus 2024

KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan tipis terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Kamis, 29 Agustus 2024.

Fenomena ini terjadi di tengah suasana hati-hati yang melanda para investor, yang menantikan rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang dijadwalkan pada akhir pekan ini.

Sikap menunggu dan melihat ini mencerminkan ketidakpastian yang masih tinggi terkait prospek ekonomi global, terutama di tengah tanda-tanda perlambatan di negara-negara maju seperti AS.

Pada penutupan perdagangan hari Kamis, rupiah spot tercatat melemah tipis sebesar 0,01 persen ke level Rp 15.423 per dolar AS.

Di sisi lain, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) justru mencatat penguatan sebesar 0,43 persen ke posisi Rp 15.409 per dolar AS.

Perbedaan arah pergerakan antara rupiah spot dan JISDOR mencerminkan dinamika pasar yang kompleks, di mana faktor-faktor domestik dan internasional saling berinteraksi dalam menentukan nilai tukar.

Mayoritas mata uang Asia, termasuk rupiah, sebenarnya menunjukkan penguatan pada hari tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Raphael Bostic, salah satu petinggi The Fed.

Bostic mengindikasikan bahwa ada peluang besar bagi The Fed untuk memangkas suku bunga pada bulan September mendatang.

Pernyataan ini memberikan angin segar bagi aset-aset di pasar negara berkembang, yang biasanya diuntungkan oleh kebijakan moneter yang lebih longgar di negara-negara maju.

Namun, meskipun ada sentimen positif dari eksternal, pasar keuangan domestik masih cenderung diliputi oleh kewaspadaan.

Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, menggarisbawahi bahwa meskipun ada penguatan di mata uang Asia, pasar domestik Indonesia masih menunjukkan sikap hati-hati.

Menurut Josua, pergerakan rupiah yang cenderung datar mencerminkan kekhawatiran investor terhadap berbagai faktor risiko, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. "Pergerakan rupiah yang cenderung datar mencerminkan sikap hati-hati investor sejak pembukaan perdagangan," ujar Josua, dikutip Jumat, 30 Agustus 2024.

Pernyataan ini menggambarkan betapa investor masih enggan mengambil posisi yang agresif di pasar, mengingat ketidakpastian yang masih melingkupi prospek ekonomi global dan regional.

Josua juga menambahkan bahwa meskipun rupiah mengalami pelemahan tipis, ada potensi penguatan dalam perdagangan hari Jumat, 30 Agustus 2024.

Menurutnya, rupiah berpotensi bergerak dalam kisaran Rp 15.350 hingga Rp 15.450 per dolar AS. Ekspektasi ini didorong oleh kemungkinan revisi ke bawah dari data pertumbuhan ekonomi AS untuk kuartal kedua 2024.

Jika data PDB AS yang dirilis menunjukkan perlambatan yang lebih tajam dari perkiraan, maka dolar AS bisa mengalami tekanan, yang pada gilirannya akan memberikan ruang bagi penguatan rupiah.

Sentimen dari The Fed memang menjadi salah satu faktor kunci yang mempengaruhi pergerakan pasar pada bulan Agustus ini.

Beberapa analis berpendapat bahwa kebijakan moneter The Fed akan semakin dovish, seiring dengan tanda-tanda perlambatan ekonomi yang semakin nyata.

Ketua The Fed telah memberikan indikasi bahwa bank sentral AS ini kemungkinan akan mulai menurunkan suku bunga pada September 2024, dengan potensi penurunan sebesar 25 hingga 50 basis poin.

Kebijakan ini merupakan respons terhadap data inflasi yang lebih lemah dari perkiraan serta tanda-tanda pendinginan di pasar tenaga kerja AS.

Perubahan dalam kebijakan moneter The Fed ini tidak hanya mempengaruhi pasar di AS, tetapi juga memiliki dampak yang luas terhadap pasar keuangan global.

Yen Jepang, misalnya, telah mengalami apresiasi terhadap dolar AS sebagai respons terhadap perubahan ekspektasi kebijakan The Fed.

Selain itu, perubahan dalam kebijakan suku bunga AS juga berdampak pada berbagai instrumen keuangan lainnya, termasuk obligasi, saham, dan mata uang di negara-negara berkembang.

Dinamika kebijakan The Fed ini mencerminkan harapan pasar bahwa bank sentral AS akan melonggarkan kebijakan moneternya untuk merespons perlambatan ekonomi yang diperkirakan akan terjadi pada akhir tahun ini dan awal tahun 2025.

Harapan ini telah memicu reaksi di berbagai pasar keuangan, dengan investor yang mulai menyesuaikan portofolio mereka sesuai dengan ekspektasi penurunan suku bunga.

Namun, meskipun ada sentimen positif dari eksternal, investor di pasar domestik Indonesia tampaknya masih lebih fokus pada risiko-risiko yang ada, baik dari sisi makroekonomi maupun dari sisi kebijakan.

Secara keseluruhan, pergerakan nilai tukar rupiah pada akhir Agustus 2024 mencerminkan dinamika pasar yang kompleks, di mana faktor-faktor eksternal dan internal saling mempengaruhi.

Sementara sentimen The Fed memberikan sedikit dorongan positif bagi aset-aset berisiko, kewaspadaan tetap menjadi tema utama di pasar domestik, mengingat ketidakpastian yang masih tinggi terkait prospek ekonomi global dan regional. (*)