Memuat tanggal…
Daftar Masuk
Navigasi Investasi Anda
Search

Rupiah Terpukul, Mata Uang Asia Berguguran Diserang Ketegangan Timteng

Rubrik: Makro | Diterbitkan: 27 August 2024 | Penulis: Yunila Wati | Editor: Redaksi
Rupiah Terpukul, Mata Uang Asia Berguguran Diserang Ketegangan Timteng

KABARBURSA.COM - Rupiah tertekan terhadap dolar Amerika Serikat dalam perdagangan hari ini, dipicu oleh meningkatnya ketegangan antara Israel dan Hizbullah di Timur Tengah. Menurut data pada Selasa, 27 Agustus 2024 pukul 15.00 WIB, kurs rupiah ditutup pada level Rp15.495 per dolar AS, melemah 57 poin atau 0,37 persen dibandingkan dengan akhir perdagangan Senin, 26 Agustus 2024, sore di Rp15.438 per dolar AS.

Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, menjelaskan bahwa penguatan indeks dolar AS hari ini disebabkan oleh kekhawatiran yang terus menyelimuti pasar terkait ketegangan di Timur Tengah. Meskipun ada optimisme terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga AS yang akan datang, sentimen negatif masih mendominasi.

Konflik yang meletus antara Israel dan Hizbullah, dengan serangan rudal besar-besaran sebagai balasan atas pembunuhan seorang komandan senior bulan lalu, menambah ketidakpastian. Seorang jenderal tinggi AS mengungkapkan pada hari Senin bahwa meskipun ancaman perang besar-besaran mereda, risiko serangan Iran terhadap Israel tetap ada.

Namun, meski situasi global yang tegang, mata uang utama dunia tetap bertahan dekat level tertinggi historisnya, dengan dolar AS mendekati level terendahnya dalam lebih dari setahun. Ini didorong oleh harapan akan pemangkasan suku bunga AS pada September, setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan sinyal positif dalam pidatonya di Jackson Hole pada Jumat, 23 Agustus kemarin.

"Presiden Fed San Francisco Mary Daly juga menyebutkan pada hari Senin bahwa ada kemungkinan penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin bulan depan," ujar Ibrahim.

Kenaikan suku bunga yang agresif oleh Federal Reserve dan ekspektasi kenaikan lebih lanjut telah menjadi pendorong utama penguatan dolar selama dua tahun terakhir, menekan banyak mata uang lainnya. Para pelaku pasar kini sepenuhnya mengantisipasi penurunan suku bunga bulan depan dan memperkirakan adanya pelonggaran sekitar 100 basis poin hingga akhir tahun ini.

Sementara, Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan, meski pemerintah optimistis dengan landasan ekonomi domestik, fluktuasi nilai tukar tetap menjadi perhatian utama di tengah ketidakpastian ekonomi global.

“Nilai tukar rupiah yang dipatok pada Rp16.100 per USD serta suku bunga surat berharga negara 10 tahun sebesar 7,1 persen merupakan proyeksi yang didasarkan pada kondisi ekonomi saat ini. Namun, kita harus tetap waspada terhadap faktor global yang mempengaruhi nilai tukar ini,” kata Sri Mulyani dalam tanggapan pemerintah atas pemandangan umum fraksi-fraksi DPR RI terhadap RUU APBN 2025 di Rapat Paripurna DPR RI, Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Selasa, 27 Agustus 2024.

Dalam enam bulan terakhir, rupiah mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Tiga bulan lalu, nilai tukar rupiah terhadap mata uang global mengalami tekanan berat, menyebabkan depresiasi yang cukup dalam. Namun, dalam dua minggu terakhir, rupiah berhasil menguat kembali, mencerminkan kondisi yang sangat dinamis.

Menurut Sri Mulyani, fluktuasi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor global, terutama kebijakan ekonomi di negara-negara maju yang memiliki dampak langsung terhadap perekonomian global. “Ini menggambarkan adanya faktor global yang sangat mempengaruhi, terutama dari sisi negara-negara maju yang memiliki dampak kepada seluruh dunia,” kata Sri Mulyani.

Meski demikian, Sri Mulyani menegaskan bahwa fondasi ekonomi Indonesia yang kuat, terutama pada outlook neraca pembayaran, menjadi penopang stabilitas rupiah. Ia juga menekankan pentingnya ekspor dan pengelolaan defisit transaksi berjalan (current account deficit) untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Mata Uang Asia Berguguran

Sebagian besar mata uang emerging Asia mengalami pelemahan pada Selasa ini, dipicu oleh kekhawatiran akan potensi eskalasi konflik di Timur Tengah yang menggerogoti selera risiko investor.

Sementara itu, bursa saham Malaysia menunjukkan performa yang cerah, mengungguli pasar Asia Tenggara lainnya berkat laporan keuangan emiten yang optimistis yang telah meningkatkan sentimen pasar. Rupiah, yang sempat menguat 0,4 persen pada sesi Senin, 26 Agustus 2024, melorot 0,5 persen terhadap dolar AS hari ini, menjadi salah satu yang paling tertekan di kawasan tersebut, menurut laporan Reuters di Bengaluru.

Menurut Poon Panichpibool, analis di Krung Thai Bank, "Sulit untuk memprediksi durasi ketegangan di Timur Tengah karena Iran dan sekutu Axis of Resistance-nya masih merencanakan serangan balasan terhadap Israel."

Di antara mata uang emerging lainnya, peso Filipina dan dolar Taiwan masing-masing terdepresiasi 0,4 persen, sementara baht Thailand turun 0,2 persen. Harga minyak diperdagangkan dalam kisaran yang terbatas pada hari Selasa, setelah melonjak lebih dari 7 persen dalam tiga sesi terakhir karena kekhawatiran pasokan.

"Harga minyak yang lebih tinggi bisa menjadi sinyal negatif untuk mata uang emerging yang merupakan importir minyak, seperti peso, rupiah, dan baht," ujar analis dari Maybank.

Di sisi lain, bursa saham Kuala Lumpur melonjak hingga 0,9 persen, didorong oleh kenaikan 3,3 persen saham Public Bank setelah melaporkan laba kuartal kedua yang meningkat. IOI Corp juga menguat 1,1 persen berkat peningkatan laba kuartalan.

Stabilitas pemerintah, pertumbuhan ekonomi yang membaik, dan penguatan mata uang telah menjadikan pasar saham Malaysia menonjol di antara pasar Asia Tenggara lainnya yang sedang bergulat dengan ketidakpastian politik.

Di pasar saham lainnya di kawasan, India mencatatkan kenaikan 0,1 persen, sementara Filipina bertambah 0,2 persen.